Part 43

1.3K 78 1
                                    

Sudah hampir dua minggu Sikembar hidup di apartemen bersama dengan istri mereka. Nazwa dan Celsi juga bersekolah di tempat yang sama, karena usia mereka berdua memang masih muda. Tidak mungkin mereka berdua berdiam diri di apartemen, selama sikembar pergi bekerja.

Selama itu juga rumah megah Raja sepi tanpa kedua adiknya. Raja lebih sering pulang cepat, sambil membawakan buah untuk istrinya. Kali ini dia tidak lagi merasakan seperti orang hamil, membuat dia khawatir dengan keadaan istrinya.

"Sayang, kakak pulang nih!" teriak Raja berjalan masuk ke dalam rumah megahnya.

"Papa!" teriak Rahel berlari keluar dari dalam dapur. Raja langsung menyambut putranya, lalu berjalan menuju meja makan di mana Hana sedang menyiapkan makan malam.

"Tumben pulang lambat," ucap Hana sambil meletakkan hidangan terakhir di atas meja.

"Banyak pekerjaan tadi di kantor," jawab Raja sambil mencium kening istrinya.

"Kalau sayang capek jangan dipaksakan masak. Sayang 'kan lagi hamil muda," tambah Raja sambil mendudukkan Rahel di kursi.

"Gak apa-apa kok sayang," jawab Hana yang langsung mengambilkan sepiring nasi untuk suaminya.

"Memang gak mau dibilangin," ucal Raja tersenyum manis, lalu meletakkan kantong plastik yang sedari tadi di pegang.

"Wah ... sayang tau aja yang Hana mau," ucap Hana yang langsung mengambil kantong plastik putih itu.

"Papa, buat Rahel kok gak ada?" tanya Rahel.

"Untuk Rahel 'kan masih banyak dalam kulkas. Lagian buah yang dipegang Mama gak enak. Asamm," jawab Raja sambil mengambil lauk pauk di atas mangkok.

"Rahel juga mau, Ma," ucap Rahel sambil menadahkan tangannya.

"Sepotong kecil untuk Rahel," jawab Hana sambil memberikan isi mangga muda.

Raja menatap reaksi putranya saat makan mangga muda, tanpa sadar dia menelan salivannya. Saat membayangkan betapa asamnya itu, tapi Rahel dengan santai memakan mangga itu.

"Rahel mau lagi, Ma," ucap Rahel yang sontak membuat mata kedua orang tuanya membulat dengan sempurna.

"Jangan-jangan Rahel yang kali ini gantiin, Sayang. Pas dia dalam kandungan 'kan kakak yang gantiin, Sayang," ucap Raja menatap istrinya.

"Gak mungkin. Hana ngalamin kok kayak ibu hamil itu," jawab Hana sambil makan mangga muda itu.

"Sudahlah," ucap Raja yang tidak mau berfikir konyol, lalu memakan masakan istri tercintanya.
••••

Celsi dan Galang sedang menikmati makan malam bersama. Sepertinya yang memasak makan malam adalah Galang, karena dirinya yang memakai celemek.

"Sayang makanannya kok gak dihabiskan? Gak enak, ya?" tanya Galang kepada istrinya.

"Celsi gak mau makan. Celsi mau makan yang asam-asam," jawab Celsi dengan memanyunkan bibirnya.

"Maksudnya buah-buahan?" tanya Galang dengan mengerutkan keningnya dan Celsi hanya membalas dengan anggukkan pelan.

"Bentar kalau begitu," ucap Galang bangun dari kursinya, lalu berjalan menuju lemari pendingin. Galang mengambil beberapa jeruk, lalu memberikan kepada istrinya.

"Ini manis, Kak. Celsi maunya yang asam," ketus Celsi menolak buah itu.

'Sifat Celsi kok akhir-akhir ini berubah. Apa jangan-jangan dia hamil? Kalau dia hamil, bagaimana dengan sekolahnya? Padahal dia baru seminggu bersekolah di sana,' batin Galang menatap istrinya yang sedang mengambek.

"Yaudah. Kita pergi cari keluar," ucap Galang sambil membuka celemek, lalu mengambil kunci mobil di atas kulkas.

"Celsi gak mau lagi!" ketus Celsi bangun dari kursinya, lalu berjalan pergi meninggalkan meja makan itu dan masuk ke dalam kamar mereka.

Gedubak!

Celsi membanting pintu kamar cukup keras, yang membuat Galang mengelus dadanya sendiri.

"Sabar Galang!" gumannya sambil berjalan menuju kamarnya.

Ceklek!

Galang membuka pintu kamarnya, terlihatlah Celsi sedang duduk di atas ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Galang duduk di sisi ranjang, lalu menatap istrinya dengan lekat-lekat.

"Sayang sebenarnya kenapa? Apa kakak punya salah lagi?" tanya Galang dengan nada lembut dan Celsi hanya membalas dengan anggukkan pelan.

"Emang salah kakak apa?" tanya Galang lagi.

"Kakak jangan keras-keras ngomong sama Celsi. Celsi enggak suka," jawab Celsi dengan air mata yang langsung mengalir di wajahnya.

'Kapan aku ngomong keras-keras,' batin Galang mencoba mengingat kapan dia berbicara dengan nada tinggi, tapi tetap saja tidak ingat.

"Kakak janji gak akan ngomong keras lagi. Sekarang Sayang berhenti nangis lagi, ya," ucap Galang sambil menghapus air mata istrinya dan lebih mengiyakan perkataan istrinya.

"Sekarang sayang masih mau yang asam-asam?" tanya Galang menangkup pipi istrinya, dan Celsi hanya membalas dengan anggukkan pelan.

"Yaudah. Sekarang kita pergi membelinya," ucap Galang dengan tersenyum manis dan senyuman manis kembali terukir di bibir istrinya.

Bersambung .

Istri Polos Suami TampanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon