Part 60

1.1K 49 0
                                    

•••••
Celsi menangis tersedu-sedu di dekat makam ayahnya, sambil memegang batu nisan yang bertulis nama yang meninggal.
Galang hanya bisa merangkul istrinya ke dalam pelukkannya, sambil mengusap-usap kepala sang istri.

Galang baru pertama kali melihat istrinya menangis hingga sesegukkan, tanpa sadar dia juga ikut menjatuhkan air matanya.

"Sayang harus ikhlas, mungkin ini sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa," ucap Galang sambil membelai rambut istrinya.

Setelah beberapa menit berada di sana, mereka berdua kembali pergi dari makam tersebut. Mereka berdua kembali pulang ke restoran, karena mereka memang sudah tinggal di sana.

Selama perjalanan pulang, Celsi hanya menatap ke luar jendela mobil dan beberapa kali dia menjatuhkan air matanya. Kenapa tidak ada yang memberitahukannya? Lalu ibunya kini ada di mana? Begitu banyak pertanyaan yang ada dalam otak Celsi, hingga membuat dirinya merasakan sakit kepala.

Melihat Celsi yang sudah tertidur di dalam mobil, Galang pun memutuskan untuk mengendong istrinya, karena Galang tau istrinya sedang sangat terpukul. Beberapa karyawan yang melihat, hanya menatap heran kepada pasangan suami-istri tersebut.

Tempat tinggal Galang dan restorannya memang terpisah, mereka harus naik tangga menuju lantai dua dan sebenarnya juga ada lift yang menghubungkan restoran dengan tempat tinggalnya, tapi Galang memilih untuk menaiki tangga saja.

Sesampainya di dalam rumah yang cukup besar, Galang langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia pun merebahkan tubuh istrinya di atas kasur empuk, lalu membuka jaket yang digunakan istrinya sebelum menyelimuti tubuh sang istri.

"Ayah! Hiks ... Ibu!" ucap Celsi mengigau. Galang pun duduk di sisi ranjang, lalu mengusap-usap kepala istrinya dengan lembut dan perlahan Celsi mulai tertidur pulas.
•••••

Dilain waktu, Nazwa berjalan masuk ke dalam apartemen, dengan perasaan yang terlihat begitu marah. Dia melepaskan sepatunya, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Sayang!" panggil Gilang berjalan masuk ke dalam apartemen dengan tergesa-gesa.

Gedebak!

Nazwa membanting pintu dengan cukup keras, hingga membuat ruang apartemen itu bergema cukup keras. Dia tidak lupa mengunci pintu kamarnya dari dalam, yang membuat Gilang tidak bisa masuk ke dalam kamar tersebut.

Dia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur, lalu menutup kepalanya dengan selimut dan berusaha tidak mendengar ocehan Gilang dari luar.

"Sayang! Yang tadi itu cuma salah paham. Dia dan kakak cuma teman saat di kampus. Kita berdua gak ada hubungan apa-apa kok!" ucap Gilang yang mencoba menjelaskan pada istrinya.

"Teman tapi peluk-pelukkan!" ketus Nazwa dari balik selimut dan suara yang sudah parau.

"Seterah sayang mau percaya atau enggak! Kakak juga capek kayak gini!" bentak Gilang sambil meninju dinding, darah segar mulai mengalir dari jarinya dan nafas yang sudah tidak beraturan lagi.

"Gimana Nazwa bisa percaya, kalau kalian berdua terlihat begitu dekat di mataku," ucap Nazwa dengan air mata mengalir deras di wajahnya dan hati yang terasa sakit ketika mengingat kejadian tadi.

Sebelum kejadian ....

Saat itu Nazwa dan Gilang sedang menikmati waktu malam minggu di sebuah restoran. Mereka berdua sedang menikmati makan malam di sana, karena mereka selalu menghabiskan waktu di luar kalau malam minggu. Tiba-tiba Nazwa ingin pergi ke toilet, dan dia meninggalkan Gilang di meja sendirian.

Ketika Nazwa berada di dalam toilet,  tiba-tiba seorang wanita cantik menghampiri Gilang.

"Gilang!" panggil wanita itu dan sontak Gilang menoleh ke arah suara.

Istri Polos Suami TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang