46

2.6K 292 34
                                    

“Gue salah, gue egois, gue bodoh!” Tubuh Galih meluruh ke lantai, air mata penyesalan terus mengalir membasahi pipinya.

Galih menangis sejadi-jadinya, merutuki kebodohannya dan sesekali menjabak rambutnya frustasi. Sudah dua minggu Revano terbaring koma di rumah sakit, dan Alex mendiaminya selama itu juga. Alex sangat marah padanya, sekedar menatap wajahnya saja Alex terlihat enggan. Maka dari itu Galih jarang datang untuk menjenguk Revano. Belum cukup rasa sakit karena melihat Revano yang koma gara-gara menyelamatkannya, sebuah kenyataan pahit lainnya ikut menambah rasa sakit untuknya.

Dua hari yang lalu, ketika Galih datang menjenguk Revano tanpa sengaja ia mendengar percakapan antara Levin dan dokter Rian di ruang ICU. Saat itu Galih merasa ragu untuk masuk ke dalam karena melihat ekspresi wajah Levin dan dokter Rian yang sangat serius, dan sebuah kenyataan pahit terungkap tanpa disengaja. Kenyataan bahwa ternyata selama ini Revano sedang berjuang, berjuang untuk bertahan hidup dan tersiksa oleh penyakit mematikan yakni kanker otak kini sudah memasuki stadium lanjut.

“Jadi selama ini lo berjuang sendirian?”

“Gue emang gak berguna, gue gak pantas buat lo tolongin Re. Harusnya gue yang ketembak, kenapa lo malah nolongin gue?”

“Kenapa Re, kenapa lo gak biarin aja peluru itu bunuh gue?”

Galih terisak dengan terus menyalahkan dirinya sendiri, dia benar-benar menyesal dan tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada kondisi Revano.

***
Di sebuah taman, Anjani duduk di temani oleh Darwin. Pagi ini, Darwin mengajak Anjani pergi ke taman untuk mencari udara segar. Selama Anjani di rawat, Darwin selalu datang untuk menjaganya. Darwin sangat telaten menjaga adik sepupunya tersebut dan tidak pernah absen datang ke rumah sakit sampai saat ini ia tetap menjaga Anjani bahkan sekarang Anjani tinggal dirumahnya.

Darwin memang terkenal sebagai sosok pemuda berandalan yang suka mencari masalah dimana-mana namun dibalik sikap itu terdapat sikap lembut dan hangat dari sisi Darwin. Darwin sudah mengetahui apa yang terjadi selama ini, jauh sebelum masalah ini menjadi runyam seperti sekarang.

Sejujurnya Darwin sudah mengetahui hal ini semenjak ia datang ke rumah Anjani untuk sekedar makan malam bersama, karena Darwin bosan setiap hari hanya makan sendirian di rumah besarnya yang hanya di temani oleh dua pembantu rumah tangga yang dipekerjakan oleh orang tuanya. Orang tua Darwin sibuk dengan urusan bisnis mereka yang ada di luar negeri sehingga mereka lebih sering meninggalkan Darwin sendirian di rumah. Darwin menjadi nakal bukan tanpa sebab, itu semua karena ia membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Maka dari itu Darwin sering merasa cemburu melihat anak seusianya yang terlihat bahagia bersama orang tuanya dan Revano tahu akan hal itu.

“Darwin,” panggil Anjani.

“Gue disini,” sahut Darwin yang masih berdiri di sebelah Anjani.

“Jangan tinggalin gue, gue takut.”

“Gue disini, gue gak akan tinggalin lo.”

“Win,” ucap Anjani.

“Hhmm.”

“Gue bego,” ucap Anjani.

“Maksud lo?”

“Ya bego aja, gue malu sama Alex dan papanya.” Darwin tidak bergeming, ia hanya menatap Anjani menunggu kalimat selanjutnya yang akan di ucapkannya.

“Pantes Tuhan hukum gue, gue gelap mata karena dendam yang gak jelas. Sekarang semuanya jadi bener-bener gelap.”

“Gue jadi gak berguna dan malah nyusahin orang.”

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now