32

2.9K 278 22
                                    

Tidak semua hal yang kita ingin tahu bisa terpecahkan dengan mudah. Semua butuh waktu dan kesiapan diri.
- Alexander -

~~~

Tok.. tok.. tok..

Suara pintu yang diketuk dari luar menyadarkan lamunan seorang pemuda yang tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya. Sejak pulang sekolah ia sama sekali belum beranjak dari tempatnya. Pemuda itu bangkit dari tempatnya untuk mebukakan pintu kamarnya.

“Selamat sore tuan muda,” ucap seorang wanita paruh baya seraya menunduk.

“Selamat sore,” sahut pemuda tersebut.

“Tuan muda, sejak tadi siang belum makan. Apa tuan muda ada masalah?” ucap wanita tersebut sedikit mendongak karena yang diajak bicara sedikit lebih tinggi darinya.

Pemuda tersebut tersenyum hangat sambil menggeleng pelan.

“Mata itu tidak bisa berbohong dan tuan muda juga tidak pandai dalam hal berbohong.”

“Jangan suka menyiksa diri dengan memendam sesuatu yang tidak mampu untuk dipikul sendiri. Ingatlah bahwa ada banyak orang yang bisa untuk diajak berbagi dan berkeluh kesah.”

“Alex tidak berbohong bi,” ucap Alex namun tidak berani menatap mata wanita paruh baya di hadapannya tersebut.

Wanita dengan kulit yang sudah mulai keriput namun masih sangat lincah dalam melakukan segala hal di usianya yang sekarang. Bi Sarti kepala pelayan dirumah megah itu sudah sangat mengenal bagaimana Alrega karena ia sudah bekerja sangat lama dirumah tersebut. Bi Sarti paham betul bagaimana watak ketiga tuan muda kesayangannya tersebut.

“Saya tidak akan memaksa tuan muda untuk bercerita, tapi saya hanya berpesan. Jangan ada keretakan di antara kalian, dan jika tidak ada yang bisa menurunkan ego masing-masing. Berusahalah untuk bersikap lebih dewasa dalam menanggapi segala hal.”

“Bi...” Belum sempat Alex melanjutkan kalimatnya, senyuman wanita itu membuat Alex kembali bungkam. Bukan saatnya ia menceritakan apa yang mengganggu pikirannya karena ia masih belum pasti mengetahui kebenarannya.

“Sudah... jangan menjadikannya beban. Selesaikanlah dengan bijaksana. Kemarilah, saya memasak makanan kesukaan tuan muda.” 

Di meja makan bi Sarti duduk disebelah Alex karena Alex yang meminta untuk ditemani. Alex makan dengan lahap membuat bibir wanita paruh baya itu melengkung, tersenyum seraya menatapnya lekat penuh kasih sayang. Sejak Alrega kecil, bi Sartilah yang merawat mereka. maka tidak heran jika mereka sangatlah dekat.

“Masakan bibi memang selalu enak, Al selalu suka sama masakan bibi. Sama seperti masakan mama, sama-sama enak.”

“Makanlah yang banyak, saya senang jika tuan muda menyukai masakan saya.”

“Terimakasih bik,” ucap Alex.

***
Teett..   teett...   teett...

Suara bel masuk telah berbunyi dan pintu gerbang sudah ditutup oleh pak Alif, satpan sekaligus penjaga pintu gerbang sekolah.

Terlihat seorang gadis berlari tergesa sambil berteriak memanggil pak Alif agar pintu gerbang dibukakan untuknya. Sekeras apapun ia berteriak, tetap saja tidak akan dibukakan pintu karena peraturan di sekolah. Jika sudah terlambat maka pintu gerbang tidak boleh dibukakan untuk siapapun siswa yang terlambat termasuk pemuda yang baru saja tiba dengan motornya tersebut. Pemuda tersebut turun dari motor sport berwarna hitam kemudian melepas helmnya. Gadis yang tadi sibuk berteriak memanggil pak Alif itu menoleh ke arah pemuda tersebut.

AlReGa [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang