38

3.7K 314 111
                                    

Pukul tujuh pagi, Alex sudah berada di sekolah. Ia berangkat lebih pagi karena mood-nya sedang buruk, dan ia ingin menyendiri di tempat biasa untuk menenangkan diri. Revano dan Galih juga entah kapan berangkat ke sekolah, karena Alex tidak melihat motor mereka di garasi. Belakangan ini, Alex menjadi sedikit pendiam dan dingin. Suasana hatinya sedang buruk dan bertambah buruk jika selalu berhadapan dengan Galih yang sering memancing emosinya. Alex memang sosok yang tenang dan hangat, namun jika ia merasa terusik dan tidak suka maka Alex yang tenang dan hangat akan berubah menjadi sosok yang dingin melebihi Revano.

“AL!” teriak seorang gadis yang tengah berlari di koridor sekolah, membuat Alex menghentikan langkahnya.

“Lo kenapa selalu ngehindar dari gue?” ucap gadis itu sambil mengatur nafasnya.

Sorry, gue gak ada waktu.”

“Ketus amat, gue ada salah sama lo?”

“An... gue lagi gak pengen basa-basi. Langsung aja,” ucap Alex.

Okay... gue minta maaf,” ucap gadis itu yang tidak lain adalah Anjani.

“Gue minta maaf karena gue ninggalin lo sama saudara lo waktu itu, maaf karena gue ilang gak ada kabar, maaf karena gue gak ada jengukin lo, dan maaf karena gue belum bisa kasi penjelasan mengenai hubungan gue sama Darwin.” Alex hanya menatap Anajni dengan tatapan dingin.

“Udah?” Anjani hanya mengangguk.

“Lo cuma buang waktu gue,” ucap Alex kemudian meninggalkan Anjani. Anjani menyentuh dadanya yang terasa nyeri saat diabaikan seperti itu oleh Alex.

“Dulu gue biasa aja liat sikap ketus lo itu Al, tapi sekarang kenapa rasanya gak enak banget.”

"Ah! Apaan sih lo An.. inget An dia itu siapa, lo gak boleh mikir aneh-aneh." Anjani menghela nafas kasar kemudian berjalan menuju kelas.

Di rooftop, Alex duduk seorang diri. Meski bel masuk sudah berbunyi lima belas menit yang lalu namun ia tetap tidak beranjak dari tempatnya. Alex membaringkan tubuhnya, menatap langit biru yang cerah. Ia sangat terganggu oleh setiap kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Alex merasa sedang ada dalam labirin, ia merasa tersesat dan ingin cepat keluar dari labirin tersebut. Semuanya sangat membuatnya pusing dan menghancurkan mood-nya setiap saat.

“Alex yang selalu terlihat tenang ternyata bisa terlihat putus asa seperti ini,” ucap seseorang yang baru datang.

“Lo lebih terlihat menyedihkan dari gue,” sahut Alex karena ia tahu siapa pemilik suara tersebut.

“Lo ada benarnya juga.”

“Lebih menyedihkan lagi kalo lo membenarkan ucapan gue.”

“Al... apa lo lagi mikirin si kutu kupret?”

“Ternyata seorang Raka Dirgantara bisa ngatain sahabatnya sendiri,” ucap Alex dengan menaikkan satu alisnya.

“Lo langsung paham siapa yang gue maksud, okay semua orang dibuat uring-uringan sama si kutu kupret Revano.” Raka duduk di sebelah Alex.

“Ka... apa lo tau sesuatu mengenai dia?” Raka menelan salivanya mendengar pertanyaan dari Alex.

“Tau apa maksud lo Al?”

“Gue ngerasa dia berbeda dan gue tahu dia lagi sembunyiin sesuatu dari gue.”

“Udahlah Al, lo mungkin terlalu khawatir. Jangan mikir yang aneh-aneh deh,” ucap Raka.

“Tapi feeling gue gak pernah salah Ka,” sahut Alex.

“Apa yang ada dalam pikiran lo sekarang tentang dia?” ucap Raka.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now