Part 53

1K 55 0
                                    


•••••
Celsi sedang duduk di atas sofa, sambil menikmati es krim dan menonton sebuah film anime di TV-nya. Sedangkan Galang tengah mencuci pakaian di dalam kamar mandi, karena dia tidak mengizinkan Celsi bekerja sedikitpun.

"Kak!" panggil Celsi dari atas sofa, dengan secepat mungkin Galang berada di depan istrinya.

"Iya. Ada apa, Sayang?" tanya Galang dengan nafas tersengal-sengal, dan keringat yang sudah bercucuran di wajahnya.

"Celsi mau jalan-jalan," jawab Celsi dengan memasang tampang imutnya.

"Jalan-jalan, ya? Yaudah. Kakak siap-siap dulu," ucap Galang sambil membuka celemek di tubuhnya, lalu meletakkan di tempat yang sudah disediakan. Semua piring sudah bersih, dapur mengkilap, meja rapi dan tidak ada lagi yang berantakkan lagi di sana.

Galang pun merapikan rambutnya di depan cermin besar, dia tidak lupa memakai jaket dan jaket sang istri. Lalu berjalan keluar dari dalam kamar dan tidak lupa mengambil kunci mobilnya yang tergantung di pintu kamarnya.

"Ayok kita pergi," ajak Galang pada istrinya. Celsi langsung bangun dari atas sofa dan berjalan menghampiri suaminya. Galang langsung memakaikan jaket pada istrinya dan mereka berdua berjalan menuju pintu keluar. Sebelum itu mereka memakai sepatu masing-masing, lagi-lagi Galang membantu istrinya memasang sepatu dan mereka berdua langsung keluar dari dalam apartemen.
••••••

Disaat Celsi menikmati kehamilannya, Nazwa sedang berjuang ujian untuk naik kelas. Kelas tempat Nazwa sekarang terlihat begitu tenang, semua siswa/i terlihat begitu fokus menjawab-jawab soalnya. Seorang pengawas pria tengah berjalan berlalu-lalang di sela-sela meja siswa/i, sambil membawa rol kayu di tangannya dan dia terlihat begitu tegas.

Nazwa sudah menyumbat hidungnya dengan tisu, karena dia sempat mimisan saat melakukan ujian.

Taring ... Tring ... Tring!

"Silahkan kumpulkan jawaban kalian ke meja," ucap pengawas itu dengan tegas.

Semua siswa/i langsung beranjak dari kursi mereka masing-masing dan termaksud Nazwa. Mereka pun dengan tertib mengumpulkan lebaran jawaban di meja guru, dan mereka langsung memasukkan alat tulis mereka ke dalam tas masing-masing.

Siswa/i langsung mengambil ponsel mereka masing-masing di dalam kotak kecil, karena selama ujian, ponsel mereka semua di sita oleh pengawas.

Nazwa berjalan keluar dari dalam kelasnya, melewati beberapa koridor sekolah, sebelum dia sampai di lantai bawah. Kelasnya berada di lantai nomor dua, dia berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba sekelompok siswa pria menghentikan langkahnya, yang membuat dia menjadi ketakutan.

"Nazwa!" panggil salah satu pria tampan dengan nada menggoda, sambil mengitari Nazwa yang sudah ketakutan.

"Jangan ganggu aku," pinta Nazwa yang ketakutan, dan jantung yang sudah berpacu dengan sangat cepat.

"Kita gak ganggu kok, Sayang," jawab pria lumayan tampan dengan tersenyum smirk, sambil menghentikan langkahnya di depan Nazwa. Dia bernama Jefry Geovanie, siswa kelas XI-IPS¹ dan terkenal nakal di sekolah.

"Bi--biarkan aku lewat," lirih Nazwa yang mulai menangis tersedu-sedu.

"Cup-cup! Jangan nangis dong, Sayang," ucap Jefry sembari menghapus air mata Nazwa dengan jempolnya, yang membuat Nazwa semakin ketakutan.

"Hei! Kalian sudah buat gadisku ketakutan!" bentak seorang pria dengan nada dingin, yang membuat sekelompok pria itu menoleh ke arah suara. Terlihatlah Gilang yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah, dengan wajah yang sudah memerah. Mereka sekarang sudah menjadi sorotan oleh siswa/i, yang berada di sana.

"Kakak!" Nazwa berniat ingin berlari ke arah Gilang, tapi tangannya terlebih dahulu dicengkal Jefry, yang membuat Gilang semakin marah.

"Mau ke mana, Sayang? Kau itu sudah menjadi milikku," ucap Jefry dengan tersenyum miring.

"Nazwa gak mau!" tukas dengan kasar. Sedangkan Gilang langsung berjalan menghampiri mereka, dengan tangan yang sudah dikepal dengan erat.

"Lepaskan gadisku!" bentak Gilang sambil menarik tangan istrinya.

"Lepaskan? Emangnya kau siapa dia?" tanya Jefry dengan tatapan tajamnya.

"Kekasihnya," jawab Gilang dengan nafas turun naik, karena berusaha menahan emosinya. Apalagi Nazwa sudah menangis ketakutan, yang membuat dia ingin sekali memukul Jefry.

"Baru kekasihnya bukan suaminya. Berarti Nazwa masih bisa dimiliki orang lain," jawab Jefry dengan tersenyum miring.

'Sial!' batin Gilang yang semakin marah.

"Kalau aku suaminya, kau mau apa?" tanya Gilang dengan tatapan tajamnya.

"Maka aku berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan, Nazwa," jawab Jefry sambil menatap Nazwa.

"Silahkan kalau kau berani, maka bersiaplah kau untuk mati!" ucap Gilang sambil menepiskan tangan Jefry yang sedang memegang tangan istrinya dengan kasar. Dia pun menarik Nazwa pergi dari hadapan mereka. Sebelum dia masuk ke dalam mobil, Gilang sempat mengacungkan jari tengahnya pada Jefry sambil tersenyum devil.

"Sial!"ketus Jefry kesal dengan menatap tajam ke arah mobil Gilang yang sedang berjalan pergi.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now