17. Teman sekolah 🌻

1.2K 164 36
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

———

Naura kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah selesai bergotong-royong di lapangan, kini ia disibukkan untuk mengantre makan siang.

“Mbak Nau, ada yang ingin bertemu," ucap salah seorang petugas yang datang menghampirinya.

“Siapa, Pak?”

“Sepertinya orang tua Anda.”

Naura mengembuskan napas sesaat. Sejujurnya ia sangat malas berhubungan dengan sang papa setelah beberapa waktu lalu sempat bertengkar dengannya. Setelah sekian lama tidak menampakkan diri, lelaki paruh baya itu kembali. Pasti ada hal-hal mendesak yang membuat beliau datang secara tiba-tiba. Sebisa mungkin Naura mencoba untuk menyingkirkan ego sesaat. Ia ingin bersikap baik terhadap sosok yang menduduki posisi sebagai ayah kandungnya.

“Baiklah ... tolong suruh beliau untuk menunggu sebentar ya, Pak,” pinta Naura.

Setelah selesai makan siang, Naura berjalan menelusuri lorong untuk menghampiri sang papa di ruang khusus para tamu. Dilihatnya beliau sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Sepertinya ia tidak sendiri. Karena tidak punya banyak waktu, mau tak mau ia mempercepat geraknya.

“Pa,” panggil Naura. Membuat sosok yang dipanggil memutarkan badan ke arahnya.

“Naura, gimana kabarmu?”

“Baik,” respon Naura tak pandai berbasa-basi.

“Syukurlah ... kenalkan, ini Ferdy rekan bisnis Papa,” balas Pak Iwan sambil beralih ke arah lelaki muda di sebelahnya. Lelaki itu cukup tampan, tergolong rapih dari segi pakaian. Ia menggunakan sepatu kulit berwarna hitam dengan perpaduan tuxedo biru dongker yang melekat di tubuh tegapnya. Tampak mirip Daniel sekilas, tapi sangat berbeda.

Dadanya yang bidang dengan aksisoris dasi berwarna hitam, ditambah wajah putih dan rambut klimis yang sedikit berminyak membuat siapa saja akan tergoda ketika melihatnya. Namun sayang, reaksi Naura tampak biasa saja.

“Ada perlu apa Papa ke sini?” tanya Naura to the point.

“Tidak bolehkah mengunjungi putri kandung sendiri?” Pak Iwan balik bertanya.

“Setelah sekian tahun lamanya?” ketus Naura mengangkat sebelah alis.

Pak Iwan berusaha tersenyum. Ia tak ingin menghancurkan citra baik di depan Ferdy. Jika saja datang sendirian, bisa dipastikan perang dunia ketiga sudah terjadi di dalam Lapas ini.

“Oh iya Ferdy, ini Naura anak Om yang kemarin sempat diceritakan,” Pak Iwan memperkenalkan Naura dengan Ferdy dan langsung direspon uluran tangan olehnya.

“Ferdy ...” ucap lelaki itu Ramah.

“Naura.” balas Naura datar.

“Nau, Ferdy ini anak teman Papa yang sekarang mengelola bisnis perusahaan terbesar di Malang. Dia menjabat sebagai CEO di sana. Umurnya beda satu tahun denganmu, dan dia juga mempunyai beberapa proyek cluster di sekitar kota Malang,” jelas Pak Iwan panjang lebar.

“Papa ke sini cuma buat ini?" tanya Naura sengit. Ferdy yang sedari tadi memperhatikannya mengembangkan senyum tipis. Ia suka dengan gadis ini. Kepribadiannya yang blak-blakan membuat ia semakin tertantang.

“Bukan gitu, Nau. Papa cuma mau ngenalin Ferdy sama kamu. Sepertinya dulu kalian satu sekolah. Karena Ferdy bilang, dia juga dari SMP Bakti Sentosa sama seperti kamu.” Pak Iwan berusaha menjelaskan.

“Tapi dulu di sekolahku nggak hanya ada satu kelas, mungkin dia dari kelas lain,” jawab Naura Malas.

“Kamu Naura yang waktu itu berada dikelas 3A, kan?” Kali ini Ferdy membuka suara.

“Em.”

“Aku ingat, kita dulu pernah berada di satu kelas yang sama,” sambung Ferdy.

“Tapi maaf, aku nggak inget," balas Naura.

It'’s okay. Mungkin next time kita bisa atur jadwal agar bisa saling kenal."

Naura mengerutkan dahi. Apa-apaan lelaki ini? Ia sama sekali tidak berminat untuk mengenal lebih jauh. Siapa dia yang seenaknya mengajak berkenalan?!

“Apa yang ingin kamu ketahui dari seorang narapidana sepertiku??” ucap Naura tajam.

“Eh?! bukan itu maksudku, Nau. Aku hanya ingin sedikit bisa mengenalmu. Siapa tahu kita dapat berteman baik, 'kan?”

“Banyak perempuan cantik dan baik di luar sana yang bisa kamu ajak berkenalan, nggak harus denganku."

“Naura!” tegur Pak Iwan mulai tak tahan dengan sikapnya.

“Kalau sudah nggak ada lagi yang mau Papa dibicarakan, aku izin pamit kembali ke dalam sel,” pamit Naura tanpa menghiraukan sang papa. Gadis itu memutar tubuhnya dan melangkahkan kaki meninggalkan mereka.

“Maafkan sikap Naura, Fer,” ucap Pak Iwan pada rekan di sebelahnya.

“Tidak apa-apa, Pak, mungkin lain kali saya bisa mengajaknya mengobrol lebih banyak.”

***

Keesokan hari, Naura kedatangan tamu yang akhir-akhir ini sedang suka mengunjunginya. Siapa lagi kalau bukan Nazhira. Gadis cantik itu selalu datang jika mempunyai waktu luang. Dan tentu saja tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

“Hari ini enaknya kita ngapain ya, Tante?” tanya Nazhira.

“Zhira maunya ngapain?” balas Naura dengan suara lembutnya.

“Apa aja deh yang penting jangan bikin dalgona lagi,” ucap Zhira yang seketika membuat Naura tertawa. Beberapa waktu lalu,  mereka sempat membuat Dalgona Coffe yang sedang viral di dunia maya. Proses pembuatan yang menguras tenaga membuat tangan Zhira menjadi keram tak tertahankan.

Gadis itu mengumpat sejadi-jadinya, dan tak ingin mengulangi hal yang sama.

“Eum, gimana kalo kita bikin kerajinan aja?” ajak Naura.

“Boleh, kerajian apa tuh?” tanya Zhira penasaran.

"Buat bunga dari sedotan bekas, mau?”

“Mauuuu.” Gadis itu menjawab dengan sangat antusias.

“Berarti kita harus cari sedotannya dulu, Sayang.”

“Yaah, Tante ... tahu gitu kita beli sedotan dulu sebelum ke sini,” jawab Zhira manyun dan tatapannya beralih ke arah Daniel.

“Nggak perlu. Di lapangan sana banyak banget sedotan yang berserakan. Mubazir 'kan kalo nggak dimanfaatin? Lagipula kita bisa sekalian ikut serta dalam hal menjaga Lingkungan,” balas Naura.

“Oh iyaa! Benar juga. Kenapa aku nggak kepikiran, ya?”

Naura tersenyum menanggapi. “Ya sudah, kalo gitu kita ke lapangan sekarang yuk?” ajak Naura setelahnya.

let’s go, Tante!!!”

Baru saja mereka Akan beranjak dan melangkahkan kaki keluar Ruang Sel, seseorang lelaki sudah berdiri di depan pintu kamar Naura.

“Papaa??”


☔☔☔

Setelah membaca, dimohon untuk kasih bintang dulu ya, teman-teman. Karena itu gratis!

Kalau ada kata yang membingungkan, ataupun typo yang betebaran, dimohon dengan sangat untuk memberi tahuku agar aku bisa memperbaikinya.

Terimakasih sudah membaca😄
Jangan lupa komentarnya juga

BAD FATE (End✔)Where stories live. Discover now