Istri Polos Suami Tampan2

3.4K 120 1
                                    

Beberapa tahun kemudian ....

Cahaya matahari mulai menyinari bumi. Beberapa lampu dari gedung dan rumah mulai padam. Jalanan yang awalnya sepi kini sudah mulai ramai oleh kendaraan umum.

Di sebuah yang begitu besar mulai ada tanda-tanda kehidupan. Beberapa pelayan sudah mulai berkerja di dapur. Beberapa pria bertubuh kekar mulai melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka bekerja tanpa menunggu perintah dari majikannya.

Sementara di dalam kamar bernuasa abu-abu, terpapang beberapa foto keluarga bersama seorang bayi imut dan masih banyak lagi foto tentang keluarga itu.

Seorang anak kecil baru saja terbangun dari tidurnya, dia mengusap-usap matanya dengan kedua tangan mungilnya. Dia pun menoleh ke arah pria tampan yang tak lain Raja, sedang tertidur pulas di sampingnya tanpa menggunakan baju. 

"Papa!" panggil anak kecil dengan menidih tubuh Raja.

"Hmmm." Raja hanya membalas dengan deheman.

"Ayo buruan bangun. Kita pergi tempat Mama, yok!" Anak kecil itu merengek keras sambil menarik sebelah telinga Raja, karena posisinya Raja sedang miring.

"Rahel, papa masih ngantuk. Nanti siang aja kita ke tempat, Mama," jawab Raja dengan suara khas orang tidur.

"Rahel mau sekarang!" bentak anak kecil yang bernama, Rahel Arkabil Yanduge.

"Papa masih ngantuk, Rahel."

"Papa jahat!" ucap Rahel sambil menggigit telinga Raja dengan gemas, dan segera bergegas turun dari rajangnya.

"Aaaak ...! Rahel, sakit-sakit!" teriak Raja yang langsung bangun dari tidurnya dan mengusap-usap telinganya sudah memerah.

"Papa jahat! Rahel bakal aduin sama, Mama!" teriak Rahel berlari keluar dari dalam kamarnya.

Raja hanya menghela nafas panjangnya,  melihat kelakuan putra satu-satunya dan dia kembali melanjutkan tidurnya.

Rahel berlari kecil menuju kamar paman kembarnya, karena usianya sudah 25 bulan, tapi dia sudah lincah seperti anak umur empat tahun.

Ceklek!

Rahel membuka pintu kamar yang tidak dikunci, lalu menghampiri pamannya yang masih tertidur pulas.

"Paman ... Paman! Ayo buruan bangun. Hiks ... hiks!"

Mendengar suara tangisan keponakannya, membuat dua pria tampan itu terbangun dari tidurnya.

"Rahel kenapa nangis?" tanya Galang sambil menggaruk kepalanya.

"Rahel rindu, Mama. Telponin mama, Paman," cicit Rahel menangis tersedu-sedu.

Bentar ya, Rahel. Paman telponin dulu, Mama," ucap Galang yang langsung mengambil ponselnya di atas nakas.

"Rahel jangan nangis lagi. Paman Galang sudah telpon, Mama," ucap Gilang menghapus air mata keponakannya, dengan kedua jempolnya.

"Hallo, Rahel mau bicara sama kamu. Aku kasih telpon sama dia," ucap Galang sambil memberikan telpon yang sudah tersambung kepada Rahel.

"Mama! Papa jahat. Papa cubit Rahel tadi karena minta antarin ke tempat, Mama," ucap Rahel menangis tersedu-sedu.

"Cup ... cup! Rahel berhenti nangis sekarang, ya. Mama bakal kasih pelajaran  sama papa kamu itu. Rahel jangan nangis lagi. Mama bakal telpon papa sekarang," ucap Hana dari dalam telpon.

"Iya, Ma," jawab Rahel mengaguk pelan.

"Rahel sudah selesai telponan sama, Mama. Rahel kembalikan lagi ponsel, Paman," ucap Rahel sambil memberikan ponselnya, Galang.

"Makasih, Paman," tambah Rahel lagi.

"Sama-sama, Keponakanku," jawab Galang sambil mengacak-acak rambut Rahel.

"Rahel benar dicubit sama, Papa?" tanya Gilang yang penasaran.

"Kagak. Malahan Rahel yang gigit telinga papa tadi," jawab Rahel dengan wajah polosnya.

"Hahahah ... Rahel-Rahel!" ucap Galang tertawa.

"Besok kalau sudah dewasa. Kamu jadi aktor aja, ya?" sambung Gilang yang langsung memeluk keponakannya.

••••••
[Istri Kesayangku.]

Dreet ... dreet ... dreet!

Setelah mendengar pengaduan dari putranya, Hana langsung terbawa emosi. Apalagi ketika mendengarkan putranya menangis tersedu-sedu, membuat Hana sudah tidak sabar lagi memarahi suaminya.

Raja yang mendengar nada dering telponnya, langsung bangun dari tidurnya. Dia meraih ponselnya yang berada di atas nakas, lalu menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan meletakkan di dekat telinganya.

"Hallo, Sayang," ucap Raja menyadarkan punggungnya ke belakang dan tangan kiri yang mengusap-usap matanya.

"Kenapa Rahel sampai nangis tersedu-sedu? Kakak cubit Rahel, ya?!" bentak Hana dari dalam telpon.

"Astagfirullah, Sayang. Kakak gak cubit Rahel. Malahan telinga kakak yang digigit," jawab Raja yang tampak kaget.

"Lalu kenapa Rahel nangis kek gitu? Rahel bilang kakak cubit dia tadi, gara-gara dia minta anterin ke tempat, Hana. Kakak bohong sama Hana, ya?" tanya Hana dari dalam telpon.

"Sumpah, Sayang. Kakak gak cubit Rahel,"  jawab Raja sambil meminjat keningnya yang sakit.

"Jadi Rahel bohong sama, Hana?"

"Begitulah, Sayang," jawab Raja dengan menghela nafas kasarnya.

"Hmmm ... yaudah. Nanti bawa Rahel ke sini, ya. Hana rindu banget sama, Rahel."

"Baik, Sayang. Kakak mau mandi dulu. Mmmuaah ...." Raja mencium layar ponselnya sendiri sebelum mematikan teleponnya.

"Astaga, baru berumur 2 tahun lebih sudah pandai berbohong. Mau jadi apa kalau sudah dewasa?" monolog Raja sambil menepiskan selimutnya dan berjalan keluar dari dalam kamarnya.

"Rahel!" panggil Raja seraya membuka pintu kamar sikembar dan tampaklah sikembar dan Rahel tengah bercanda di atas kasur.

"Rahel! Ayo kita pergi mandi, yuk?" ajak Raja dari pintu.

"Kita tempat Mama 'kan, Pa?" tanya Rahel dari atas kasur.

"Iya. Makannya Rahel harus mandi dulu," jawab Raja dengan nada lembut.

"Asik ... Rahel tempat, Mama," ucap Rahel yang langsung turun dari atas ranjang pamannya, lalu berlari menghampiri ayahnya ke pintu.

"Kalian gak pergi kantor?" tanya Raja kepada dua adiknya.

"Iya, Kak," jawab sikembar serentak.

Raja kembali menutup pintu kamar adiknya, lalu berjalan kembali menuju kamarnya dengan menggedong Rahel dalam pangkuannya.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now