11

5.4K 409 22
                                    

•••••

Di sebuah lorong bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang menyengat terlihat dua remaja laki-laki tengah bersandar pada tembok dengan keadaan yang kacau. Pakaian sekolah yang berantakan serta rambut acak-acakan dan wajah sembab karena menangis. Mereka terlihat sangat kacau di tempat ini, menunggu dengan gusar dan sesekali menjambak rambut mereka frustasi.

Bagaimana tidak, orang yang mereka sayangi tengah terbaring lemah tak berdaya di dalam sana dan sedang di tangani oleh dokter. Di samping itu dokter sangat lama menangani pasiennya di dalam sana, apakah kondisinya sangat parah sehingga harus di tangani selama itu.

Selain dua remaja laki-laki yang tidak lain adalah Alex dan Galih yang berada disana dengan perasaan kacau, Levin dan Rosa pun ada disana dengan perasaan yang sama. Sama-sama khawatir dengan orang yang sedang di tangani oleh dokter didalam sana.

Levin mendekap erat Rosa demi menenangkannya karena Rosa tidak henti-hentinya menangis, rasa khawatir dan takut menggerogoti hatinya saat ini. Bukan hanya Rosa namun keluarga Alatas terlihat sangat kacau akan kejadian hari ini. Rosa terus menangis dalam pelukan Levin, tangisan pilu yang semakin menyayat hati mereka yang mendengarnya.

Beberapa waktu yang lalu Revano dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan yang sangat buruk. Wajah pucat dengan darah yang terus mengalir. Alex yang saat itu berada dekat dengan Revano merasa dirinya tidak becus menjaga saudaranya. Kini perasaannya sangat kacau, menangis tanpa suaralah yang dilakukannya. Tubuhnya bergetar di kala ingatannya selalu terbayang oleh kejadian yang beberapa saat lalu seperti mimpi buruk baginya serta pakaian sekolah yang terkena darah Revano semakin membuatnya kalut akan ketakutan. Takut akan terjadi sesuatu hal yang buruk pada saudaranya.

“Gua ga becus jagain lo Re,” ucap Alex sambil menjambak rambutnya.

“Gua..gua ga becus,” lanjutnya dengan terus menjambak rambut frustasi.

Tak berbeda dengan Alex, Galih pun melakukan hal yang sama. Kejadian ini, keadaan ini, situasi ini dan mimpi buruk ini terasa kembali mereror mental mereka berdua setelah sekian tahun lalu Hal seperti ini terjadi.

Namun bedanya dulu Revano berjuang demi hidupnya karena kecelakaan yang mengakibatkannya koma. Lalu saat ini, apakah hal yang sama akan terjadi? Apakah Revano akan menjadi pangeran tidur lagi? Pertanyaan itu ynag kini bersarang di otak Alex dan Galih. Mereka tidak akan sanggup jika itu terulang lagi.

“Sayang, berhentilah menangis. Aku mohon hentikan tangisanmu, mereka membutuhkan kita saat ini.” Levin yang melihat kedua putranya tengah terpuruk mencoba melepas dekapannya pada Rosa, kemudian membuat Rosa menoleh ke arah pandangannya saat ini.

“Kamu lihat mereka, apa kamu tega melihat putra-putra kita kacau seperti itu?” Rosa menatap sendu putra-putranya kemudian mendekat ke arah mereka bersama Levin.

“Sayang,” ucap Rosa seraya menyentuh pundak Alex dan Galih.

Alex membuka matanya dan menatap sang ibu setelah terpejam demi menghalau rasa yang kini bergejolak di dadanya.

“Alex lalai mah,” ucapnya lirih dan Rosa menggeleng cepat.

“Alex ga becus jagain Revano,” lagi-lagi rosa menggeleng.

“Pah,” pandangan Alex beralih pada Levin kemudian ia menunduk dan mengangkat tangannya yang bergetar dan masih terlihat bercak-bercak darah yang menempel di tangannya.

“Alex gagal jagain saudara Alex.”

“Alex lalai.”

“Alex...alex ga becus pah. Alex ga becus.” tubuhnya bergetar saat kalimat-kalimat penyesalan itu terlontar dari bibirnya. Rosa langsung memeluk erat sang putra karena tidak sanggup melihatnya bersedih.

AlReGa [END]√Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon