16

4.8K 383 36
                                    

Jika aku bisa memilih, aku ingin berada di posisimu saat ini.
Biar aku yang merasakan sakitmu, biar aku saja.
Aku tidak apa jika aku bertukar posisi denganmu, karena melihatmu terbaring tidak berdaya lebih sakit daripada apapun.
-Raka Dirgantara-

♦♦♦

Di sebuah lorong bercat putih dengan bau khas obat-obatan, seorang remaja laki-laki tengah bersandar pada tembok dengan perasaan resah. Menangkup wajahnya dengan jantung yang berdebar kencang. Rumah sakit, disinilah Raka berada sekarang.

Setengah jam yang lalu Raka langsung membawa Revano ke rumah sakit setelah Raka menelpon Dava sang ayah, memberitahu bahwa ia menemukan Revano dalam keadaan sudah tergeletak tak berdaya dengan dikerubungi banyak orang. Dava memerintahkan putranya untuk langsung membawa Revano ke rumah sakit agar segera mendapat penanganan.

Saat ini Raka tengah menunggu dengan gusar karena Dava sangat lama menangani Revano. Raka takut, sangat takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap sahabatnya dan yang lebih membuatnya resah adalah bagaimana caranya untuk mencari alasan bila nanti Alex dan Galih menanyakan Revano padanya?

Karena dalam arena itu Alex dan Galih sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Pasti Revano keluar rumah dan ikut balapan tanpa sepengetahuan Alex dan Galih. Apa yang harus ia katakan pada mereka, dan bagaimana jika Revano betah dengan tidurnya seperti kemarin? Levin juga pasti akan menanyakan Revano padanya.

“Aarrgh.” Raka menggeram dengan tangan terkepal kuat.

Pikiran Raka melayang kemana-mana dengan kemungkinan-kemungkinan yang memang mungkin saja terjadi, kekhawatiran terhadap Revano membuatnya lepas kendali.

Buuugghh...

Raka membalikkan badannya dan tangannya pun melayang, meninju dinding dingin di depannya.

“Re... gue tau lo kuat. Jadi jangan biarin  penyakit brengsek itu ngalahin lo Re,” ucap Raka dalam hati seraya menempelkan dahinya di dinding. Memejamkan mata demi menghalau emosi yang ingin menguasainya.

Ceklekk

Saat hatinya sedang bergejolak, pintu IGD pun terbuka dan Dava keluar dengan ekspresi yang sulit diartikan, Raka langsung menghampiri sang ayah.

“Pa, gimana keadaan Revano?” tanya Raka.

“Dia baik-baik aja kan Pa?”

“Revano masih belum sadarkan diri,” sahut Dava.

“Lalu gimana kondisi Revano Pa?”

“Sepertinya anak itu tidak meminum obatnya lagi,” ucap Dava.

“Astagaaaaa.” Raka menjambak rambutnya sendiri mendengar ucapan sang ayah. Betapa keras kepalanya Revano, di suruh minum obat saja sangat sulit.

“Kamu harus menjaga dan mengawasi Revano Ka,” ucap Dava.

“Jangan biarkan Revano ikut balapan seperti ini lagi. Walaupun ia tetap rajin meminum obatnya, hal seperti ini juga bisa terjadi padanya karena kondisi tubuhnya yang semakin menurun. Papa harap kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi,” lanjutnya lalu beranjak meninggalkan Raka.

“Papa juga belum menjawab pertanyaan Raka barusan.”

Raka berbalik menatap sang ayah yang sudah melangkah meninggalkannya di depan ruang IGD. Sontak ucapan Raka menghentikan langkah Dava dan berbalik menghadap sang anak.

“Gimana keadaan Revano dan apa maksud omongan papa?”

Dava menedekat kembali ke arah Raka dan menatapnya lekat. “Untuk saat ini Revano akan baik-baik saja.” Dava tersenyum lembut.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now