49

1.9K 245 24
                                    

Hidup ini penuh dengan kejutan.

“Gue sayang sama lo Re,” ucap Anjani yang langsung memeluk Revano dengan erat. Tubuhnya bergetar, Anjani menangis membuat Revano membalas pelukannya tidak kalah erat.

“Kalo gue tau dari awal, gue gak bakal kasar sama lo Re. Maafin gue,” ucap Anjani dengan sesegukan.

Setelah berbicara empat mata dengan Anjani, dan memberitahu gadis itu mengenai sebuah kebenaran yang ia cari. Hari ini sesuai janjinya, Levin memberikan selembar kertas yang berisikan hasil tes DNA kepada Revano.  Saat Revano membacanya Levin mengajak Anjani untuk masuk ke kamar Revano.

Melihat tatapan penuh tanya dari putranya, Levin langsung berbicara pada intinya. Menceritakan semuanya kepada Revano dan Anjani dan kemudian meninggalkan mereka berdua agar dapat berbicara dengan leluasa. Meskipun di antara keduanya masih tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Levin namun disisi lain mereka merasa sangat bahagia.

“Cewek bodoh, ngapain nangis sih.”

Anjani melepas pelukannya kemudian mendorong tubuh Revano karena kesal. “Ngeselin banget sih,” ucap Anjani.

“Jelek tau kalo lo nangis,” ucap Revano sambil menyeka air mata Anjani. Anjani meraih tangan Revano yang masih berada di pipinya kemudian tangan yang satunya mencari wajah Revano. Setelah menyentuh wajah Revano, tangan Anjani menghafal setiap lekuk wajah Revano sambil membayangkan wajah Revano saat ia masih bisa melihat.

“Lo kurusan,” ucap Anjani.

“Gue gak seganteng dulu,” ucap Revano membuat Anjani terkekeh.

“Najis.” Anjani menampar pipi Revano pelan.

“Jijik gue denger lo ngomong gitu Re,” ucap Anjani.

“Ya gue kan jujur,” sahut Revano sambil terkekeh.

“Gue udah gak kaya Revano yang lo liat dulu An, rambut gue juga bakal abis karena kemoterapi. Gue udah..”

“Sssttt,” Anjani menutup mulut Revano.

Stop it, gue gak peduli. Yang gue peduli itu kesembuhan lo, kesehatan lo bukan fisik lo.”

“Tapi gue jadi gak bisa jagain lo,” ucap Revano.

“Gue bisa jaga diri gue Re,” sahut Anjani.

“Tapi...” Revano mengurungkan ucapannya.

“Ya, gue tau sekarang gue buta. Tapi gue bisa jaga diri gue,” ucap Anjani, seakan mengerti maksud Revano karena menghentikan kalimatnya.

“Gue cuma pengen jadi orang yang berguna buat lo,” ucap Revano.

“Ok, gini... kalo lo sayang sama gue. Lo janji sama gue, lo gak bakal nyerah dan lo harus sembuh, lo harus tetap hidup buat bisa jagain gue.”

“.....” Revano hanya menatap Anjani.

“Re...” panggil Anjani karena Revano tidak menjawabnya.

“Hhmm.”

“Jawab dong,” pinta Anjani.

“Iya, gue usahain.”

“Ih, nyebelin.”

“Kok nyebelin sih?” ucap Revano.

“Tau ah,” sahut Anjani kesal.

“Umur gak ada yang tahu, cuma Tuhan yang tahu. Gue cuma bisa berusaha selebihnya diluar kemampuan gue,” ucap Revano.
“Mati gak mandang umur atau apapun, jadi gue gak mau janji karena itu di luar kemampuan gue. Gue gak mau ngasi harapan yang sia-sia, maka dari itu jangan marah gak jelas sama jawaban gue. Gue punya alasan,” lanjutnya.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now