14

4.9K 423 55
                                    

•••••

Di sebuah ruangan Rian duduk bersandar di kursi kebesarannya, memejamkan mata seraya menetralkan gejolak yang ada di hatinya.

Sampai saat ini ia masih tak percaya dan tidak bisa menerima kenyataan yang ada bahwa Revano mengidap penyakit yang berbahaya.

Ia terus bertanya pada dirinya sendiri, mengapa rasanya tidak adil? Dulu putranya sekarang putra sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai putranya sendiri. Mengapa anak seumuran Revano harus menderita penyakit yang separah itu? Mengapa harus Revano? Mengapa harus anak itu? Dan banyak mengapa yang ada di benak Rian pada takdir, Tuhan dan juga dirinya sendiri.

“Saya harus memberitahukan ini kepada Levin,” ucap Rian.

“Tidak... jangan beritahu Levin akan penyakit Revano,” sahut Dava.

“Tapi kenapa? Dia ayahnya.. dia berhak tahu kondisi Revano.”

“Rian.. saya mohon, ini permintaan Revano.”

“Tapi kondisinya sudah separah ini dan kita tidak bisa lebih lama menyembunyikannya dari Levin. Saya sangat mengenal watak Levin.”

“Saya mengerti maksudmu Rian. Cepat atau lambat Levin pasti akan tahu dan jika dia tahu dari anak buahnya, tamatlah riwayat kita.” Dava menghela nafas.

“Dan kamu juga tahu jika Revano harus melakukan pengobatan lebih lanjut.”

Dava mengusap wajahnya kasar.

“Anak itu sangat sulit untuk dibujuk, dia sangat keras kepala. Untuk meminum obatnya saja dia tidak teratur dan sampai collapse berkali-kali.”

“Lalu apa kita harus tetap diam jika dia terus menolak untuk melakukan kemo ataupun pengobatan lainnya?” ucap Rian.

“Kondisi tubuhnya akan terus menurun dan jika terlambat sedikit saja kita tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Kamu tahu itu Dav.”

“Rian, saya tahu bagaimana perasaanmu tapi untuk menghadapi pasien keras kepala seperti Revano kita harus berfikir dengan jernih dan perlahan untuk bisa membujuknya.”

“Baiklah... tapi secepatnya Levin harus tahu kondisi putranya. Karena saat ini, musuh-musuh Levin telah kembali dan selain Rosa yang mereka incar. Alrega juga menjadi target mereka.”

“Apa?!” Dava sangat terkejut mendengar ucapan Rian.

“Pikiran Levin sangat kacau, karena melindungi perusahaan, istri dan ketiga putranya sekaligus adalah hal yang sangat sulit. Aku tahu bagaimana sulitnya menjadi dia, kesuksesan yang ia raih sendiri dari nol tanpa campur tangan siapa pun hingga saat ini tidaklah mudah.”

“Aku tidak bisa membayangkan jika ia tahu kondisi Revano yang sebenarnya.”

Rian mengusap wajahnya kasar karena otaknya masih saja memutar isi percakapannya dengan dokter Dava.

“Aarrrrggghh!” Rian mengacak semua barang yang ada di atas mejanya termasuk gelas kaca yang terlempar asal.

“Heiii... apa yang kamu lakukan?” Rian terkesiap dengan pria yang kini berada dihadapannya.

“Levin..” gumamnya.

“Apa yang kamu pikirkan sampai membuatmu melamun dan mengamuk?”

“Sejak kapan kamu di ruanganku?”

“Baru saja, tidak lama. Segitu saja saya sudah bosan menontonmu melamun.”

“Levin, itu tidak lucu.”

AlReGa [END]√Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ