Part 41

1.4K 80 0
                                    


•••••
Dua mobil mewah dengan bernuansa berbeda, baru saja memasuki kawasan parkir bawah tanah. Dua wanita cantik dan berwajah imut, berjalan keluar dari dalam mobil suaminya masing-masing.

Galang dan Gilang mengambil barang-barang mereka di bagasi belakang, lalu mereka berdua berserta dengan istrinya berjalan masuk ke dalam lift.

Selama perjalanan menuju lantai apartemen mereka, tak ada yang berbicara dan mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ting!

Galang dan Celsi langsung berjalan keluar, ketika pintu lift sudah terbuka dengan lebar. Gilang dan Nazwa juga mengikuti mereka berdua, dengan membawa barang-barang di tangannya. Selama perjalanan menuju apartemen mereka masing-masing, tiba-tiba Gilang malah membuat kegaduhan di sana.

"Kecoak, Sayang!" teriak Gilang memecah kesunyian.

"Mana kecoak!" teriak Celsi yang langsung memeluk tubuh suaminya, yang membuat Gilang melongo heran. Sebenarnya, dia berniat ingin mengerjai istrinya, tapi yang kaget istri dari kakak-nya.

"Mana kecoak-nya?" tanya Galang dengan nada dingin.

"Hehehehe ... cuma becanda kok, Kak," jawab Gilang dengan nyengir.

"Kamu dengar sendiri 'kan? Gak ada yang nama kecoak," ucap Galang sambil melepaskan pelukan istrinya.

"Celsi minta maaf," jawab Celsi menunduk.

"Sangat menyebalkan!" ketus Galang sambil kembali menarik kopernya dan diikuti oleh Celsi dari belakang.

"Kakak sih, kak Galang 'kan jadi marah," ucap Nazwa sambil memanyunkan bibirnya dan Gilang hanya membalas dengan senyuman kecil.
•••••

Dua pasangan suami-istri itu kini sedang merapikan barang-barang mereka di apartemen masing-masing.

Selama merapikan barang-barang mereka di apartemennya, Gilang dan Nazwa tidak berhenti tertawa, karena Nazwa selalu membuat tingkah konyol.

Sedangkan Galang dan Celsi hanya sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang mau berbicara. Mereka berdua hanya sibuk dengan pekerjaan, tanpa mempedulikan lawan jenis.

"Kak, masih ada yang mau Celsi bantu?" tanya Celsi setelah berada di dekat suaminya.

"Gak ada, kamu duduk aja di ranjang sana. Biar kakak aja yang bereskan semuanya," jawab Galang dengan nada dingin, sambil merapikan pakaian di dalam lemari.

"Baiklah." Celsi kembali pergi lalu duduk di atas ranjang, sambil memandang suaminya yang tampak begitu sibuk.

Beberapa menit kemudian, Celsi mulai merasakan kantuk, karena tidak ada yang bisa dia lakukan. Hanya memandang suami yang begitu sibuk, tiba-tiba dia merasa begitu kelaparan.

"Kak, Celsi lapar ...," rengek Celsi sambil memegang perutnya yang sakit. Mendengar perkataan istrinya, Galang pun menghentikan aktivitas lalu memperhatikan istrinya yang sedang berada di atas ranjang.

"Kak! Celsi lapar!" ujar Celsi yang membuyarkan lamunan Galang.

"Yaudah. Kita pergi keluar sekarang," ucap Galang kepada istrinya.

"Celsi ini lapar, Kak! Kok kakak malah ajak Celsi keluar?" tanya Celsi sambil bersedekap dada.

"Emang kamu mau makan apa di sini? Kita itu baru saja pindah dan kita belum belanja alat kebutuhan. Jadi, kita berdua ya harus pergi keluar," jawab Galang yang berusaha sabar.

"Kakak kenapa sih? Kok kakak selalu marah-marah pada Celsi? Salah Celsi apa?" tanya Celsi dengan nada membentak. Dia merasa tidak suka dengan nada bicara suaminya, karena itu membuatnya merasa begitu sedih.

Galang menghela nafas kasarnya sebelum berbicara. "Sayang, kita makan di luar aja dulu, sekalian kita pergi berbelanja," ucap Galang dengan nada lembut.

"Baiklah," jawab Celsi singkat.

"Yaudah. Sekarang kita pergi," ajak Galang dengan tersenyum. Celsi tidak menjawab perkataan suaminya, dia lebih memilih mengikuti suaminya berjalan keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana, Kak?" tanya Gilang, yang ternya juga mau pergi keluar.

"Ajak Celsi cari makan siang dulu," jawab Galang dengan wajah datarnya.

"Kalau begitu kita pergi sama-sama aja. Aku dan Nazwa juga mau pergi makan siang di luar," ucap Gilang yang tampak begitu semangat.

"He'em." Galang hanya membalas dengan dehaman, dan akhirnya mereka pergi bersama-sama.
•••••

Kini Galang, Gilang, Celsi dan Nazwa sudah berada di restoran sederhana. Mereka berempat memilih meja sedikit terpojok, sambil menatap pemandangan luar dari restoran itu.

"Mau pesan apa, Tuan, Nona?" tanya salah satu pelayan restoran, sambil memberikan daftar menu restoran itu.

"Sayang mau makan apa?" Galang dan Gilang serentak bertanya kepada istrinya, yang sontak Celsi dan Nazwa saling menatap suaminya.

"Kok bisa sama?" tanya Celsi dan Nazwa serentak.

"Nama juga saudara kembar," jawab Galang dan Gilang serentak dan dua wanita imut itu hanya mengaguk paham.

Galang dan Gilang kembali memberikan daftar menu itu, setelah menyebutkan nama makanan yang mereka pesan.

Beberapa menit kemudian lagi, dua pelayan restoran kembali membawakan pesanan mereka dan meletakkan di atas meja lumayan besar.

Galang yang awalnya tadi dingin, tapi kini tiba-tiba dia menjadi romantis. Dia membantu mengeluarkan daging lobster besar dari cakangnya, lalu memberikan kepada istrinya yang sudah tidak sabar ingin memakannya.

Gilang yang tidak mau kalah dengan kakaknya, dia juga memberikan daging lobster itu kepada istrinya. Sayangnya, usahanya itu ditolak mentah-mentah oleh istrinya, karena Nazwa memang tidak suka dengan lobster.

'Dari tadi pagi kok aku sial melulu,' batin Galang sambil menatap Galang dan Celsi di depannya. Sedangkan Nazwa tidak terlalu memperhatikannya, karena dia memang sudah sibuk dengan makan siangnya.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanKde žijí příběhy. Začni objevovat