02

9.1K 695 69
                                    

Kita ini satu, dan satu yang saling mengisi. Susah lo susahnya gue juga. Sakit lo sakitnya gue juga. Gue tau elo dari dulu, kita tumbuh bersama. Jangan pernah tutupi apapun dari gue.

-Alexander-

*****

Di jalan yang masih sepi, sebuah mobil putih melaju dengan kecepatan biasa. Di dalam mobil terdapat tiga remaja laki-laki yang satu jam lalu mereka keluar dari rumah dengan cara diam-diam, agar semua penghuni rumah tidak terbangun.

Saat mengeluarkan mobil saja mereka harus mendorongnya sampai di luar agar satpam rumahnya tidak mengetahui jika mereka keluar. Jika sampai ketahuan kacau sudah rencana mereka untuk kabur. Tiga anak laki-laki tersebut tidak lain adalah Alrega. Alex, Revano dan Galih.

Pagi ini, sesuai ucapan Levin sang ayah. Mereka bertiga akan di sidang karena ketahuan pulang larut, lebih tepatnya pulang pagi. Namun Alrega memilih kabur, karena tidak siap dengan semua pertanyaan yang akan di tanyakan Levin.

Sebenarnya kabur seperti ini sudah biasa mereka lakukan untuk menghindari sidang sang ayah, walau pada akhirnya mereka tertangkap juga oleh anak buah Levin.  Tapi mereka tetap melakukan hal yang sama, karena bagi mereka kabur adalah jalan tol untuk menyusun kata-kata dan menyiapkan berbagai alasan untuk setiap pertanyaan yang akan di ajukan Levin nantinya.

Sejujurnya Levin selalu memantau ketiga putranya dengan mengirimkan anak buahnya namun bukan Alrega namanya jika tidak bisa lolos dari bodyguard kiriman sang ayah.

“Re... sumpah, ini mata masih sepet banget,” ucap Galih sambil mengucek matanya.

“Emang mata lu aja, mata gue juga. Tadi aja jalan sambil raba-raba. Untung gue gak ngegelinding tadi di tangga,” sahut Alex.

“Ini jam berapa?” tanya Galih.

Dengan santainya Revano menjawab. “Jam enam, trus pas gue bangunin kalian itu kayanya jam lima deh. Kalian tidur kebo banget.” Sontak jawaban itu membuat mata Galih yang tadinya sangat sulit untuk di buka karena ngantuk langsung dibuat melotot.

“Gila, jadi gue cuma tidur dua jam doang? Pantes mata gue sepet.”

“Bukan kalian aja yang ngantuk. Gue lebih ngantuk, gue gak dapet tidur sama sekali karena mikirin rencana buat kabur dari sidang bokap pagi ini. Otak gue lagi buntu gak bisa mikir buat cari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan Papa nanti. Pening gue, jalan satu-satunya ya kabur. Emang lu berdua siap di sidang sama Papa?” jelas Revano sambil fokus menyetir.

“Ya.. gue belum siap.” Galih menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.

“Tapi Re... gue gak yakin kita lolos dari Papa,” ucap Alex.

“Sekarang kita bisa kabur tapi setelah ini kita bakal jadi buronan Papa lagi kaya kemaren. Lo inget kan? Pas kita ketahuan ikut tawuran.”Lanjutnya.

“Papa nyuruh anak buahnya nyari kita dan akhirnya kita juga ketangkep. Fasilitas disita pula,” sahut Galih.

“Ya, gue tau. Tapi setidaknya kita bisa mikirin jawaban dari semua pertanyaan Papa nanti.” Revano  tetap fokus menyetir.

“Nah kita sampai.” Revano memarkirkan mobilnya dan turun meninggalkan Alex dan Galih yang melongo, karena Revano membawa mereka ke sekolah bukan apartemen.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now