59. Melepas pergi 🌻

1.3K 157 146
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu!

---

Seberapa jauh jodoh itu berada, seberapa pun lamanya, Allah selalu mempunyai cara untuk mempersatukan kembali dua insan yang terpisah.

----

A story by
DINDA VIRANI

☔☔☔

Setelah kepergian Daniel dari apartemennya, Naura terduduk lemas di depan pintu. Air mata dari sudut pipi menetes tanpa bisa ditahan lagi. Berkali-kali ia mengusapnya, namun dengan cepat meluncur lagi, lebih deras.

"Maafkan aku, Daniel ... maafkan aku ..." isaknya sambil memeluk erat cincin pemberian Daniel. Tubuhnya bergetar dan wajahnya terunduk kelu.

Demi Allah yang menggenggam hidupnya, ia sangat mencintai Daniel. Semua ucapan yang ia lontarkan, tidak ada satu pun yang benar. Semuanya dusta, semuanya kotor, dan hanya bualan agar lelaki itu membencinya. Kini rencananya berhasil, rencana agar Daniel melepaskan dirinya benar-benar berhasil.

Namun, kenapa sesakit ini? Kenapa ia tidak bisa menerima semua keputusan ini? Mengenang sorot kekecewaan yang ditampilkan oleh Daniel saja membuatnya terpuruk luar-dalam. Tapi sekarang ia bisa apa? Ia sudah kehilangan segalanya. Daniel sudah membencinya, Daniel sudah pergi meninggalkannya.

"Allah ... mungkin ia sulit untuk kugapai, mungkin ia sulit untuk ku jadikan miliku. Ampuni aku yang harus meninggalkannya, ampuni aku harus berbohong padanya. Aku tak kuasa, ya Allah ... dia telah membenciku."

Semua beban ia adukan kepada Tuhannya. Sungguh, di dunia ini tak ada satu laki-laki pun yang ia harapkan kecuali Daniel. Tak ada satu lelaki pun yang berani masuk ke dalam mimpinya kecuali Daniel. Cintanya pada pria itu telah tumbuh begitu besar.

Di dalam hati kecil, ia ingin Daniel kembali. menghabiskan waktu bersama dan mengucapkan kata cinta sebanyak-banyaknya. Menemani Daniel dari titik awal hingga menjadi istrinya sampai tua. Namun lagi-lagi, keinginan tersebut bagaikan angin lalu yang berhembus merdu. Sepi, sunyi dan tak berpenghuni.

Wanita itu menangis seharian. Ia dipaksa menerima keadaan yang menyakitkan. Keadaan yang sungguh demi apa pun tak pernah mau ia terima. Tapi apa boleh buat, ini sudah menjadi jalan hidup yang ia yakini akan ada hikmah dibalik pengorbanannya.

Suara alarm dari dalam ponsel kini menghentikan isak tangisnya. Diliriknya jam tersebut menunjukkan pukul dua malam. Sudah selarut ini dan ia masih menangisi kepergian Daniel.

Naura baru sadar, bahwa dirinya tengah membiarkan hati milik Allah ini berduka terlampau dalam. Karena takut terjerumus lebih jauh, cepat-cepat ia beristigfar dalam hati lalu bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat tahajud.

Hingga pada raka'at terakhir, Naura masih berlinang air mata. Sajadah itu ikut basah karena bekas air yang mengalir di sudut pipinya. Ia kalah, ia menyerah. Pertahanannya runtuh ketika nama Daniel terus-menerus terngiang di otaknya.

"Ya Rabb ... kuatkan hati yang rapuh ini, kuatkan jiwa yang mudah terguncang ini, lapangkan dada yang sempit ini."

Naura Mengambil napas panjang untuk menahan rasa yang akan meledak di dada.

"Sesungguhnya diriku sangat munafik. Aku merindukannya, aku ingin melihatnya, aku ingin berada di dekatnya."

Rasa sesak itu semakin menguap begitu kuat. Mengguncang bahu dan seluruh organ tubuhnya.

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now