Part 28

3K 121 3
                                    

Raja dan Rahel kini sudah berada di dalam kamar mereka. Raja langsung melepaskan semua pakaian putranya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan tangan yang memegang baju kotor putranya. Sebelum memulai ritual mandi bersama putranya, Raja tidak lupa meletakkan pakaian kotor di dalam keranjang yang sudah disediakan. Raja terlebih dahulu memandikan putranya, sebelum dia melakukan ritual mandinya.

Raja mulai membasahi tubuh anaknya dengan air yang mengalir. Rahel tampak begitu senang ketika air yang tidak terlalu dingin mengguyur seluruh tubuhnya. Setelah tubuh Rahel basah semua, Raja mulai memberikan sampo khusus untuk anak-anak di rambut putranya. Raja meminjat kepala anaknya dengan lembut, sedangkan Rahel tampak begitu asik bermain dengan buih sabunnya.

"Rahel bohong sama Mama tadi, ya?" tanya Raja yang mulai berbicara.

"Tidak," jawab Rahel menggeleng.

"Rahel jujur aja sama, Papa. Papa janji gak akan marah," ucap Raja yang berusaha untuk membuat putranya mengaku.

"Rahel gak bohong kok, Pa!" jawab Rahel yang tampak kesal dan memukul wajah Raja dengan tangan mungilnya.

"Rahel tau gak? Orang yang suka berbohong nanti bakal dihukum sama, Allah. Mereka akan dimasukkan ke dalam api yang begitu besar. Rahel mau itu terjadi?" tanya Raja yang tidak putus asa.

"Api besar? Api besar itu kayak apa, Pa?" jawab Rahel yang balik bertanya.

"Hmmm." Raja tampak berfikir keras untuk mencari jawabannya, agar Rahel bisa paham maksudnya.

"Pokoknya Rahel gak boleh lagi bohong, nanti Allah marah. Rahel 'kan anak pintar, pasti bisa memilih mana yang baik mana yang buruk," ucap Raja sambil kembali mengguyur putranya dengan air.

"Akhirnya selesai juga," ucap Raja yang baru selesai memandikan putranya. "Rahel main dulu di sini dulu, ya. Sekarang Papa yang mau mandi," tambah Raja sambil meletakkan putranya di dalam bak mandi, yang ada mainan bebek di dalamnya.

Selama Raja mandi, Rahel tampak begitu asik bermain dengan bebeknya dan beberapa menit kemudian Raja sudah selesai dengan ritual mandinya. Raja pun melilitkan handuk di pinggangnya, lalu mengakat keluar anaknya dari dalam bak mandi. Mereka berdua kini sudah selesai mandi dan mereka berdua berjalan keluar dari dalam kamar mandi.

Raja sengaja tidak menyewa baby sitter atau menyuruh pelayannya mengurus putranya. Dia hanya ingin merasakan bagaimana mengurus putranya selama Hana tidak ada di rumah.

Kini Ayah dan anak itu sudah selesai memakai pakaian dan mereka berjalan keluar dari dalam kamarnya. Selama perjalanan menuju lantai bawah, beberapa foto keseharian Rahel bersama dengan Raja, Hana, Sikembar dan Gugun terpampang di dinding rumahnya.

Sikembar sudah berada di meja makan, dengan pakaian yang sudah tapi. Mereka akan bersiap-siap untuk pergi ke kantor, karena sekarang mereka sudah bekerja di kantor kakak-nya, meskipun masih menjadi karyawan biasa.

Rahel pun di dudukkan di atas kursi yang khusus untuknya, dan Raja memasangkan celemek di baju putranya agar tidak terkena noda saat makan.

Mereka berempat makan begitu nikmat dan sesekali Raja menyuapkan roti bakar ke dalam mulut anaknya. Rahel sekarang sudah bisa makan makanan orang dewasa, meskipun belum semuanya. Bahkan Rahel juga sudah bisa makan sendiri, tanpa disuapkan lagi oleh orang lain.

•••••
Sementara itu Hana sedang menikmati makan siangnya di kantin rumah sakit, dia tampak tidak begitu semangat memakan sarapannya. Karena melakukan operasi semalam, membuat dia tidak bisa pulang ke rumah. Apalagi dia harus mengecek kondisi pasien itu sekali dua jam, yang membuatnya belum bisa pulang ke rumah.

"Rahel sudah makan siang belum, ya? Rahel lagi ngapain sekarang? Kapan mereka berdua akan ke sini?" batin Hana.

"Woi!" teriak seorang pria tampan seraya menepuk bahu Hana.

"Apaan sih!" ketus Hana yang langsung bangun dari kursi, karena manusia pengganggu sudah mengganggu makan siangnya.

"Ketus amat jadi cewek!" batin pria tampan itu menatap Hana pergi meninggalkannya. Dia bernama Syahrul Wuda Winanda, yang baru berusia 23 tahun. Dia biasa dipanggil Nanda dan dia juga seorang Dokter bedah di rumah sakit itu.

Hana berjalan-jalan di koridor rumah sakit, dengan tangan yang berada di dalam saku jas Dokter-nya. Langkahnya langsung terhenti, ketika melihat anak kecil yang sedang membagikan roti dan susu kepada teman-teman dokter-nya. Apalagi melihat seorang pria yang menggunakan masker dan tangan yang memegang kantong plastik putih. Tentu saja dia adalah Raja dan Rahel, membuat Hana langsung tersenyum manis.

"Makasih, Sayang," ucap beberapa dokter itu dan tak lupa mereka mencubit pelan pipinya Rahel. Mereka begitu gemas dengan Rahel yang begitu lincah dari anak yang seumuran dengannya. Apalagi wajah yang begitu imut dan tingkah lucunya, membuat orang-orang tidak tahan ingin memeluk dan menciumnya.

"Mama!" teriak Rahel yang tampak begitu senang ketika melihat ibunya. Rahel langsung berlari menghampiri ibunya dan Hana langsung menyambut Rahel dengan pelukkan hangat.

"Kenapa lama banget ke sini. Mama kangen banget sama, Kamu," ucap Hana sambil mencium kening, pipi kiri-kanan dan tak lupa memberikan kecupan di bibir mungil anaknya.

"Papa ajak Rahel beli roti dulu. Kata Papa mau dibagikan sama teman-teman, Mama," jawab Rahel dengan tampang polosnya.

"Hmmm ... Rahel sudah makan?" tanya Hana sambil menangkup pipi anaknya.

"Sudah tadi pagi, Ma," jawab Rahel.

"Pagi doang Rahel makannya?" tanya Hana tampak kaget, karena ini sudah lewat jam satu siang.

"Rahel makan banyak roti tadi toko roti," ucap Raja yang tiba-tiba muncul.

"Ohw ... Mama kirain Rahel cuma sarapan pagi tadi doang," ucap Hana mencubit hidung putranya.

"Ma, hidung Rahel jangan dicubit," ucap Rahel memanyunkan bibirnya.

"Sakit, ya?" tanya Hana kaget.

"Tidak kok. Nanti hidung Rahel gak mancung lagi kayak, Papa!" ujar Rahel yang tampak begitu kesal.

"Astagfirullah, Rahel!" ucap Hana dan Raja serentak dengan jawaban putranya.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now