Part 09

4.8K 191 1
                                    

"Mampus aku! Aku harus sembunyi di mana?" ucap Hana yang panik, saat melihat bibi-nya itu berjalan ke arahnya. Raja yang melihat itu, hanya menghela nafas kasarnya. Raja pun memegang kedua bahu Hana dan seketika membuat Hana terpaku menatap Raja.

"Tidak ada yang akan terjadi selama kau tenang," ujar Raja menatap kedua bola mata coklat Hana. Saat melihat bibi-nya berjalan di depannya, Hana lansung menundukkan kepalanya itu. Benar kata Raja, bibi-nya tidak menyadari Hana yang berada di sana, karna terlalu asik mengobrol dengan pria paruh baya itu. Pria itu bukanlah paman Hana, melainkan selingkuhan dari bibi-nya Hana. Mereka tampak seperti anak muda saja, yang tidak ingat akan umur mereka yang sudah tidak muda lagi. Mereka saling berpegangan tangan di atas meja. Membuat Hana merasa jijik melihat sikap bibi-nya itu.

Setelah melihat tingkah bibi-nya, yang tega mengkhianati pamannya. Hana tak lagi bernafsu makan, dia memikirkan pamannya yang sedang berjualan di pasar.

"Apa paman baik-baik saja tanpaku? Apa paman sudah makan? Ah, begitu banyak pertanyaan tentang pamanku!" batin Hana yang begitu merindukan orang yang sudah menjadi ayah sekaligus ibu buat Hana.

"Ayo kita pergi!" ucap Raja yang tiba-tiba membuyarkan lamunan Hana.

"Apa?" jawab Hana menatap Raja yang sudah berdiri.

"Kau akan tetap di sini?" tanya Raja. Hana tidak menjawab pertanyaan Raja, dia lebih memilih mengikuti Raja pergi dari meja itu. Setelah membayar makanannya, mereka berdua pun kembali berjalan keluar dari restoran itu dan menghampri mobil mewah milik Raja di parkiran. Mereka berdua pun berlalu meninggalkan restoran itu.

"Tuan! Boleh tidak aku bertemu dengan pamanku? Aku janji gak akan ngomong apapun tentang tuan!" ucap Hana sambil menunjukkan jari kelingking mungilnya.

"Hmmm ... boleh, dengan satu syarat."

"Apa itu tuan?" tanya Hana yang tampak begitu senang.

"Kita menikah!" jawab Raja yang begitu serius.

"Tuan, apa tidak ada pilihan selain itu? Seperti tuan menyuruhku membersihkan rumah, atau ..."  Hana tampak kebingungan mencari apa yang harus ditawarkan lagi.

"Kalau tidak mau ya sudah. Kalau begitu kau jadi korbanku selanjutnya. Karna rasanya ingin membunuh seseorang lagi," ucap Raja tersenyum sinis.

Deg!

Mendengar acaman dari Raja, membuat Hana menjadi ketakutan yang amat mendalam. Dia masih ingin hidup panjang dan bekerja mendapatkan uang yang banyak untuk pamannya.

"Kalau saya menikah dengan tuan, saya masih boleh sekolah 'kan, Tuan?" tanya Hana yang tampak gugup.

"Jangankan sekolah, semua keinginanmu saja akan kuturuti. Kau hanya perlu menikah denganku saja," jawab Raja tersenyum miring.

"Aku akan melakukannya, tapi izinkan aku bertemu dengan pamanku," ujar Hana dengan suara parau.

"Baik sayangku," jawab Raja sambil mengusap-usap kepala Hana. Sedangkan Hana hanya bergedip ngeri, saat Raja menyentuh kepalanya. Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan pria, yang namanya saja tidak tau dan bertemu beberapa hari lalu.

Hana tidak terlalu kaget, jika Raja tau dimana pamannya bekerja. Sebelum keluar dari mobil, Raja terlebih dahulu memakai masker dan topi. Agar tidak ada yang mengenalinya. Mulai dari atas hingga bawah, Raja memakai yang berwarna hitam, karna Raja menyukai warna hitam dibandingkan warna yang lain.

"Paman!" panggil Hana berlari ke arah pria baruh baya, dengan baju yang begitu kotor dan wajah yang memiliki bercak darah. Paman Hana bekerja sebagai seorang nelayan dan hasil tangkapannya itu dijual ke pasar.

"Jangan peluk paman, nanti bajumu jadi koto," ucap paman Hana.

"Tidak apa-apa, paman. Maafkan Hana ya, paman! Hana pasti sudah buat paman cemas," jawab Hana yang begitu menyesal.

"Tidak apa-apa. Paman senang kamu baik-baik saja. Paman sudah dengar semuanya dari Clara. Katanya, kamu sekarang bekerja. Maafkan paman, gara-gara paman kamu harus berkerja untuk biayai sekolahmu," ujar paman Hana yang begitu menyesal.

"Gak apa-apa kok, paman. Hana malah senang gak nyusahin paman lagi," jawab Hana sambil menghapus air matanya.

"Ohya, paman. Ini majikan Hana," ucap Hana yang tak lupa memperkenalkan Raja.

"Terima kasih sudah membantu keponakan, saya," ucap paman Hana sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah. Hana gadis yang baik," jawab Raja sambil menundukkan sedikit kepalanya.

"Ayah!" panggil seorang anak laki-laki berjalan ke arah mereka. "Berikan aku uang!" tambah anak laki-laki itu menadahkan tangannya. Paman Hana lansung mengeluarkan lembaran uang 20 ribu dari saku celemeknya.

"Segini mana cukup!" bentak anak laki-laki itu, sambil mengambil uang ayahnya dengan paksa.

"Jangan ambil semuanya, Rifal," ucap paman Hana berusaha menahan tangan anaknya.

"Ini baru cukup." Rifal mengambil tiga lembar uang seratus. "Woi, Hana! Pakaian di rumah sudah numpuk. Jangan pergi main aja!" bentak Rifal sebelum berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Huft!" Hana hanya menghela nafas kasarnya, ketika dirinya diperlakukan seperti pembantu.

"Jangan diambil hati," ucap paman Hana sambil memegang bahu Hana.

"Iya paman," jawab Hana mengaguk pelan.

"Tuan, ini ada sedikit uang. Tuan bisa mengambil uang ini di Bank," ucap Raja sambil memberikan selebar cek.

"Tidak usah tuan," Jawab Paman Hana menolaknya.

"Ambil saja. Tuan bisa menggunakan uang ini untuk buka usaha yang lebih besar."

"Terimah kasih, tuan!" jawab paman Hana sambil menerima cek itu, yang nilainya lumayan besar.

"Sama-sama tuan. Kalau begitu kita permisi dulu," ucap Raja menundukkan kepalanya.

"Paman, Hana pergi dulu. Sampai jumpa, paman," ucap Hana sambil mencium pipi kiri pamannya dan mereka berdua pun pergi meninggalkan tempat itu. Hana mulai berfikir jika Raja bukanlah orang yang jahat dan ada baiknya dia menerima pernikahan ini. Mungkin hidupnya tidak akan menderita lagi. Walau harus dikejar ketakutan, ketika Raja akan mengacam membunuhnya. Namun itu berlaku ketika dirinya tidak menuruti keinginan Raja, lagian Raja memperlakukannya dengan sangat baik.

Bersambung...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now