30

3.3K 294 46
                                    

Di rooftop sekolah terlihat Alex sedang duduk sambil menatap langit biru. Pagi ini sangat cerah namun tidak demikian dengan hatinya. Pikirannya mengganggu hatinya, pikiran-pikiran negatif selalu bergentayangan di otaknya jika mengingat saudara keras kepalanya akan balapan di arena berbahaya bagi pembalap manapun karena letaknya berdampingan dengan jurang yang curam. Arena ekstrim bagi mereka yang terbilang masih bocah untuk bisa menaklukan arena tersebut. Hari ini Alex tidak mengikuti pelajaran di kelas, ia memilih untuk berdiam diri di rooftop untuk menenangkan pikirannya. Jika tetap mengikuti pelajaran juga percuma karena ia pasti tidak akan konsen dalam belajar di kelas.

“Otak gue gak bisa berhenti mikirin lo Re,” gumamnya.

Alex merebahkan tubuhnya dengan kepala yang bertumpu pada kedua tangannya yang dilipat. Angin bertiup menerbangkan rambutnya yang sedikit panjang. Alex memejamkan matanya menikmati desir angin yang menyapu kulitnya.

“Langit hari ini tuh cerah, jangan dirusak dengan wajah asem lo itu.” Alex membuka matanya mendengar suara seorang gadis yang baru saja datang.

“Mau apa lo kesini?” ucap Alex dingin.

“Dih galak,” sahut gadis tersebut.

“Gue cuma mau bilang makasi sama lo karna kemarin udah balikin kunci motor gue,” lanjutnya. Gadis itu adalah Anjani.

“Hhmm. sekarang lo boleh pergi,” ucap Alex.

“Dih ngusir, yaudah gue pergi bye!” Anjani berbalik dan melangkah menjauh dari tempat itu.

“Tunggu!” Alex bangkit dari posisinya  dan berbalik kearah Anjani.

“Apa lagi?” Anjani menatap Alex dengan tatapan tajam. Ia kesal karena sikap dingin dari pemuda itu dan sikapnya yang songong.

“Temenin gue disini,” ucap Alex dengan nada yang sedikit lembut.

“Tadi lo ngusir gue, sekarang malah minta di temenin. Plin-plan lo,” ucap Anjani dan Alex menatapnya tajam.

“Gue berubah pikiran, mending lo pergi dari sini.” Alex berbalik dan kembali ke posisinya seperti sebelum gadis itu datang. Anjani menjadi merasa serba salah dengan apa yang di ucapkan, karena sulit sekali menebak sikap pemuda itu.

“Lo lagi ada masalah?” Anjani mendekat ke arah Alex.

“Bukan urusan lo,” ketus Alex.

“Ck, dasar tembok es.”

“Apa lo bilang?”

“Emang lo denger apa?”

“Gue lagi gak pengen debat sama lo,” ucap Alex.

“Ya sudah, emang gue bilang mau ngajak lo debat? Engga kan? Jadi lo santai aja, gue duduk disini temenin lo. Gue janji gak akan buat lo terganggu dengan keberadaan gue disini, tapi kalo lo ngerasa rapuh dan butuh temen ... ada gue disini yang siap jadi pendengar dan tempat lo lampiasin semuanya.” Anjani menatap Alex seraya tersenyum tulus.

“Lo suka naik motor sport ke sekolah?”

“Itu...”

“Udah gak usah ngeles, motor sport warna merah yang sering parkir di samping motor Raka itu milik lo kan?”

“Gue tau dari gantungan kunci motor yang pernah ketinggalan dimotor itu sama dengan gantungan kunci motor milik lo.”

“Ya kalo gitu gue gak bisa ngeles lagi,” sahut Anjani.

“Jarang gue lihat cewek suka motor sport, gue kira cewek cuma bisa dandan sama ngegosip doang.” Anjani menatap Alex dengan tatapan tajamnya.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now