25

3.3K 324 31
                                    

Pagi pun tiba, matahari terlihat bersinar dengan cerah. Secerah wajah Revano yang sedang bahagia karena sebentar lagi akan terbebas dari jarum suntik dan ocehan dokter Rian yang membuat telinganya panas. Sudah lima hari sejak ia bangun dari komanya dan sudah lima hari pula Alex ikut berbohong akan keberadaan Revano kepada Rosa dan Galih. Selama lima hari pula ia bolak-balik ke rumah sakit untuk menemani Revano di rumah sakit bersama Levin.

Jika saja Alex tidak melacak keberadaan Bimo malam itu, Alex pun akan merasakan hal yang sama seperti Rosa dan Galih. Namun yang Alex tidak habis pikir, mengapa hanya karena demam Revano harus bersembunyi seperti ini bersama Levin.

Untuk alasan yang diberikan oleh dokter Rian bahwa Revano terkena typus bisa diterima nalarnya namun tidak dengan sikap Revano yang memilih menghilang seperti ini dan sang ayah juga ikut terlibat dalam hal ini.

Alex memang terlihat percaya saja dengan ucapan mereka dan mengikuti permintaan Revano agar tidak mengatakan apapun kepada Rosa dengan alasan agar sang mama tidak khawatir padanya. Tapi Alex tidak bisa percaya sepenuhnya dengan alasan klasik seperti itu. Alex sangat mengenal Revano dan Levin, Alex merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka berdua. Alex akan mencari tahu itu semua, termasuk siapa itu mawar hitam yang akhir-akhir ini meneror mamanya. Alex akan mencari tahu sendiri dan tanpa melibatkan siapapun.

Selama lima hari belakangan, Alex bersikap seperti biasa dan tetap menunjukan kekhawatirannya terhadap Revano di depan Rosa dan Galih. Disekolah Alex dan Galih tetap mengikuti pelajaran seperti biasa dan bersepakat mengatakan bahwa Revano sedang pergi keluar negeri bersama sang ayah dengan alasan bahwa Levin ingin mengajarkan mengurus bisnis keluarganya kepada siapapun yang bertanya mengenai Revano. Dan Alex juga meminta kepada Galih untuk menjaga Rosa dirumah dan membiarkan Alex saja yang mencari Revano. Tanpa rasa curiga, Galih menyetujui hal tersebut.

Sedangkan Raka, ia sudah mengetahui dimana dan bagaimana kondisi Revano dari Dava. Setelah mengerjai Raka, keesokan harinya Revano mengirimkan pesan singkat melalui whatsapp. Dengan mengetikkan nama tempat ia berada dan tanpa embel-embel apapun Raka akan mengetahui ia berada dimana. Tidak membutuhkan waktu lama, Raka dengan nafas yang masih memburu karena berlari membuka kasar pintu ruangan Revano. Awalnya Revano terkejut dengan tindakan Raka yang tidak ia sangka bahwa sahabatnya itu akan secepat kilat menghampirinya padahal hari masih pagi dan Raka memilih bolos dari jam pelajaran kedua demi dirinya.

Diruangan tersebut hanya ada Revano karena Levin sedang pergi membeli sarapan bersama Rian. Raka mengelap keringat yang mengucur di dahinya kemudian mendekat ke ranjang Revano. Revano tersenyum menyambut kedatangan Raka namun hanya dibalas tatapan tajam oleh Raka. Melihat wajah pucat Revano, hati Raka sakit. Ia tidak tega melihat sahabatnya seperti sekarang, tatapan Raka berubah sendu. Tanpa aba-aba Raka langsung memeluk tubuh Revano, memeluknya dengan erat. Katakan ini lebay, tapi Raka tidak peduli dengan anggapan itu.

Jika boleh, Raka ingin sekali memukul Revano. Memberinya pelajaran karena telah membuatnya khawatir dan selalu bertindak bodoh. Dia benci dengan sikap Revano yang selalu ingin menyelesaikan masalah sendiri tanpa melibatkan siapapun.

“Bodoh!” desis Raka yang masih memeluk Revano. Awalnya Revano terkejut karena ia kira Raka akan memukulnya seperti tempo hari saat ia masuk rumah sakit karena ikut balapan tanpa sepengetahuannya dan penyakitnya kambuh.

“Sorry bro,” ucap Revano.

“Sampai kapan?”

“Hhmm?”

“Sampai kapan lo mau kaya gini? Berjuang sendiri padahal disekeliling lo ada banyak orang yang peduli sama lo.” Raka melepas pelukannya kemudian menatap Revano.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now