40

3.1K 315 79
                                    

Mengapa sesakit ini, perasaan apa ini?
Aku membecinya, tapi mengapa aku merasa begitu sakit?
Dan aku mulai membenci diriku sendiri, juga perasaan ini.

***
“Mungkin saya terlihat kejam, tapi ini untuk kebaikanmu. Saya harap kamu mengerti apa yang saya maksud, dan mulai saat ini menjauhlah dari putra saya.”

Kalimat itu terus terngiang di ingatan gadis yang tengah berdiri di pinggir lapangan dengan tangan yang dilipat didepan dada, melihat pertandingan basket. Ditatapnya seseorang dengan penuh kebencian namun ada sesuatu dihatinya yang bertentangan.

Sejak awal, sebuah kebencian ditanamkan pada gadis itu sejak ia kecil. Kebencian yang di pupuk oleh kedua orang tuanya kepada sebuah keluarga yang di anggap sudah menghancurkan kehidupan orang tuanya bahkan sampai kehilangan saudara kembarnya. Menurut cerita yang ia dapat dari orang tuanya, saudaranya sudah meninggal sejak masih bayi dan itu karena perbuatan dari nyonya Alatas yaitu ibu dari pemuda yang kini sedang asyik bertanding basket dengan teman dan saudaranya.

“Kalian bahagia, tapi gue gimana?” ucap gadis itu dalam hati. Semua murid perempuan kagum dengan aksi Alrega, namun biasa saja dimata gadis itu.

“Gue muak liat kalian, gue muak harus pura-pura buat kalian.”

“Secepatnya, seperti kata mama.. kalian akan hancur. Tuan Levin dan Nyonya Rosa akan hancur seperti apa yang pernah mama dam papa rasain.”

“Tapi gue harus bermain lebih cantik dari sebelumnya karena pria licik seperti tuan Alatas sepertinya sangat cerdik dari apa yang gue bayangin.”

Gadis itu beranjak meninggalkan tempat tersebut menuju kelas karena merasa muak melihat Alrega. Dengan langkah santai sambil mengenggam secarik kertas berwarna biru, senyum licik terukir dibibir tipis gadis itu.

“Permainan baru dimulai,” ucap gadis itu seraya tersenyum miring.

**
Satu persatu dari kalian akan aku hancurkan, Galih dan Alex akan aku hancurkan sebelum kamu.
_DNA_


M

eski angin malam sangat dingin, Revano dengan kecepatan tinggi mengendarai sepeda motornya menuju ke suatu tempat. Isi tulisan dari secarik kertas berwarna biru yang ia temukan di kolong mejanya terus terngiang di ingatan Revano. Revano terlihat sangat marah, mata tajamnya terlihat menyeramkan dengan rahang yang mengeras.

Markas Orion, disinilah Revano berada. Setelah memarkirkan motornya  Revano langsung disambut oleh semua anak Orion termasuk Darwin sebagai ketua geng tersebut. Kedatangan Revano tidak untuk mencari keributan, ia hanya ingin kejelasan. Dengan susah payah Revano menahan emosinya agar tidak terjadi keributan.

"Apa maksud lo dengan ini?" Revano melempar kertas berwarna biru itu ke arah Darwin dengan kasar.

Darwin membuka kertas tersebut, dan ia terkejut melihat isinya.

"DNA."

"Darwin Nauval Aditya. "

"Lo pikir gue sepicik ini?" ucap Darwin dengan nada meremehkan.

"Gue kenal lo dari dulu, dan orang yang paling menginginkan Alrega retak cuma lo. Darwin Nauval Aditya. "

"Terserah lo, yang jelas ini bukan tulisan gue. Orang disekitar lo lebih berbisa di banding gue. Lo ingat itu baik-baik," ucap Darwin.

"Bubar!" perintah Darwin kepada teman-temannya.

Darwin dan teman-temannya meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan Revano sendirian.

AlReGa [END]√Où les histoires vivent. Découvrez maintenant