58. Sandiwara 🌻

1.3K 158 146
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu!

——–

Sejarah yang tak terlupakan itu ketika kita dilukai oleh orang yang kita cintai.

————

A story by
DINDA VIRANI

☔☔☔

Raffa memandang wajah Nazhira dengan tatapan iba. Setelah diberikan obat penenang oleh mamanya, gadis itu hanya bergumam tak jelas dengan mata terpejam. Ia tahu, Zhira sangat tertekan dengan kondisi saat ini. Faktanya, obat yang bisa membuat tidur nyenyak, kini tidak bereaksi sama sekali pada tubuh gadis itu. Rasa takut tengah memenuhi pikirannya dan kegelisahan menjelajahi tidur lelapnya.

"Raffa ..." gumam Zhira setengah tidak sadar. Alisnya bertaut dan kedua matanya masih tertutup sempurna.

"Hm?" Lelaki itu menjawab pelan, tidak mengalihkan jarak pandangnya dari wajah cantik Nazhira barang sedikit pun.

"Jangan ... pergi ..." setetes air mengalir tanpa di minta.

Raffa terdiam. Setelah sekian purnama, akhirnya ia bisa mendengar permintaan itu keluar dari mulut Nazhira. Jika selama ini ia kira kehadirannya hanya sebagai benalu, namun nyatanya gadis itu masih sangat butuh.

"Iya, Zhi. Aku di sini." Dengan lembut diusapnya air mata Zhira menggunakan ibu jari. Menggenggam erat telapak tangannya untuk ditenangkan.

"Hikss ... hikss ..."

"Jangan menangis lagi, Zhi. Kumohon ... aku akan tetap di sisimu, akan tetap di sebelahmu. Jangan khawatir." Kini Raffa mengelus pelan pelipis Zhira yang mulai berkeringat. Sebisa mungkin menghentikan isak tangis agar mereda. Dan ternyata, cara yang ia gunakan berhasil dengan sempurna.

Ketakutan itu lenyap seketika, Airmata tak lagi keluar dari pelupuknya, dan tubuh Nazhira berangsur tenang.

"Aku janji, Zhi, akan selalu di dekatmu walau tanpa diminta sekalipun."

***

Semua orang tengah berkumpul di ruang tamu untuk membahas terkait kondisi kesehatan Nazhira. Di sana sudah duduk Deven, Kaila dan Lais sebagai tuan rumah. Mami dan papi di sisi sebalah kanan, Aza, Levin dan Mama Risti di sebelah kiri, serta Liana yang berada di hadapan mereka semua. Sedang Bi Ratih, hanya mendengar dari arah dapur sembari membuatkan teh hijau untuk para tamu di ruangan tersebut.

"Kondisi yang dialami Nazhira saat ini cukup mengkhawatirkan. Post-traumatic stress disorder serta ketakutan yang ia alami pada kejadian malam itu benar-benar mengganggu kesehatan dalam jiwanya. Mungkin untuk mengatasi masalah mental semacam ini tidak mudah, Zhira perlu dampingan khusus agar mendapat dukungan dan pandangan positif di masa depan. Karena kalau tidak, dia akan selalu ketakutan saat berdekatan dengan lawan jenis, kesulitan dalam berinteraksi sosial, dan tidak berani keluar rumah untuk bertemu dengan orang-orang yang ada di luar sana."

Kaila memejam. Mengurai setiap kata yang diucapkan oleh Liana saat ini. Sungguh hatinya benar-benar sesak menerima fakta yang baru saja ia dengar. Sedangkan Deven, lelaki itu hanya mampu menggenggam tangannya untuk memberi kekuatan. Ia sangat tahu hal ini tidak mudah untuk keluarganya, namun sebagai kepala rumah tangga, sebisa mungkin ia harus terlihat lebih tegar walau sebenarnya menyimpan kerapuhan yang mendalam.

"Apa ada cara yang dapat menyembuhkan Zhira dengan cepat, Li?"

Liana berpikir sejenak.

"Ada," ucapnya memberi jeda, "satu-satunya yang bisa menyembuhkan Nazhira saat ini adalah Raffa."

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now