22. Sesak 🌻

1.4K 184 62
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

---

Kaila menangis sejadi-jadinya dipelukan Mami. Sore tadi, setelah Raffa pulang meminjam buku ia dengan sigap pergi ke rumah orang tuanya. Niat awal tentu untuk menemui Daniel di sana. Namun sayang, yang dicari sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Mami bilang, sang kakak sedang tidak berada di rumah.

Air mata itu kembali menetes. Kaila menceritakan semua pada Mami dan Papi. Dari mulai kecurigaannya pada Nazhira sampai dengan cerita Raffa beberapa jam yang lalu. Ia benar-benar tak kuasa menahan gejolak di dada. Tak pernah menyangka sudah di bohongi oleh dua orang kesayangannya sekaligus.

"Kak Daniel nggak nepatin janjinya, Mi, dia udah bohong sama aku," isaknya lirih.

"Kai, nggak ada yang bisa disalahkan di sini. Ini bukan salah Kak Daniel, bukan juga salah Zhira dan Naura," jawab Mami berusaha menenangkan.

"Bukan karena Mami membela mereka, tapi coba kamu pikirkan baik-baik. Jika kamu di posisi Daniel, apa kamu bisa membayangkan akan mencintai Naura? Jika kamu di posisi Zhira, apa kamu bisa menolak kalau Daniel membawamu datang ke tempat itu? Dan juga, jika kamu di posisi Naura, apa kamu bisa membayangkan ketika seseorang yang asing tiba-tiba datang menemuimu?"

Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir Kaila. Hatinya cukup beku untuk mencerna segala ucapan Mami. Karena jauh dari dalam lubuk hati, ia masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Semua itu di luar ekspetasi, Sayang. Kita nggak bisa menentang takdir. Karena apa yang terjadi di dunia ini sudah diatur tanpa ada yang mengetahui," lanjut Mami mengusap air mata yang mengalir deras di pipi putrinya.

"Tapi aku takut, Mi ... aku nggak mau anak -anakku dekat dengan Naura," lagi-lagi air mata itu menetes tanpa bisa dicegah. Jika dulu ia tegar saat kehilangan Deven dari sisinya, mungkin sekarang akan sangat menyakitkan jika harus kehilangan Nazhira.

Lagi-lagi Mami mengusap bahunya untuk dikuatkan. Beliau paham, ketakutan serta trauma di masa lalu membuat Kaila menjadi berlebihan.

"Enggak, Kai. Kamu nggak akan pernah kehilangan Zhira. Dia sangat menyayangimu. Semua orang sayang sama kamu. Mulai sekarang, jangan pernah berpikiran seperti itu lagi, ya?"

Kaila kembali memeluk tubuh perempuan yang pernah melahirkannya. Segala rasa sakit yang sedang ia terima perlahan mulai luntur seketika. Ia akui, di kondisi mendesak seperti ini yang dibutuhkan hanyalah pelukan Mami. Karena bagi Kaila, Mami akan selalu menenangkannya walau sepelik apa pun keadaannya.

"Kai, tadi Deven menelepon. Kamu nggak kasih kabar ya kalo lagi di sini?" tanya papi yang datang dari ambang pintu. Wanita itu hanya diam dan menggeleng pelan.

"Ya ampun, Kaila. Nggak boleh ngilang tiba-tiba kayak gini. Anak dan suamimu pasti khawatir di rumah. Kamu itu udah punya anak dua tapi masih tetap aja," oceh Papi seketika.

"Pokoknya kamu tunggu sampai Deven jemput. Dia sedang di perjalanan menuju ke sini." Kaila mengangguk. Sedikit menyesal karena tidak sempat mengabari Deven sebelum datang ke rumah ini. Saking kalutnya ingin menumpahkan segala sesak di dada, ia sampai lupa.

"Apa pun yang terjadi, apa pun keputusan Kak Daniel nanti, Mami harap kamu bisa menerimanya dengan ikhlas, ya? Sekalipun dengan pilihannya untuk menikahi Naura."

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now