26

3K 295 37
                                    

“Re... buruan. Kita bisa telat nih,” teriak Alex yang sudah berada di dalam mobil BMW i8 kesayangannya bersama Galih.

Di garasi besar yang ada di rumah tersebut berisikan banyak sekali mobil-mobil mewah yang terparkir disana bagaikan showroom. Mobil-mobil yang ada disana memiliki sejarahnya masing-masing karena dimiliki oleh Levin sejak ia remaja hingga mobil-mobil keluaran terbaru, disebelah garasi mobil juga terdapat garasi motor yang meski kecil dan hanya ada empat motor sport tapi tetap saja membuat siapapun tercengang karena harganya yang fantastis. Perlu di ingat, Levin berjuang dari nol untuk bisa seperti sekarang ini. Bisa menjadi pengusaha hebat dan sangat disegani yang kekayaannya terbilang fantastis.

“Yaa,” sahut Revano.

Kondisi Revano sudah kembali pulih dan kembali melakukan aktivitas seperti biasa yang tidak lepas dari pantauan Levin. Levin kembali disibukkan oleh pekerjaannya di kantor, namun meskipun demikian Levin tetap memantau putranya Alrega terutama Revano. Revano tidak pernah melupakan jadwal minum obat dan juga bertemu dengan dokter Rian karena ada campur tangan Levin. Namun ada satu yang belum dapat Levin runtuhkan dari seorang Revano yaitu bersedia untuk menjalani pengobatan. Revano selalu menolak permintaan yang satu itu, berapa kali dan sebanyak apapun Levin, dokter Rian dan dokter Dava membujuknya untuk melakukan pengobatan tetap saja penolakan yang mereka dapat dari si anak keras kepala itu.

“Mom, please don’t be angry.” Revano mencium pipi Rosa.

“Al sudah menunggu, nanti kalian telat.” Rosa melipat tangannya di depan dada.

Kejadian menghilangnya Revano dan kemudian tiba-tiba datang bersama Levin belum sepenuhnya dikatakan selesai karena sejak hari itu meskipun Revano dan Levin sudah menjelaskan alasannya tetapi Rosa tetap saja marah kepada mereka berdua, sikap Rosa berubah cuek dan sedikit berbicara. Sedangkan Galih cukup bisa menerima penjelasan dari Levin walaupun sempat marah beberapa hari.

Saat itu, selesai makan malam Rosa berbicara empat mata dengan Levin kemudian mengumpulkan Alrega untuk berbicara bersama. Levin lebih banyak memberi penjelasan dibanding Revano yang memilih banyak diam dan hanya mengangguk ketika ditanya. Dengan sikap diam Revano dan bibir yang terus mengucapkan kata maaf membuat Rosa tidak menanyakan banyak hal dan memilih mendengarkan semua pejelasan dari Levin. Meski sudah mengatakan bahwa Rosa memaafkan mereka tapi tetap saja Rosa melampiaskan kekesalannya dengan tidak berbicara banyak dengan mereka.

“Sudah, kamu berangkat sekolah dulu. Papa juga sudah menunggu,” ucap Rosa kemudian mengelus pipi Revano. Jika anak itu sudah merajuk, siapapun tidak bisa berlama-lama mendiaminya.

“Jangan diemin Re terus. Re kangen sama hal yang satu ini,” ucap Revano sambil memejamkan matanya dan menyentuh tangan Rosa yang masih berada di pipinya.

“Maafin Re ya,” ucap Revano sambil tersenyum dan menaik-turunkan kedua alisnya. Rosa tersenyum melihat tingkahnya, ada saja caranya agar bisa membuatnya luluh.

“Jangan senyum aja ma.”

“Iya mama maafin. Bukannya sudah dari kemarin minta maaf terus dan mama sudah maafin kamu.”

“Tapi mama diemin Re, gimana Re gak minta maaf terus.”

“Sudah, bicaranya nanti lagi sepulang sekolah. Nanti kalian telat,” ucap Rosa.

“Ok mom. Masakin masakan kesukaan Re ya nanti siang,” bisik Revano kemudian mencium tangan dan pipi mamanya. Setelah itu Revano masuk ke dalam mobil karena Alex dan Galih sudah masuk mobil duluan.

Mobil putih yang di kemudikan Alex meninggalkan pekarangan rumah besar itu di ikuti mobil hitam milik Levin dan mobil anak buahnya. Sebelum benar-benar meninggalkan halaman rumah mereka membunyikan klakson mobil membuat Rosa melambaikan tangannya kepada mereka.

AlReGa [END]√حيث تعيش القصص. اكتشف الآن