05

7.3K 534 39
                                    


Takdir sangat mahir mempermainkan hidup gue, dia membolak-balikkan dunia gue. Apa salah jika gue marah dan kecewa?
_Revano_

•••••

Seorang anak laki-laki duduk termenung menatap langit. Dia sedang memikirkan suatu hal, sesuatu yang terus menerus menghantui pikirannya. Tidak hanya satu hal tapi banyak hal yang mengganggu pikirannya.

Di saat pikirannya kacau tempat inilah yang selalu dituju olehnya, tempat paling atas dari gedung sekolahnya selain gudang yang tempo hari sudah ia tunjukan kepada sahabat sekaligus saudaranya Alex dan Galih.

“Kenapa masalah selalu datang sedangkan yang sudah ada belum selesai?” tanya nya dalam hati.

“Jujur, gue lelah dengan semua ini. Gue rasa takdir sangat senang mempermainkan hidup gue,” ucapnya lagi dalam hati.

“Belum selesai masalah gue dengan si brengsek Darwin, sekarang datang lagi masalah lain. Masalah yang sama sekali di luar kemampuan gue. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi?”

“Aaarrggghhhh.” Teriaknya frustasi.

Untuk saat ini Revano merasa sangat-sangat kacau. Pikirannya sudah kacau karena Darwin terus-menerus menagih jawaban untuk tawarannya balapan di arena tengkorak belum dia putuskan dengan matang apakah akan diterima atau ditolak.

Namun pikirannya semakin kacau setelah dia bertemu dengan Dava ayah dari Raka teman sebangkunya. Raka adalah sahabat terdekat Revano selain kedua saudaranya.

Sebenarnya sebelum kejadian Revano pingsan seminggu yang lalu dia sudah terlebih dahulu menemui ayah dari sahabatnya untuk memeriksa kesehatannya. Karena dia menyadari ada yang tidak beres dengan tubuhnya, dia lebih gampang lelah dan sering demam padahal dia sangat jarang sekali sakit bahkan tidak pernah. Dava adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Alatas.

Revano memilih menemui Dava karena dia yakin Dava tidak akan memeberitahu siapa pun jika memang benar ada yang salah pada tubuhnya, berbeda dengan Rian. Jika dia menemui Rian maka tidak mungkin semuanya tidak akan sampai kepada Levin sang ayah.

Revano tidak ingin membuat orang-orang di dekatnya merasa sedih dan khawatir. Jika memang dugaannya benar maka dia hanya ingin merasakannya sendiri tanpa membebani orang lain termasuk keluarganya.

Tiga hari yang lalu Dava menghubungi Revano meminta untuk segera menemuinya di rumah sakit karena hasil pemeriksaannya sudah keluar. Saat sampai di ruangan Dava, Revano terlihat gugup dan takut terlebih melihat tatapan Dava yang sulit untuk diartikan.

Dengan perasaan yang bercampur aduk Dava harus menjelaskan semuanya, walaupun sangat berat tapi Revano harus mengetahui kondisinya.

Ketika Dava menyerahkan kertas berisikan hasil pemeriksaan tersebut sambil menjelaskannya secara detail kepada Revano, saat itu juga dunia Revano terasa hancur. Dadanya sesak seakan terhimpit oleh bebatuan besar, rasanya sangat sesak dan bernafas pun terasa sulit.

Awalnya dia menampik semua itu, tapi apalah daya ini semua bukan mimpi melainkan kenyataan. Kenyataan yang amat teramat pahit untuk anak seusia Revano.

Mengingat itu membuat hati Revano terasa sesak kembali, hingga buliran bening meluncur bebas di pipinya. Tangannya merogoh tas mencoba meraih sesuatu ketika rasa sakit itu kembali menyerang. Setelah mendapatkannya Revano langsung mengambil satu butir pil dari sebuah botol kecil yang sekarang selalu dia bawa.

Menelannya tanpa dengan air lalu membaringkan badannya sejenak agar rasa sakit itu berkurang.

Ting....

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now