27

3K 298 80
                                    

Di sebuah mansion terlihat semua pelayan sedang melakukan tugasnya masing-masing dan di halaman belakang terdapat Bimo yang sedang memberi arahan kepada seluruh anak buahnya. Sedangkan Levin dan Rosa sedang menikmati sarapan yang sudah disiapkan di meja makan. Levin terlihat santai karena hari ini adalah hari minggu, tidak seperti hari biasa yang selalu terdengar teriakan tegasnya untuk membangunkan ketiga putranya jika mereka bermalas-malasan dan terlambat berangkat ke sekolah.

Hari ini Levin membiarkan mereka tidur hingga siang karena itu juga kebiasaannya di hari libur. Memang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Meski tidak ada setetespun darahnya yang mengalir pada ketiga putranya tersebut tapi sifat dan kebiasaan mereka sama persis sepertinya.

Hari ini perkiraan Levin salah, ia mengira putra-putranya masih terlelap namun kenyataannya Alrega justru bangun lebih pagi dari biasanya. Bahkan mereka sempat berolahraga sebentar di halaman belakang.

Pagi ini Alrega berencana untuk pergi ke suatu tempat. Tempat yang paling mereka sukai jika sedang bosan. Di depan kamar yang bertuliskan huruf R berdiri dua orang pemuda yang tidak lain adalah Alex dan Galih, mereka berdua sedang menunggu Revano. Setelah beberapa menit Revano keluar dengan outfit casual yang dominan berwarna hitam, warna favoritnya yang melambangkan seorang Revano yang misterius. Sedangkan Alex dengan outfit yang dominan berwarna putih dan Galih dengan setelan denimnya.

Mereka bertiga menuruni anak tangga seraya bercanda, tawa renyah yang keluar dari bibir mereka terdengar sampai ke ruang makan tempat Levin dan Rosa berada saat ini. Levin tersenyum mendengar tawa ketiga putranya. Ia senang jika ketiga putranya kembali akur seperti biasanya. Galih tidak lagi marah padanya dan Revano, begitu juga dengan Rosa. Walaupun Galih dan Rosa sempat bersikap ketus dan dingin tapi berkat ide dari dokter Rian yang meminta agar Levin mengajak keluarga kecilnya untuk dinner serta meluruskan segala masalah yang ada, dengan demikian keharmonisan keluarga mereka akan tetap terjaga.

Morning mom.. dad,” ucap Alrega yang baru tiba di meja makan.

Morning boys,” sahut Levin yang sedang menikmati sarapannya.

Morning sayang,” sahut Rosa.

“Tumben hari minggu kalian bangun pagi,” ucap Levin.

“Yah papa, bangun siang di gedor-gedor. Giliran bangun pagi protes,” sahut Revano.

“Bukan begitu... bukan kebiasaan kalian,” ucap Levin kemudian manatap Alrega bergantian.

“Mau kemana kalian pagi-pagi sudah rapi begini?” ucap Levin.

“Kita bertiga mau jalan-jalan pa. Udah lama gak nge-mall,” ucap Alex.

“Tumben kalian main ke mall,” ucap Rosa.

“Kok mama sama papa natap kita curiga?” protes Revano.

“Ke mall tidak harus membawa mobil masing-masing bukan? Bisa satu mobil saja,” ucap Levin.

“Papa tau kalian mau kemana.” Levin menatap tajam Alrega.

“Yah papa... sekali aja,” ucap Galih.

“Memang kalian mau kemana?” tanya Rosa.

“Hhmm... itu ma kita mau main ke mall,” ucap Galih sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena grogi, takut jika nantinya akan mendapat amukan dari kedua saudaranya kalau salah berbicara.

Mall yang kalian maksud berbeda dengan mall yang sering mama datangi,” ucap Levin.

“Pa, sekali aja ya pa? Please,” mohon Revano karena paham dengan ucapan Levin. Levin mengetahui kemana mereka akan pergi.

AlReGa [END]√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora