31. Berjuang 🌻

1.2K 163 43
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

—-


Haruskah menuruti hati, sedang ego memaksa untuk berhenti?~

————

Setelah didatangi Kaila beberapa waktu yang lalu, Naura berjalan tertatih menelusuri lorong. Tatapannya kosong seperti ada banyak beban yang terdapat di dalamnya.

Ya Allah ... haruskah kupasrahkan semua ini? Aku mencintai Daniel, tapi Papa menuntutku untuk menerima Perjodohan itu. Memikirkannya saja sudah membuat dadaku sakit. Apa yang harus kulakukan sekarang Ya Rabb ...

"Naura?"

Ustadzah Rahma terperangah saat mendapati Naura di hadapannya.

Raut wajah itu sangat sayu. Kedua matanya berkaca-kaca melihat sosok ustadzah datang di waktu yang tepat. "Ustadzah ..."

Tahu sedang dibutuhkan, Ustadzah Rahma bergerak mendekatinya. Seketika Naura memeluk tubuh itu tanpa bicara apa-apa.

"Ada apa Naura? Kenapa menangis?"

"Aku ingin bercerita banyak hal dengan Ustadzah Rahma, boleh?" ucapnya terisak.

"Tentu saja boleh," jawab Ustadzah mengusap punggungnya,"ikut ke ruangan saya, yuk?"

Naura mengangguk. Sesampainya di ruang staff, ia menceritakan semua kepada Ustadzah Rahma. Menceritakan tentang ayahnya yang sering datang dan membuat perjodohan, tentang Zhira yang masuk rumah sakit karena dirinya, dan tentang kehadiran Kaila yang sangat mendadak dan tiba-tiba.

Ustadzah Rahma mendengar dengan sangat tenang. Membiarkan gadis itu mengeluarkan segala perasaan yang selama ini ia pendam sendiri.

"Aku harus bagaimana, Ustadzah? Selama ini aku udah berjuang menghindari Daniel. Membunuh rasa cinta itu padanya. Bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Dan berkali-kali juga kami dipertemukan lagi, dipisahkan lagi. Berkali-kali, Ustadzah. berkali-kali ..." Naura berkata lirih, tercekat oleh air ludahnya sendiri.

"Dan anehnya, aku nggak capek dia terus-terusan menemuiku, aku justru menunggu kehadirannya. Namun, kami seakan dipaksa untuk saling melepaskan, lalu diberi kesempatan untuk berjuang. Terus menerus begitu selama beberapa tahun," sambungnya semakin terisak. Ia membenamkan wajah dengan kedua tangan, tak kuat menahan sesak di dada.

"Naura, istigfar ... jangan menangis." Sembari mengambil tisu di atas meja, Ustadzah Rahma mengusap punggungnya. Seakan paham dengan apa yang Naura Rasakan, dan ia pun merasa kasihan.

Naura nendongak, mengambil tisu itu lalu membersihkan air mata di pelupuknya. "Aku udah nggak bisa nangis, Zah, air mataku udah habis saking sedihnya."

Ucapan itu sukses membuat Ustadzah Rahma tergerak lalu merangkul tubuh Naura dengan sayang. Tubuh itu terguncang menahan rasa sakit, terguncang oleh perasaan yang begitu sulit.

"Istikharah, Nau, itu jalan satu-satunya."

Naura terdiam. "Istikharah?"

Ustadzah Rahma mengangguk.

"Berserah diri sama Allah. Allah tahu mana yang terbaik untuk kamu. Ikuti kata hati, Naura ... dan Allah pastk akan membantumu."

***

BAD FATE (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang