44

2.2K 289 72
                                    

Lo tahu? Gue paling benci sama orang yang menganggap remeh hidupnya dengan mengatasnamakan kasih sayang dan persaudaraan.

•••••

Di jalanan yang tidak begitu ramai, motor sport hitam melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arah utara perkotaan. Tepatnya sebuah gedung kosong tempat dimana sang ibu sedang di sekap oleh sekawanan orang yang tidak di kenal. Dengan emosi yang sudah mencapai batas, Revano terus menambah kecepatan laju motornya agar cepat sampai di tempat tujuannya. Menolong Rosa yang entah bagaimana kondisinya saat ini.

“Mah, tunggu Re di sana. Re segera datang nolongin mama,” batin Revano.

Sedangkan di gedung tempat Rosa di sekap, Rosa mendengar bahwa Amora sedang berbicara dengan seseorang. Seseorang yang suaranya sangat familiar, dan datang seorang laki-laki ikut berbicara dengan mereka. Rosa berharap Levin segera menemukannya dan membawanya pergi dari tempat itu.

“Rosa.. Rosa... lihat sudah beberapa hari suami tercintamu tidak mencari mu. Sungguh malang, aku kasihan melihat wajah yang penuh harap seperti itu.” Suara Amora mengalihkan lamunan Rosa. Amora mendekat ke arah Rosa kemudian mengangkat dagu Rosa dengan paksa agar menatap wajahnya.

“Kamu terlihat sangat menyedihkan, dan aku menyukainya.” Amora tersenyum miring sambil mencengkram wajah Rosa. Rosa memberontak agar cengkeraman tangan Amora terlepas namun Amora kembali mencengkram wajahnya.

“Amora, kamu itu iblis.”

“Aku terharu mendengar pujian mu itu,” ucap Amora.

“Lo emang iblis!”

Seruan itu membuat Amora terkejut, kemudian langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya terbelalak melihat siapa yang ada di hadapannya. Amora melihat ke segala arah, mencari semua anak buahnya namun semuanya tidak ada yang terlihat satupun. Karena fokus dengan Rosa, Amora sampai tidak sadar bahwa ada penyusup datang dan membuat keributan di bawah dengan anak buahnya.

“Kenapa lo kaget? Anak buah lo gak ada apa-apanya buat gue,” ucapnya.

“Bocah kemarin sore seperti kamu terlalu sombong,” ucap Amora.

“Re...,” gumam Rosa. Revano, dialah datang untuk menolong mamanya.

“Mah, Re disini. Mama jangan takut,” ucap Revano.

“Kamu hanya sendirian, dan kamu terlalu percaya diri.” Segerombolan datang dan mengepung Revano, dan Denis berdiri di sebelah Rosa.

“Anda... tuan Denis Wijaya, ternyata tidak seperti apa yang ada di surat kabar. Anda dan istri anda sama-sama manusia yang memprihatinkan yang pernah saya kenal,” ucap Revano dengan tatapan mengejek, membuat tangan Denis terkepal kuat karena emosinya terpancing oleh kalimat Revano.

“Putri anda selalu membanggakan anda di depan teman-temannya, tapi saya tidak melihat hal yang bisa di banggakan dari anda.”

“Anjani, gadis bodoh yang anda didik untuk menghancurkan papa saya sudah gagal dan anda menggunakan cara rendahan seperti ini untuk membuat pikiran papa terpecah kemudian orang suruhan anda akan leluasa menghancurkan keuangan perusahaan papa?” Denis dan Amora terbelalak mendengar penuturan Revano.

“Bagaimana bisa...” Amora bergumam dengan wajah terkejutnya.

“Apa itu ekspresi terkejut? Wah ternyata rencana kalian dibongkar sama bocah kemarin sore ini,” Revano tertawa dengan ekspresi yang semakin membuat Denis emosi.

“Saya yang terlalu pintar atau kalian yang terlalu bodoh?”

“Ah tidak... sepertinya ini kesalahan putri anda yang ceroboh,” ucap Revano dengan senyum sinis nya.

AlReGa [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang