24

3.3K 349 28
                                    

Haaahh!

Alex menghembuskan nafas kasar. Ini sudah sore dan ia baru saja sampai di rumah setelah berkeliling mencari Revano. Sapaan dari semua pelayan tidak ia hiraukan, Alex langsung menuju kamarnya. Seragam sekolah masih ia kenakan, tas dan sepatu di lempar sembarang kemudian menghempaskan tubuhnya di ranjang king size miliknya. Menatap langit-langit kamar dengan kepala berbantalkan tangan mencoba berfikir dengan tenang.

Calm down,” ucapnya dalam hati.

“Al... lo harus berfikir dengan jernih,” ucapnya lagi.

Alex memejamkan matanya, mencoba tenang agar bisa berfikir. “Calm down Al, calm down,” ucapnya terus dalam hati.

“Al.. gimana?”

“Gimana apa?”

“Revano..”

“Gue masih berusaha nyari dia.”

“Darwin?”

“Dia udah gue samperin tapi dia juga gak tau dimana Revano.”

“Bokap lo gimana?”

“Bokap masih di Jepang ngurus bisnisnya.”

“Bimo juga gak dapet petunjuk?”

“Kalo udah, gue pasti gak akan pusing kaya gini Ka.”

“Al..”

“Hmm.”

“Kenapa lo gak coba kemampuan IT lo buat lacak Revano? Lo juga bisa tau dimana aja Bimo nyari Revano.”

“Ahh sial! Kenapa gue gak kepikiran kearah sana. Bego.. bego... bego..”

“Ya lo emang bego Al.”

“Monyet lo Ka, but thanks bro.”

“Sama-sama bro.”

Alex kembali mengingat percakapannya dengan Raka di roftop sekolah, Raka menenangkannya dan memberikan jalan keluar yang mungkin akan menjadi titik terang atas kegelisahannya akibat menghilangnya Revano.

Alex membuka mata kemudian bangkit dari tempat tidurnya menuju meja belajar. Ia membuka laptop kemudian jari-jarinya bergerak dengan lincah.

“Gue harap ini membantu buat nyari tau lo dimana Re,” ucap Alex. Jari-jarinya terus bergerak dengan lincah.

Setelah beberapa jam Alex berkutat dengan laptopnya, terlihat sebuah titik merah yang membuat Alex tersenyum kemenangan. Namun memicingkan matanya, melihat lebih dekat layar laptop dan bukan hanya ada sinyal dari handphone Revano saja disana tapi ada sinyal lain di tempat tersebut kemudian sinyal ketiga menuju titik dimana Revano berada.

Awalnya Alex mengira sinyal lain yang ikut terdeteksi itu adalah Darwin dan satu temannya tapi jantung Alex terasa berdetak lebih kencang saat melihat nama tempat yang tertera pada layar laptopnya. Rumah Sakit Cahaya Medika. Tanpa berpikir panjang, Alex menutup laptopnya kemudian beranjak dari tempatnya langsung menyambar jaket dan kunci motor yang ia lempar tadi di tempat tidur.

Alex berlari menuruni anak tangga. Pikirannya hanya tertuju pada tempat tujuannya sekarang.

“Al... lo mau kemana?” ucap Galih yang berada di ruang tamu.

“Lo jaga mama. Gue ada urusan bentar,” sahut Alex singkat kemudian berlenggang pergi tanpa lagi menghiraukan teriakan Galih yang memanggil namanya karena tidak puas dengan jawaban seadanya itu.

Alex melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan disinilah ia sekarang. Di ambang pintu dengan nafas yang sedikit tersengal karena berlari namun tertutupi dengan tatapan tajam yang menusuk serta suara dingin yang ia lontarkan kepada orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

AlReGa [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang