Part 50

1.5K 82 5
                                    


••••
Celsi sudah memutuskan untuk berhenti dari sekolah, kerena tidak ingin membuat kehebohan di sekolah, kalau tau dirinya tengah hamil muda. Dia lebih memilih untuk menghilang dan fokus menjadi seorang istri, melakukan pekerjaan seperti istri pada umumnya.

Galang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, dengan memakai handuk di pinggangnya. Dia langsung tersenyum manis, ketika melihat bajunya sudah disiapkan oleh Celsi di atas ranjang dan tempat tidur yang sudah rapi.

Galang langsung mengambil pakaian itu, lalu memakai baju yang sudah disiapkan istrinya. Sedangkan Celsi tengah sibuk memasak nasi goreng di dapur, dan beberapa masakkan lainnya.

Setelah selesai memakai pakaiannya, Galang langsung keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang sudah rapi dan bersiap-siap akan pergi ke kantor, karena tidak mungkin dia akan di rumah terus.

Galang langsung memeluk pinggang ramping istrinya dari belakang, lalu menyadarkan kepalanya di atas bahu istrinya.

"Is, kepala kakak berat banget," ketus Celsi sambil memasukkan nasi goreng yang sudah matang ke dalam dua piring, lalu meletakkan telur ceplok di atas nasi goreng itu dan memberikan potongan tomat di atasnya.

"Wow ... kayak di restoran mewah aja," ucap Galang yang tidak tau, kalau Celsi ternyata pintar memasak, karena selama ini cuma dia saja yang masak.

"Lepasin Celsi dong kak, kalau kakak meluk terus, kapan Celsi selesainya!" ketus Celsi menghela nafas kasarnya.

"Ketus amat jadi istri," jawab Galang sambil melepaskan pelukannya, lalu berjalan menuju meja makan dan mendudukkan bokongnya di atas kursi. Celsi langsung meletakkan nasi goreng dan segelas air, lalu dia juga ikut duduk di kursinya.

Saat mereka melakukan sarapan bersama, Galang terus menatap ke arah istrinya dan rasa bersalah kembali menghampirinya. Kalau seandainya Celsi tidak hamil, mungkin Celsi bakal tetap melanjutkan sekolahnya, tapi jika kejadian malam itu tidak terjadi, dia juga tidak akan pernah bertemu Celsi dan bahkan menjadi suami dari Celsi. Mungkin hidup Celsi akan lebih menderita, karena menikah dengan seorang pria yang jauh lebih tua darinya.

'Benar juga, setelah kejadian malam itu, begitu banyak keberuntungan dan seharusnya aku bersyukur karena bisa menjadi suaminya. Bukan terhanyut karena rasa bersalah,' batin Galang sambil mengusap-usap lembut kepala istrinya tanpa sadar.

"Kakak ngapain? Kok malah ngelamun pagi-pagi?" tanya Celsi membuyarkan lamunan suaminya.

"Bukan apa-apa, Sayang," jawab Galang tersenyum dan tiba-tiba Galang melihat nasi goreng Celsi banyak bersisa.

"Kok nasi gorengnya gak dihabiskan?" tanya Galang pada istrinya.

"Celsi lagi gak nafsu makan, Kak," jawab Celsi sambil menyadarkan punggungnya ke kursi. Galang pun paham dengan kondisi Celsi, karena ini pengaruh dari kehamilannya.
••••••

Kini Galang sudah berada di rumah mewah kakaknya, karena dia tidak tega meninggalkan Celsi sendirian di apartemen dan takutnya ada sesuatu yang buruk terjadi sama Celsi selama dia pergi bekerja. Selama Galang bekerja di kantor, Celsi akan bermain di rumah kakaknya dan tentu itu membuat Hana dan Rahel senang, karena memiliki teman ngobrol.  Apalagi mereka berdua sama-sama hamil dan Hana dapat berbagi pengalamanmya saat hamil pertama dulu.

"Kakak pergi kerja dulu, ya," ucap Galang melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil mewahnya.

"Paman! Jangan lupa belikan Rahel es krim, ya," teriak Rahel dari depan pintu.

"Ok, Bos," jawab Galang tersenyum manis pada keponakannya, lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah tersebut.

"Ayo kita masuk," ajak Hana pada Celsi dan dibalas anggukan kecil oleh Celsi.

Mereka bertiga kini sedang berada di taman rumahnya, sambil memakan yang asam-asam. Nama juga ibu hamil, pasti suka yang masam-masam, tapi tidak semua ibu hamil yang suka buah-buahan seperti itu.

Celsi memakan buah naga yang baru saja dikupas Hana, sambil menatap ke arah Rahel yang sedang bermain bola dengan salah satu pelayan.

"Kakak perutnya kok mau besar, Celsi kok belum?" tanya Celsi pada Hana, sambil mengusap-usap perutnya.

"Celsi masih satu bulan kehamilan, kalau kakak udah mau dua bulan. Lagipula, ini sudah kehamilan ke dua kakak," jelas Hana dan dibalas dengan anggukan oleh Celsi.

"Melahirkan itu sakit ya, Kak?" tanya Celsi lagi.

"Gak usah pikirkan soal itu, gak baik juga buat kesehatan dedek bayi di dalam ini. Sekarang nikmati saja masa kehamilan ini dulu," jawab Hana sambil mengelus-elus perut rata Celsi.

"Baik, Kak," jawab Celsi mengaguk paham.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now