39

3.5K 318 56
                                    

Di sebuah rumah terdapat seorang gadis yang tengah menonton televisi diruang tengah dengan ditemani cup cake kesukaannya. Dengan wajah serius ia menonton tayangan yang ada di layar televisi sehingga tidak sadar dengan kedatangan kedua orang tuanya.

Pasangan suami istri itu tersenyum melihat wajah putrinya yang sangat serius menonton televisi. Setelah saling berpandangan, pasangan itu mendekat ke arah putri mereka kemudian duduk disampingnya.

“Selamat malam.” Kalimat itu membuat yang disapa terkesiap dengan ekspresi wajah yang membuat kedua orang tuanya tertawa.

“Jangan ketawain aku,” ketus gadis itu.

“Kenapa baru pulang?” ucap gadis itu.

“Jadi seorang Anjani sekarang mulai takut dirumah sendirian?” sahut seorang pemuda yang baru saja datang.

“Lo ngapain kesini?” ucap gadis itu dengan ketus.

“Ya gue kesini karena mau ikut makan malam,” sahut pemuda itu dengan santai.

“Sayang... Darwin kesini karena mama yang menyuruhnya,” ucap wanita yang tengah duduk disebelah Anjani.

“Selesai makan lo harus cepet pulang, enek gue lihat tampang lo.”

“Buset... galak amat, cepet tua lo An.” Anjani hanya menatap Darwin dengan tatapan tajamnya.

“Kalo Vanessa dan Riska lihat Darwin, bisa-bisa gue dapet masalah besar.” batin Anjani.

“Gue tau, lo takut kan kalo temen-temen lo tau gue ada disini?” bisik Darwin.

“Bacot!”

“Sana buru, hsbis itu langsung pulang!” Anjani mendorong Darwin menuju ruang makan.
Di ruang makan, Darwin dan Anjani hanya diam. Mereka menyantap makanan di piring masing-masing dengan lahap bahkan saat ini Darwin menyantap piring keduanya.

“Lo kelaparan atau gimana? Makan sampe dua porsi,” ketus Anjani.

“Maaf non, diluar ada non Rizka dan Non Vanessa.” Ucapan dari salah seorang pelayan itu membuat Anjani tersedak karena terkejut.

“Bibi suruh tunggu di ruang tamu saja dulu, Anjani akan menyusul kesana setelah menyelesaikan makanannya.”

“Baik Tuan, saya permisi."

“Sayang, tenanglah. Kenapa kamu terlihat panik seperti itu?” tanya mamanya.

“Ma.. aku cuma gak mau kalo mereka...”

“Kamu tenang saja, Darwin tidak seceroboh dirimu.”

“Iya pa, Anjani tau. Anjani hanya khawatir semuanya jadi tambah kacau.” Anjani meninggalkan meja makan menuju ruang tamu.

***
Langit malam yang di hiasi sinar rembulan yang ditemani oleh para bintang-bintang memanglah indah. Di tambah seorang pemuda yang mengenakan kaos putih dengan dipadukan celana pendek duduk di bawah sinar rembulan sambil memetik gitar dan menikmati setiap nada yang di keluarkan oleh setiap petikan pada senarnya.

Angin malam mungkin terasa dingin namun ia tetap tenang menikmati malam di balkon kamarnya, tanpa takut jika nantinya akan masuk angin. Setiap hari, balkon adalah tempat ternyaman untuknya berbagi rasa setelah melakukan berbagai aktivitas dari pagi hingga sore hari. Hanya balkon yang tidak membuatnya berfikir lebih keras ataupun tertekan dengan apa yang terjadi belakangan ini di depan maupun di belakangnya.

Memikirkan tingkah saudaranya yang semakin hari semakin membuatnya frustasi, ditambah masalah-masalah kecil lain yang ikut mengganggu kinerja otaknya membuat pemuda ini lebih betah menyendiri di balkon hanya di temani gitar kesayangannya dan sepoi angin malam yang berdesir menyapu kulit serta menerbangkan rambut hitam tebal miliknya yang membuatnya terlihat sangat tampan.

AlReGa [END]√Where stories live. Discover now