50

1.6K 202 32
                                    

“Re pengen pulang om,” rengek Revano kepada Rian.

Sejak satu jam lalu Revano terus merengek padanya agar di perbolehkan pulang kerumah karena Revano tidak suka berlama-lama berada di rumah sakit.

“Kamu memaksa untuk datang keruangan om cuma untuk merengek seperti anak kecil begini?” Rian bersandar dengan melipat tangannya didepan dada.

Plissss.... Re janji gak bolos kontrol kerumah sakit, Re janji minum obatnya gak bolong-bolong.” Wajah memelas yang di tunjukkan oleh Revano membuat Rian menghela nafas.

“Anak ini, kapan bisa di abaikan sih. Selalu saja hati saya bisa luluh,” batin Rian.

“Saya akan berbicara dulu sama orang tua kamu, dan setelah itu melakukan pemeriksaan padamu. Jika semuanya bagus maka permintaan kamu bisa saya pertimbangkan,” jelas Rian dengan mimik wajah yang tegas.

Meskipun kenyataannya hatinya luluh dengan anak itu tapi ia tidak ingin memperlihatkannya karena bisa saja Revano akan membuat permintan yang lain padanya.

“Sekarang kamu saya antar kembali ke ruang rawat kamu, istirahat yang cukup dan yakinkan saya jika kamu sudah benar-benar dalam kondisi yang baik.” Revano hanya mengangguk dan kemudian Rian mengantarkannya kembali.

****
Setelah dua hari lalu Rian berbicara dengan Rosa dan Levin sambil memantau kondisi Revano, akhirnya dengan berat hati Rian memperbolehkan anak itu untuk pulang ke rumah dengan catatan Revano harus menepati janji yang sudah di sepakati. Jika Revano sampai melanggar, maka Rian yang akan datang sendiri untuk menyeret anak itu ke rumah sakit.

Dirumah, semua orang sudah menunggu kedatangan Revano. Mereka sudah tidak sabar sampai-sampai kurir yang salah alamat dikira Revano.

“Kurir hampir peluk anying,” umpat Galih.

“Ck, makanya liat-liat dulu orangnya.” Alex memukul pelan kepala Galih.

Tin!

“Suara klakson mobil papa!” pekik Galih dan Alex bersamaan.

Semua orang berdiri di depan pintu masuk menunggu Levin, Rosa dan Revano turun dari mobil. Semua pelayan dan bodyguard juga ikut berkumpul menyambut kedatangan tuan muda mereka. Revano yang di bantu Levin turun dari mobil menyunggingkan senyum kepada semua orang yang ada di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Alex dan Galih berlari ke arah Revano kemudian memeluknya erat. Revano membalas pelukan itu tidak kalah eratnya.

“Akhirnya lo pulang Re,” ucap Alex.

“Gue kangen rumah, gue kangen kalian.” sahut Revano.

“Masuk yuk, kita ngobrol di dalam.” ajak Rosa.
Sampai di kamar, Revano duduk di tepi ranjang sambil mengedarkan pandangannya ke segala sudut.

“Gue kangen kamar ini,” gumamnya.

“Sekarang lo mau istirahat?” tanya Alex.

“Enggak, gue mau keliling rumah.”

“Nanti sore aja ya, lo baru pulang. Mending kita ngobrol aja di kamar lo,” ucap Anjani.

“Gimana kondisi lo? Udah bener-bener baik?” Anjani mencoba mendekat ke arah Revano. Karena tidak tega, Alex membantunya.

“Gue disini,” ucap Revano meraih tangan Anjani. Tanpa pikir panjang, Anjani langsung memeluk Revano membuat semua orang menatap mereka.

“Hei... kenapa nangis sih,” ucap Revano sambil mengusap punggung Anjani.

“Gue takut lo ninggalin gue,” ucap Anjani membuat Revano melirik Alex.

“Sstt... jangan nangis An, malu diliatin Alex dan yang lain.” Revano sengaja menyebut nama Alex sambil menahan senyum. Revano menggigit bibir bawahnya melihat raut wajah Alex yang cemburu namun mencoba tenang.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now