07

5.8K 453 32
                                    


*****

Aku tidak tau, sampai kapan aku bisa bertahan. Sampai kapan aku bisa bersembunyi. Dan sampai kapan aku bisa berkata bahwa aku baik-baik saja. Aku ingin bertanya pada Takdir, mengapa aku di permainkan seperti ini?

Aku bahagia saat melihat mereka tersenyum bahkan tertawa. Tapi, apa senyum dan tawa itu masih bisa terukir di bibir mereka jika mereka tau apa yang terjadi sebenarnya?

Aku tidak ingin melukiskan kesedihan untuk mereka namun aku juga tau cepat atau lambat saat aku tidak bisa berdiri dengan kokoh lagi mereka akan mengetahui semuanya dan di saat itulah kesedihan mendalam ku torehkan.

Jika aku boleh meminta pada Tuhan, aku ingin semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir saat ku terbangun. Tapi ini bukanlah mimpi buruk, ini nyata. Sangat nyata.

Aku tidak bisa lari dan bersembunyi secara terus-menerus, maka mulai saat ini aku tidak akan menentang Takdirku. Aku akan berjalan seperti apa yang ku mau dan akan ku serahkan semua pada waktu. Biarlah waktu yang akan memberiku jawaban atas semua ini.

Yang terpenting untuk saat ini adalah aku akan terus melukiskan senyuman untuk mereka sebelum aku menggoresnya dengan kesedihan jika suatu saat nanti aku tidak mampu menunjukan bahwa aku baik-baik saja.

˚˚˚˚˚ Revano Lionard Alatas ˚˚˚˚˚

•••••

˚˚˚AlReGa ˚˚˚

"Kak, ka Re kenapa?" tanya salah seorang anggota PMR.

"Dia pingsan," sahut Raka singkat.

"Cepet tanganin dia dan jangan banyak bertanya." Lanjutnya.

"Iya kak."

Anak PMR langsung menangani Revano. Setelah itu mereka meninggalkan Raka bersama Revano di ruang UKS. Raka duduk di sebelah ranjang Revano sambil memandangi sahabatnya yang tengah terpejam. Wajahnya terlihat damai, kesan badboy hilang saat itu juga.

"Lo pasti gak minum obat lo dengan teratur Re," ucap Raka yang masih memandangi sahabatnya.

"Kenapa lo keras kepala banget sih, susah banget di bilangin." Lanjutnya.

"Ini kali pertama lo collapse di hadapan gue dan ini sudah membuat gue ketakutan setengah mati."

"Lo gak mau cerita ke siapa pun tentang penyakit lo, lo mau menikmatinya sendiri. Egois banget lo, songong tau gak sih. Lo mau orang – orang di dekat lo senang, oke gue paham itu. Tapi bukan dengan cara seperti ini juga Re, lo menikmati dan menanggung beban serta sakit ini sendirian. Kalo lo gak mau mereka tau gue bisa terima tapi pengecualian untuk gue Re, biarin gue jagain lo dan ada di saat lo jatuh seperti ini. Walaupun nanti lo marah atau pun ngamuk sama gue, gue tetep di samping lo buat ingetin lo untuk rutin meminum obat dan cek up ke bokap gue. Karena Raka Dirgantara tidak bisa di bantah termasuk oleh seorang Revano Lionard."

Setelah berbicara panjang lebar, ia sadar bahwa Revano tidak mendengarnya, karena sahabatnya itu masih dalam kondisi pingsan. Raka menghembuskan nafas kasar.

"Berasa kaya orang gila gue ngomong sendiri," ucapnya sambil mengusap wajahnya kasar.

Satu jam sudah mereka berada di ruang UKS namun Revano masih belum menunjukan tanda-tanda akan membuka matanya.

*****
Bel istirahat sudah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin. Di tengah keramaian terlihat seorang gadis tengah berlarian di koridor sekolah seperti sedang mencari seseorang.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now