33

2.9K 323 59
                                    

Seperti inikah rasanya khawatir? Rasanya lebih sakit dari apapun. Bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Kumohon..


.....
Tepat jam delapan malam, sebuah mobil hitam terparkir dekat lintasan yang akan digunakan untuk tempat balapan oleh dua orang pemuda yang saat ini sudah berada di garis start. Tidak ada banyak penonton, hanya ada Revano, Darwin dan teman-temannya.

Alex, Galih ataupun Raka tidak terlihat karena Revano mempercepatnya sehari sebelum tanggal yang disepakati karena ia mengetahui bahwa Alex dan Galih sudah memiliki rencana untuk menggagalkan atau bahkan ikut dalam balapan tersebut.

“Ini akan menarik,” ucap seseorang dengan tersenyum miring.

“Apa yang akan kamu lakukan dengannya?”

“Bukan aku, tapi kita.”

“Ck.. kamu selalu membuatku melakukan hal yang belum aku ketahui. Aku semakin menyukaimu Amora, kenapa kita tidak menikah saja.”

“Denis.. jangan memancing kemarahanku, bukan waktunya membahas itu.”

Denis dan Amora, merekalah yang berada di dalam mobil hitam yang sedang terparkir di dekat lintasan tersebut namun tetap dalam posisi yang aman agar tidak diketahui oleh siapapun.

Amora menatap Revano dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan senyumnya semakin melebar saat melihat kedatangan tiga remaja lain dengan motor sportnya.

“Permainan dimulai,” ucap wanita tersebut sambil tersenyum miring, dan Denis melipat kedua tangannya di depan dada seraya bersandar pada jok mobil kemudian senyuman licik terukir dibibirnya.

Disisi lain, Revano terlihat sangat terkejut dengan kedatangan dari tiga orang pemuda itu. Begitupun dengan Darwin, karena tanpa di sangka di belakang ketiga pemuda itu di ikuti oleh seorang perempuan yang sangat ia kenali.

“Hai bro,” sapa Galih dengan senyum miringnya. Alex, Galih dan Raka melepas helmnya kemudian turun dari motor mereka masing-masing.

“Kalian kenapa ada disini?” nada bicara Revano sangat dingin, tidak kalah dengan tatapan tajamnya.

“Pertanyaan bagus, tapi sayangnya gue kurang berminat untuk menjawab.” Nada bicara Alex tak kalah dingin.

“Darwin...,” Akex mendekat ke arah pemuda tersebut.

“Lo cuma mau balapan berdua aja?” Alex menoleh ke arah Revano.

“Lo gak ada niat ngalahin Alrega sekaligus?” Alex tersenyum miring.

“Jangan lupain gue Al..” ucap Raka dengan nada yang berbeda dari biasanya. Bukan Raka yang tenang, dia seperti di rasuki sifat joker.

“Ah iya, King lengkap malam ini. Lo beruntung Win,” ucap Galih.

“Lo gak bisa kadalin gue dengan cara majuin hari balapan ini,” Alex memberikan senyum kemenangan terhadap Revano karena Revano tidak berhasil mengelabuinya.

“Oke, kita mulai saja karena gue gak suka buang-buang waktu. Lo tau itu kan?” ucap Alex.

“Al!”

“Re, sekarang kita berlima adalah lawan di lintasan. Jadi, jangan segan untuk menjadi pemenang.” Alex kembali memberikan senyuman miring kepada Revano.

“Dan lo Anjani.. lo jadi satu-satunya wasit dari pertandingan ini. Bukan segerombolan monyet itu.” Alex menunjuk teman-teman Darwin dengan nada menantang. Darwin mengisyaratkan agar mereka tetap tenang dan jangan sampai terpancing oleh ucapan Alex, karena jika mereka terpancing dan terjadi baku hantam maka tidak mustahil pertandingan yang ia tunggu-tunggu akan hancur dan batal. Rencana Alex untuk menghancurkan pertandingan ini akan berhasil, dan Darwin tidak menginginkannya.

AlReGa [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang