42. Ujian 🌻

1.1K 152 46
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

---

Kesabaran akan terus diuji, akan terus dibumbui, sampai Sang Ilahi merestui.

----

Di malam yang hening dan sunyi, Daniel merenung seorang diri. Masih terngiang di kepalanya ucapan Pak Iwan siang tadi. Ucapan yang seketika menghancurkan benteng kekuatannya, menghancurkan mimpi-mimpi indahnya, serta kebahagiaan terbesarnya.

Sekarang ia bingung harus bagaimana. Semua usaha yang dilakukan berakhir sia-sia. Bahkan cara yang Deven ajarkan padanya tidak berhasil untuk membuat papa Naura terkesima.

Tidak.

Bukan tips and trick dari Deven yang salah. Namun jawaban dari sang calon mertualah yang menghancurkan usahanya. Ia sangat yakin apa yang ia lakukan tadi, apa yang keluar dari mulutnya tadi adalah cara yang paling benar untuk mengungkapkan.

Jadi, inti dari pertemuannya pada hari ini adalah:

Mau seberusaha apa pun ia, mau sebagus apa pun kosakata yang ia punya, jika jawabannya adalah tidak, maka akan tetap tidak.

Sampai kapan pun Pak Iwan tidak akan pernah merestui hubungannya dengan Naura.

Haruskah mereka menikah secara diam-diam? Menikah tanpa adanya restu dari pihak wali perempuan? Menikah sirih misalkan?

***

"Maaf, Nau. Aku gagal."

Kata-kata itulah yang pertama kali Daniel ucapkan ketika menemui Naura hari ini. Keduanya duduk di kursi panjang yang berada tak jauh dari lapangan. Tentu saja dengan jarak dan sekat pemisah. Sedangkan Ustadzah Rahma, hanya memantau mereka dari kejauhan. Sengaja Memberi privasi untuk Daniel-Naura agar bisa leluasa berbicara.

"Nggak apa-apa, Daniel. Aku mengerti. Terimakasih sudah mau berusaha untukku, maaf kalau Papa menyakiti hatimu." Naura menunduk kelu, ia tahu seberapa keras usaha Daniel meyakinkan sang papa. merasa bersalah karena tak bisa membantu apa-apa.

Daniel menatap wajah Naura yang menyimpan banyak kesedihan. Ingin sekali rasanya mendekap tubuh wanita itu detik ini juga. Membawanya ke dalam pelukan seperti yang sering dilakukan para pasangan lainnya.

Tapi apa daya, ia tidak bisa.
Karena memang belum saatnya.

"Tapi aku nggak mau menyerah untukmu, Nau. Jangan khawatir, suatu saat aku pasti akan menemui papamu lagi. Dengan persiapan yang lebih matang tentunya." Sebisa mungkin Daniel tetap mengembangkan senyum walau terpaksa.

"Kenapa, ya? Kenapa hubungan kita nggak bisa semulus orang-orang di luar sana?" tanya Naura sembari menatap lurus ke depan.

"Karena hubungan kita spesial, hubungan kita sangat langka. Hanya orang-orang pilihan yang dapat merasakan nikmatnya menjalin hubungan seperti ini."

Tiga detik pertama, Naura menoleh ke arahnya. Air mata itu hampir saja tumpah, namun tetap ditahan agar tak lemah di hadapan lelaki yang ia cintai.

"Kamu, kenapa nggak mau menyerah?"

"Karena aku menginginkanmu. Aku mencintaimu," jawab Daniel tanpa keraguan sama sekali.

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now