21

4K 342 42
                                    

Jika saja aku boleh memilih, biar aku saja yang merasakan sakitnya.
Jika saja aku bisa meminta, biar aku saja yang menanggung sakitnya.
Biar aku saja Tuhan, biar aku saja. Jangan dia.
-Levin-

♦♦♦

“Apa yang sedang kalian bicarakan disini?”

Suara tersebut membuat tiga orang pria yang ada dalam satu ruangan itu terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Saat melihat siapa pemilik suara tersebut, ketiga pria tersebut dengan susah payah menelan salivanya. Ini sudah malam dan ini diluar dugaan jika seseorang tersebut datang ingin menemui dua orang pria yang mengenakan jas putih layaknya seorang dokter tersebut.

Revano sengaja datang ke rumah sakit untuk menemui dokter Rian dan dokter Dava. Revano memilih datang saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh karena dia tidak tahu lagi untuk pergi kemana selain menemui Rian dan Dava di rumah sakit setelah seharian mengitari kota Jakarta.

Selain itu Revano juga ingin tahu, sudah sampai mana tubuhnya dijajah oleh penyakitnya karena Revano merasa tubuhnya semakin lemah dan mungkin penyakit itu sudah sangat parah sehingga menimbulkan efek-efek baru pada tubuhnya seperti pandangan yang memburam, tangan dan kaki yang tiba-tiba susah untuk digerakkan serta keseimbangan tubuh yang menurun.

Ketika sampai di rumah sakit, Revano sempat bingung saat melihat mobil Levin terparkir rapi di parkiran rumah sakit. Bukankah tadi pagi Levin bilang ia akan pulang larut karena ada pertemuan penting? Pikirnya.

Saat melihat  salah satu anak buah Bimo, Revano langsung menghampirinya dan meminta penjelasan padanya. Setelah mendapatkan informasi, Revano langsung berlari menuju lantai lima rumah sakit tempat Levin berada bersama Rian dan Dava. Saat Revano tiba, ia sempat di cegah untuk masuk namun bukan Revano namanya jika tidak berhasil menerobos penjagaan dari anak buah Bimo.

Saat ia masuk, ia melihat raut wajah tiga orang yang ia cari dengan raut wajah serius. Ketiga pria itu terkejut saat Revano masuk dengan tiba-tiba dan langsung mengeluarkan pertanyaan telak bagi mereka. Raut wajah Rian dan Dava yang tegang membuat Revano curiga dan menatap tajam ke arah mereka.

Levin bangun dari posisinya, berjalan mendekat ke arah Revano dengan tatapan sendu. Levin terlihat seperti orang yang frustasi dengan tatanan rambut yang sudah berantakan. Matanya merah, air mata Levin menggenang membuat pandangannya sedikit kabur.

Dad.. are you okay?” tanya Revano namun tidak ada jawaban dari Levin.

“Apa yang kalian bicarakan disini?” Pandangan Revano beralih kepada Rian dan Levin.

“Re.. ada apa kamu datang jam segini?” bukannya menanggapi pertanyaan Revano, tapi Rian malah bertanya balik kepada Revano.

“Jawab pertanyaan Re dulu,” sahut Revano datar. Namun sebelum Rian menjawab, Revano tiba-tiba mundur beberapa langkah. Matanya terpaku pada benda yang berserakan di meja, benda yang sangat ia kenal.

Son,” ucap Levin pelan saat sudah berada tepat di depan Revano dengan tangan yang mengulur kedepan untuk memeluk Revano.

Stop,” ucap Revano sambil mengangkat satu tangannya.

What are you doing here?” ucap Revano datar seraya menatap sang ayah.

Son.. why are you never honest?”

"What do you mean, dad?"

“Kenapa kamu menyembunyikannya dari papa? Apa papa tidak berhak tau apa yang terjadi pada putra papa sendiri? Apa papa...” Revano menggeleng pelan seraya melangkah mundur saat tangan Levin ingin menyentuhnya.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now