36

3.4K 314 81
                                    

Even if, someday i’m die... I want to see them happy and always happy, even without me. But if given the chance. I want to live...
~Revano~

•••

Ketika melihat orang yang kita sayangi tidak berdaya, rasanya sangatlah hancur. Sehancur hati Rosa saat ini, dadanya bergemuruh dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti. Pertahanannya goyah hingga tubuhnya limbung seakan tak bertenaga dengan kaki yang melemas. Beruntung saja Levin dengan sigap menarik tubuh itu kedalam dekapannya, mendekapnya erat mencoba menenangkan hati Rosa meski hatinya juga sedang mencari rasa tenang itu.

Levin memang sosok pria yang enggan melihat wanitanya rapuh juga menangis tersedu seperti ini, namun sebesar apapun usahanya agar terlihat tegar untuk bisa menenangkan Rosa tetap gagal dalam kondisi ini. Bagaimana tidak, putranya sedang berjuang disana. Berjuang untuk hidup atau mengalah dan berhenti kemudian pergi meninggalkan luka. Tidak, Revano adalah sosok pemuda yang tangguh dan gigih. Levin yakin, Revano tidak akan segampang itu menyerah. Buktinya, jantung itu masih berdetak meskipun matanya masih terpejam dengan rapat dalam tidurnya.

Rosa mendekati ranjang putranya, hatinya semakin hancur ketika menyentuh tangan kurus yang dingin itu. Tapi disisi lain, hatinya sedikit lega karena suara mesin pendeteksi jantung berbunyi dengan bip teratur. Putranya masih disini, putranya sedang berjuang untuk bangun dari mimpinya dan ia tidak boleh terlihat rapuh ketika putranya bangun.

“Hei.. anak mama kenapa tidur disini?” Rosa mengusap pucuk kepala Revano dengan lembut.

"Ayo bangun Re, tidur dirumah. Kamu kan tidak suka tidur disini." Air mata Rosa terus mengalir di pipinya.

“Mama minta maaf karena tidak menyadari perubahan pada putra mama,” ucap Rosa.

“Kamu terlihat kurus sekali, cepat bangun ya Re.. nanti mama masakin makanan kesukaan kamu dan kamu harus makan yang banyak.”

“Jangan nyerah ya nak.. kamu kan janji mau jagain mama sampe mama tua.”

“Revano itu.. putra mama yang kuat, putra mama yang gak gampang nyerah. Paling benci sama kekalahan, jadi kamu harus menang. Jangan sampe kalah sama penyakit kamu. Mama disini sekarang, dan akan selalu ada disamping Revano sampe Revano sembuh.” Hati Levin semakin terkoyak mendengar penuturan Rosa.

Son.. please wake up.”

**
Pagi telah tiba, dan Levin masih setia memandangi kedua orang yang ada dihadapannya. Sejak kemarin ia tetap terjaga, mencoba menenangkan istrinya yang terlihat sangat terpukul melihat kondisi putranya. Suara isak tangis Rosa membuat hati Levin luluh lantah, hancur bagai ditiban bebatuan berat yang membuat dadanya sesak. Rosa terus menggenggam tangan kurus Revano hingga ia terlelap karena lelah akibat menangis.

Levin mendekat ke arah ranjang Revano, mengusap pelan pucuk kepala putranya.

Hei.. good morning son,” bisik Levin di telinga Revano.

Your mom is here, she stay here for you.” lanjutnya.

“Andai saja papa bisa bertukar posisi, ingin sekali papa menggantikan posisimu.”

“Cepatlah bangun son,” Levin membungkuk untuk mengecup putranya.

I miss you so much,” bisik Levin tepat ditenginga Revano.

Drrtt... drrttt...

Ponsel Levin bergetar karena ada sebuah panggilan masuk, ia merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya. Dilihatnya tertera nama Al pada layar ponsel tersebut, dengan sedikit ragu Levin menerima panggilan dari putra sulungnya.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now