04

7.8K 572 122
                                    

Melihatmu lemah tak berdaya membuatku tak bisa bernafas, rasanya sangat sesak. Dadaku terasa terhimpit oleh bebatuan besar. Bahkan berdiri pun rasanya aku tak mampu, karena kamu hidup dan jiwaku. Kita tumbuh bersama maka sakitmu adalah sakitku.

_Alrega_

•••••

"Gak mau ma, gak enak," tolak Revano sambil menutup mulutnya.

"Ayolah sayang kamu baru makan dua sendok, habis ini kamu harus minum obat," bujuk Rosa.

"Ma... Re gak suka bubur ma.. enek tau." Revano tetap menutup mulutnya dan menolak suapan dari sang Mama.

"Kamu tau nggak sih, kamu sudah buat Mama dan Papa tadi panik waktu kamu pingsan. Sekarang kamu buat Mama sedih lagi, kamu nggak mau makan. Gimana mau sembuh sayang." air mata Rosa sudah tak bisa di bendung lagi, buliran bening itu lolos begitu saja saat dia mengucapkan kata demi kata dengan lirihnya.

"Re.. lo apain Mama?" tanya Alex yang berdiri di ambang pintu sambil bersidekap dada.

"Jangan buat Mama nangis lagi Re, apa lo tau gimana paniknya Mama tadi waktu lo pingsan? Dan tangisan Mama juga nyakitin hati gue. Kalo mulut lo gak enak, paksain aja dikit biar lo bisa minum obat. Gue gak suka liat lo sakit." Lanjutnya.

Dan kalimat terakhir yang di ucapkan Alex sontak membuat Revano menoleh padanya.

"Maaf." hanya itu yang keluar dari bibir pucat Revano seraya menunduk.

"Maaf karena buat kalian khawatir, dan buat Mama nangis." Revano mendongak dan menatap sendu sang Mama.
Mata mereka beradu sehingga Revano dapat dengan jelas melihat bahwa ada kekhawatiran yang amat dalam disana.

Dalam beberapa saat suasana menjadi hening, hanya terdengar deru nafas serta pikiran yang berkelana di kepala mereka masing-masing.

"Lain kali kalau sakit jangan main kabur-kaburan," ucap Rosa seraya mengelus pucuk kepala putranya untuk memecah keheningan, namun Revano tetap bergeming.

"Sekarang lanjutin makan trus minum obat, habis itu kamu istirahat." Revano hanya mengangguk seraya tersenyum kepada sang Mama.

*****

"Sang mentari telah terbit, sinarnya yang terang menerobos masuk di sela-sela jendela hingga mengusik tidur seseorang.

Seorang anak laki-laki berambut coklat, dia masih nyaman dengan posisinya. Terlelap dibalik selimut sambil memeluk bantal, sesekali bergumam karena di usik oleh silaunya cahaya matahari.

Tok..

Tok..

Tok..

Suara ketukan itu tak di hiraukan oleh sang pemilik kamar, bahkan anak itu mempererat pelukannya pada bantal sambil menutupi kepalanya.

"Den, sudah siang. Tuan dan nyonya sudah menunggu di bawah untuk sarapan." Seorang wanita paruh baya dengan seragam khasnya memcoba membangunkan si pemilik kamar dengan pintu bertuliskan R.

"Hhhmm, 5 menit lagi bi," sahutnya.

"Tapi den, tuan dan nyonya sudah menunggu di bawah," ucap bi Sarti. Kepala pelayan di keluarga Alatas.

AlReGa [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang