Part 02

7.8K 238 0
                                    

*****
Hana mulai membuka matanya dengan perlahan-lahan dan merasakan badan yang diikat di atas meja panjang. Hana mencoba melepaskan tangannya dengan cara kasar, tapi percuma saja. Tangannya memang sudah diikat kuat dan jika dia memaksakan untuk melepaskannya, maka akan menyakiti diri sendiri.

"Sial! Aku diculik ceritanya. Malah ruangan penuh dengan senjata tajam lagi!" gerutu Hana yang mulai merasakan  ketakutan. Tiba-tiba Hana mendengar dua suara pria yang dia kenal. Suara itu semakin dekat ke arahnya dan ada perasaan lega kalau ketika mengetahui,   kalau mereka adalah teman sekolahnya.

"Hei! Kalian culik aku, ya? Lepasin, gak! Kalau gak, bakal aku aduin ke ibu guru!" bentak Hana dengan meronta-ronta. Sementara orang yang diajak bicara, tengah sibuk dengan makanan yang ada di atas meja.

"Kamu suka ini, 'kan? Ini aku kasih," ucap pria tampan itu sambil memberikan ayam gorengnya.

"Makasih, kak!" jawab pria satu lagi, yang ternyata dia itu adiknya pria itu.

"Woi! Kalian berdua! Lepasin aku dong! Aku janji gak bakal ngadu sama ibu guru. Gilang, Galang!  Lepasin aku dong!"  rengek Hana sembari mencoba melepaskan ikatan tangannya.

"Woi! Kumpret! Lepasin aku, gak? Kalau gak, aku bunuh kalian berdua!" bentak Hana yang kesal. Tiba-tiba Hana berhenti mengoceh, ketika pria tampan yang tak lain Raja, masuk ke dalam ruangan itu.

"Siapa lagi orang ini? Sebenarnya aku ada di mana? Lalu kenapa mereka menculikku? Apa pria itu seorang psychofath? Tidak! Tolong aku, ibu, ayah! Aku janji gak bakal jadi anak nakal lagi. Aku belum mau mati!" batin Hana menangis ketakutan.

"Makanannya enak?" tanya Raja pada dua saudara kembar itu.

"Enak banget, Bos!" jawab mereka serentak.

"Makanlah yang banyak, habis itu kalian istirahat."

"Baik, Bos!" jawab mereka mengaguk.

Raja pun berjalan menghampri Hana yang sudah ketakutan itu. Sedangkan Hana dengan susah payah menelan air slivannya. Dalam tiga langkah, pria tampan itu sampai di dekatnya.

"Wah ... ternyata dia cantik juga. Sesuai dengan kalian katakan," ucap Raja kepada dua saudaran kembar itu.

"Kita 'kan sudah katakan, kalau Bos pasti suka dengannya. Bos pasti akan puas membunuhnya," ucap Gilang.

"Apa? Bunuh?" batin Hana yang kaget.

"Bos, Kita istirahat dulu," ucap mereka berlalu pergi.

"Gilang, Galang! Jangan tinggalkan aku di sini. Aku masih pengen hidup!" teriak Hana yang begitu ketakutan.

"Suaramu benar-benar keras. Bikin gedang telingaku pecah!" ucap Raja dengan nada dingin, yang sontak membuat Hana diam. Raja mengambil sembilah pisau, lalu memperlihatkan kepada Hana, betapa tajamnya pisau yang dia pegang.

"Tu--an, ja--ngan bunuh aku. Aku masih ingin jadi polwan, lalu akan ku jebloskan tuan ke penjara. Bukan-bukan, aku akan jadi dokter, lalu akan ku suntikan racun pada tuan. Juga bukan itu!" teriak Hana yang semakin keras, ketika Raja meletakkan pisau itu di lehernya.

"Saya akan menuruti semua perintah tuan. Asalkan jangan bunuh saya. Saya janji tuan!" teriak Hana dengan mata yang dipejamkan, dan nafas yang sudah turun naik.

"Benarkah?" tanya Raja tersenyum menatap Hana yang ketakutan itu.

"Iya, Tuan. Aku janji!" jawab Hana dengan mata yang masih terpejam. Jadi, Hana tidak bisa melihat Raja yang tengah tersenyum, kalau ini hanyalah sebuah jebakkan untuk Hana. Jika, dia ingin membunuh Hana. Mungkin sudah dia lakukan sejak tadi, tanpa mendengarkan teriakan Hana yang begitu keras. Karna Raja adalah psychofath yang kejam tidak mengenal kata ampun untuk korbannya.

"Baiklah. Kali ini akan kubiarkan kau hidup, dengan syarat kau harus mengikuti semua perintahku. Jika kau membantah, pisau ini akan memotong pembuluh darahmu. Kau mengerti?" ujar Raja menatap tajam ke arah Hana. Sedangkan Hana hanya membalas dengan mengaguk pelan, dengan air mata yang sudah jatuh di pipinya.

"Cup ... cup ... cup! Jangan nangis dong, wajah cantikmu jadi hilang," ucap Raja tersenyum, sambil menghapus air matanya Hana dengan jempolnya. Bagi Hana itu bukanlah senyuman,  melainkan sebuah ketakutan yang amat mendalam untuknya. Semua Ikatan di tubuh Hana, mulai dilepaskan Raja. Hana pun bangun dari atas meja, lalu memeriksa pergelangan tangannya yang sudah berjajak. Setelah membuka semua ikatan Hana, Raja pun duduk di sisi meja itu. Lalu mulai membelai rambut pendek Hana dengan lembut, seraya tersenyum menatap Hana. Sedangkan Hana hanya bergedip ngeri, ketika Raja menyentuh kepalanya. Bahkan tatapan dari Raja itu, saat menakutkan untuk Hana.

Bersambung...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now