Part 45

1.4K 80 0
                                    

•••••
"Huweek ... huweek ...!"

Galang langsung terbangun dari tidurnya, ketika mendengarkan suara seseorang lagi muntah. Dia tampak begitu mengantuk, tapi dia berusaha untuk bangun dari tidurnya. Dia pun melirik jam di atas nakas, yang menunjukkan pukul 05.09 Wib. Dia pun bangun dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar mandi kamarnya.

"Huweek ...!" Lagi-lagi Celsi mengeluarkan suara muntah, tapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.

Ceklek!

"Sayang!" panggil Galang kaget ketika melihat Celsi sudah terduduk di atas lantai, wajah yang tampak begitu pucat dan dia sudah tampak begitu lemah.

Galang langsung menggedong tubuh istrinya keluar dari dalam kamar mandi, lalu membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang empuknya.

"Jangan perg, Kak," cicit Celsi dengan susah payah berbicara, keringat dingin sudah membasahi wajah istrinya dan Celsi tampak begitu kedinginan.

"Kakak gak akan pergi kok, Sayang," jawab Galang sambil memeluk tubuh istrinya, lalu menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut tebal. Celsi langsung memeluk tubuh dengan erat, karena dia begitu kedinginan dan tubuh Galang terasa hangat untuknya.

Galang pun meraih ponselnya di atas nakas, dia menekan nomor Hana di layar ponselnya. Karena hanya nomor Hana yang terlintas dalam otaknya.

Via telpon.

"Assalamualaikum, Hana!"

"..."

"Kamu bisa ke apartemen aku sekarang gak? Celsi tiba-tiba saja muntah dan sekarang dia sedang menggigil kedinginan."

"..."

"Baiklah. Aku tutup teleponnya dulu. Wa'alaikumsalam." Setelah selesai menelpon Hana, dia kembali menaruh ponselnya di atas nakas.

"Sabar sebentar lagi ya, Sayang," ucap Galang sambil menyadarkan punggungnya ke bantal, lalu memeluk Celsi dengan erat. Galang mencoba merasakan suhu tubuh istrinya, dan ternyata Celsi sedikit deman.
••••••

Kini Hana, Rahel, Raja sudah berada di apartemen Galang, bukan hanya keluarga Hana saja, tapi Gilang dan Nazwa juga ada di sana.

Hana sedang memeriksa keadaan Celsi di dalam kamar, sementara selebihnya menunggu di luar kamar.

Rahel tampak begitu senang, ketika bisa bertemu kembali dengan paman kembarnya, setelah beberapa minggu berpisah. Rahel langsung minta digendong oleh Gilang, karena dia memang lebih dekat dengan Gilang.

Ceklek!

Hana kembali keluar dari dalam kamar, Galang langsung menghampiri Hana dengan wajah tampak begitu cemas.

"Bagaimana dengan keadaan Celsi, Hana?" tanya Galang.

"Celsi sedang hamil 4 minggu," jawab Hana dengan tersenyum, tapi Galang tampak begitu kaget.

"Celsi hamil?" ulang Galang yang tidak percaya, tanpa sadar dia meninju dinding apartemennya.

Bugk!

"Gilang, tolong bawa Rahel bermain dulu di luar," pinta Raja kepada adiknya. Galang membalas dengan anggukan pelan, lalu dia berjalan keluar bersama dengan Nazwa dan Rahel.

"Apa yang sudah aku lakukan?" Lagi-lagi rasa bersalah itu kembali menghamprinya, karena dia sudah menghacurkan masa depan gadis kecil. Tubuh Galang terasa begitu lemah, hingga membuat dirinya ambruk ke lantai.

"Galang!" Raja menangkup ke dua pipi adiknya, yang membuat mereka berdua saling bertatapan.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah begini, ini juga kecelakaan yang tidak kau sengaja. Kau harus menerima kenyataan," tambah Raja lagi menatap bola mata coklat milik Galang.

"Aku takut dia menyesal besok-besok,  Kak. Dia pasti akan membenciku jika tau dia hamil," jawab Galang yang tampak prustasi.

"Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Lagipula, kalau kalian berdua tidak menikah, dia bakal menjadi istri dari pria ber istri. Mungkin ini juga sudah kehendak dari, Yang Maha Kuasa."

"Maksud Kakak?" tanya Galang mengerutkan keningnya.

"Malam saat kalian bertemu itu, dia baru saja kabur dari rumah sakit. Setelah kedua orangtua kandungnya, ingin menjodohkannya dengan pria beristri tiga. Karena keluarganya sudah tidak mampu lagi membayar hutang 20 juta," jelas Raja panjang lebar.

"Apa kakak membayar semua hutang mereka, itu sebabnya mereka tidak menutut?" tanya Galang tampak begitu kaget, dan Raja hanya membalas dengan anggukan pelan.

"Bukan hanya itu, ibunya sudah menjual Celsi kepada kita," ucap Raja yang tidak ingin lagi menutupi apapun dari adiknya.

"Apa Celsi tau tentang ini?" tanya Galang penasaran. Raja hanya membalas dengan gelengan kepala, mengisyaratkan tidak.

"Baguslah, mungkin ini akan melukai perasaannya jika tau, kalau keluarganya sudah menjualnya," ucap Galang yang ternyata mengkhawatirkan istrinya. Dia pun bangun dari atas lantai, dengan bantuan dari kakaknya.

"Oh-ya, Galang! Celsi jangan sampai kelelahan, banyak pikiran, takutnya itu memengaruhi kandungannya yang masih rentan. Dia juga harus makan seimbang," ucap Hana menjelaskan tentang orang hamil.

"Aku mengerti, Hana," jawab Galang mengaguk pelan.

"Kalau begitu kita pergi dulu," pamit dengan tersenyum.

"Jaga istri kamu baik-baik, ya," pinta Raja sambil menepuk pelan bahu adiknya, lalu mereka berdua berjalan keluar dari dalam rumah itu.

"Hati-hati di perjalanan, Kak," ucap Galang sembelum sepasang suami-istri itu menghilang dari balik pintu.

"Rahel! Kita pulang lagi, yuk," ucap Raja setelah berada di depan pintu apartemen Gilang, lalu mengedong putra semata wayangnya.

"Dadah, Paman, Bibi!" ucap Rahel sambil melambaikan tangannya kepada Gilang dan Nazwa.

Setelah kepergian kepergian keluarga kakaknya, Gilang pun mengatarkan istrinya pergi ke sekolah.

Sedangkan tengah Galang memasak di dapur, dia mulai menggoreng ayam di minyak panas. Saat itu juga dia mengiris bawang merah, bawang putih, cabe hijau, karena dia ingin memaskkan sayur untuk istrinya.

"Eugkh ...," lenguh Celsi yang baru saja terbangun dari tidurnya. Dia mengusap-usap mata dengan tangan mungilnya, lalu berjalan keluar dari dalam kamar apartemennya.

Ceklek!

"Kakak!" panggil Celsi berjalan menghampiri suaminya, lalu memeluk tubuh suaminya dari belakang.

"Astaga, istri kakak manja amat," ucap Galang yang langsung merangkul leher istrinya, lalu mencium puncak kepala istrinya itu dengan lembut.

"Celsi mau makan mangga muda semalam," ucap Celsi mendongakkan kepalanya, hingga membuat wajahnya saling bertatapan dengan suaminya.

"Gimana kalau sayang sarapan dulu, habis itu baru makan mangga mudanya?" tanya Galang dengan nada lembut. Celsi hanya membalas dengan anggukan pelan, lalu melepaskan pelukkan dari suaminya.

Galang pun meletakkan masakkan yang baru saja dimasak di atas meja, lalu mengambil nasi di dalam magiccom. Mereka berdua pun melakukan sarapan bersama, Celsi makan dengan lahap. Sekarang Galang semakin perhatian dengan istrinya, dia bahkan yang menyiapkan sarapan untuk istrinya, mengupas mangga muda untuk istrinya.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum