17

4.1K 382 42
                                    

♦♦♦

Sudah dua minggu sejak kejadian waktu itu. Revano menjadi sosok yang lebih pendiam, dingin dan tertutup. Bukan tanpa alasan ia menjadi seperti sekarang, banyak hal yang tak terduga terjadi dalam hidupnya. Belum selasai masalah satu, tapi masalah yang lain sudah datang lagi dan lagi.

Sejak ia pulang pagi itu dengan kondisi yang diluar kata baik, ia membuat semua orang mengintrogasinya. Dimulai dari Rosa, kemudian Alex dan Galih, terakhir Levin sang ayah.

Pulang dengan wajah yang masih pucat dan perban di dahi kiri membuatnya mendapat banyak pertanyaan dan ia hanya mengatakan bahwa ia mengalami kecelakaan kecil waktu di jalan dan sempat di bawa ke rumah sakit oleh warga sekitar yang menemukannya di jalan.

Gara-gara kejadain tersebut ia tidak diperbolehkan membawa motor ataupun mobil ke luar rumah, Alex dan Galih juga terkena imbasnya namun hanya beberapa hari. Setelah itu Levin mencabut hukumannya.

Setelah Levin mengintrogasinya secara pribadi, berbicara empat mata di kamarnya. Sampai saat ini Levin belum berbicara lagi dengannya. Tidak biasanya Levin mendiaminya selama hampir dua minggu. Revano merasa ada yang salah dengan papanya.

Bukan seperti Levin yang biasanya, jika ia berbuat salah maka Levin akan menghukumnya dengan tegas dan sampai berminggu-minggu. Sedangkan sekarang, yang Levin lakukan tidak seperti biasanya.

“Mas... kamu kenapa?” tanya Rosa ketika melihat Levin yang duduk di ruang kerjanya seraya memijat-mijat pelipisnya pelan.

“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing,” sahut Levin.

“Apa yang kamu pikirkan, hhm?” Rosa memijat kepala Levin pelan.

“Tidak ada.”

“Baiklah, kalo kamu tidak mau cerita sama aku. Tidak apa-apa,” ucap Rosa lembut.

“Tapi aku boleh tanya sesuatu?” lanjutnya.

“Kamu ingin menanyakan apa?”

“Kenapa kamu seperti menghindar dari Revano? Kamu mendiaminya dan sikapmu tidak seperti biasanya.”

“Itu hanya perasaanmu saja,” sahut Levin.

“Apa anak-anak sudah pulang?”

“Jangan mengalihkan pembicaraan mas.”

Levin menghembuskan nafas kasar. “Aku hanya sedikit kecewa,” ucapnya pelan.

“Aku tahu kalau Revano membuatmu marah bahkan kecewa karena selalu berbuat ulah, tapi sikapmu tidak seperti biasanya mas. Biasanya kamu bersikap tegas dengan anak-anak terutama Revano, tapi sekarang yang aku tihat tidak seperti itu. Ada sesuatu yang lain, yang kamu sembunyikan dari aku?”

Levin menggeleng pelan. “Tidak, aku kecewa pada diriku sendiri.”

Rosa menatap sendu suaminya, tidak biasanya Levin bersikap seperti ini.

“Aku merasa tidak becus menjadi seorang ayah untuk Alrega, terutama Revano.” Levin meraih tangan Rosa dan berbalik menghadap sang istri. Menatap matanya dalam.

“Tidak... kamu ayah yang luar biasa untuk mereka. Kamu sangat luar biasa dimata kami, jangan berbicara seperti itu mas.” Air mata Rosa sudah tidak dapat di bendung lagi, buliran bening itu lolos begitu saja dari mata indahnya.

“Tapi aku merasa tidak...”

“Hentikan semua omong kosong itu mas. Aku mohon,” lirih Rosa. Levin menghentikan kalimatnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi yang akan menyakiti hati Rosa.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now