Part 21

4K 156 0
                                    

••••

Brumm ....

Brumm ....

Sikembar sedang berada di dalam kawasan balapan ilegal. Tempat itu berada cukup jauh dari kota. Beberapa mobil sudah berada di garis start, termasuk mobilnya sikembar. Setiap mobil yang akan ikut balapan sudah dimodifikasi, mulai dari mesin hingga tampilan mobilnya. Semua mobil yang akan ikut balapan, wajib memiliki dua orang dalam mobilnya.

Seorang wanita cantik dengan pakaian kurang bahan, sedang berada di depan mobil yang akan balapan. Dia tampak begitu tenang dengan bendera yang berada di tangannya.

Para peserta tampak begitu fokus memperhatikan tangan, yang sedang memberikan aba-aba di depan.

“Satu, dua, mulai!” teriak wanita itu sambil melambaikan bendera hitam putih.

Gilang langsung menginjak pegal gas mobilnya, dan melaju mendahului lawannya. Tangan yang begitu cekatan menambah, mengurangi, bahkan memutar setir mobilnya. Galang memperhatikan lawannya lewat kaca spion, dan mengarahkan Gilang untuk lebih cepat lagi. Mereka benar-benar kompak melakukannya, hingga dalam waktu singkat. Mereka berhasil sampai di garis finis lebih awal.

Para gadis-gadis dan teman-temannya berteriak histeris, ketika idolanya kembali memenangkan pertandingan. Sikembar memang terkenal hebat dalam balapan. Membuat mereka jadi incaran oleh kaum hawa.

“Gilang ... Galang!”

“Gilang ... Galang!”

Para wanita semakin berteriak keras, ketika sikembar keluar dari dalam mobil mewahnya. Sikembar hanya membalas dengan senyuman, lalu berjalan menghampiri teman-temannya.

“Wow ... selamat untuk kalian berdua,” ucap seorang pria tampan sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“Kalian bisa aja,” jawab sikembar dengan serentak.

“Ini hadiah untuk kalian,” ucap seorang pria sambil memberikan kantong yang berisi uang.

“Thanks,” jawab Gilang sambil menerima uang itu.

"Selamat untuk kalian berdua. Lain kali kita balapan lagi. Aku akan membawa orang yang lebih baik dari sekarang,” ujar pria itu tersenyum, lalu berjalan pergi meninggalkan kawanan sikembar.

"Kita tunggu balapannya. Semangat!” teriak Galang tersenyum. Pria itu hanya membalas dengan anggukkan dan melambaikan tangan kanannya.

“Selebihnya untuk kalian semua,” ucap Gilang setelah mengambil dua ikat uang yang nilainya tidak sedikit.

"Makasih banget ni, Gilang,” jawab mereka dengan serentak.

"Sama-sama, bersenang-senanglah. Aku mau pulang dulu,” ucap Gilang tersenyum manis, lalu mereka berdua berniat akan kembali ke dalam mobil. Tiba-tiba seseorang membogem wajah Gilang dengan keras, hingga membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

“Siapa dia?”

“Dia itu 'kan ketua geng motor Black?" ujar orang-orang yang kaget.

“Kenapa kau memukul saudaraku?!" bentak Galang yang balik membalas memukul wajah orang itu.

Pria itu meludahkan darahnya, lalu balik menatap sikembar dengan tatapan tajam. “Berapa banyak uang yang kau dapatkan dari, Hana? Kau menjual Hana, 'kan?!” bentak pria itu yang ternyata Rendi.

“Berapa harganya? Aku akan membayar semuanya! Sekarang kembalikan Hana padaku!" tambah Rendi nafas turun naik dan meleparkan uang ke wajahnya sikembar.

“Brengs*k! Jika kau tidak tau apa yang terjadi. Sebaiknya tutup mulut kotormu itu!” bentak Gilang yang berniat akan memukul wajah Rendi, tapi niatnya dihentikan oleh Galang.

“Rendi, pakai logika. Kita berdua ini anak orang yang berkecukupan, untuk apa kita menjual Hana? Lagipun hidupnya sekarang lebih baik, dari pada tinggal dengan keluarga pamannya. Kalau kau benar-benar sayang dengannya, seharusnya kau sudah membelinya sejak dulu. Kau juga tau kalau bibinya sangat mencintai uang. Sekarang jangan pernah ganggu hidup Hana lagi," ujar Galang dengan wajah datarnya.

“Senang kau bilang? Lalu kenapa dia menangis tadi siang? Lalu siapa laki-laki itu?” tanya Rendi.

“Kau tidak perlu tau siapa dia. Intinya, mulai sekarang jauhi, Hana," jawab Galang, lalu berjalan pergi meninggalkan Rendi dan teman-temannya.

“Sampai kapanpun aku gak akan menjauhi, Hana. Ingat itu!" teriak Rendi.

“Lakukan apa yang kau mau. Maka kita akan melakukan yang seharusnya,” jawab Gilang sembelum masuk ke dalam mobil.

"Lihat saja nanti," batin Rendi tersenyum miring.

••••••
Malam berlalu begitu saja, kini sang Surya kembali menyinari bumi. Hana masih tertidur pulas di atas ranjangnya. Sedangkan Raja sudah bangun lebih awal, karena dia memiliki miting penting dengan kliennya. Raja memakai baju kemeja berwarna putih dan celana berwarna abu-abu. Hari ini dia tidak akan berpenampilan serba hitam, kerena kliennya seorang Direktur dari perusahaan China. Setelah merasa rapi, dia berjalan menghampiri Hana yang masih tertidur.

“Bangun, Sayang," ucap Raja sambil duduk di sisi ranjangnya.

“Eughk!” lenguh Hana sambil membuka matanya dengan perlahan-lahan. "Kakak mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Hana sambil mengusap-usap matanya.

“Kakak ada miting dengan klien pagi ini. Sebelum sekolah jangan lupa sarapan dulu.”

“Hmmm,” balas Hana berdeham.

“Kakak pergi dulu,” ucap Raja sambil memberikan kecupan di bibir Hana, lalu berlalu pergi meninggalkan istrinya. Hana menatap punggung Raja, sebelum menghilang di balik pintu. Hana bangun dari tidurnya dan menepiskan selimutnya itu, dengan tampak malas berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Hana sudah bersiap-siap akan pergi ke sekolah. Dia memasukkan buku-buku yang akan dibawa hari ini ke dalam tas. Lalu berjalan pergi keluar dari kamarnya.

Saat sampai di lantai bawah, Hana melihat sikembar sedang menikmati sarapan mereka. Hana langsung duduk di atas kursi, lalu meminum susu untuknya.

“Kau gak sarapan?” tanya Gilang ketika melihat Hana hanya meminum susu.

“Lagi gak nafsu makan,” jawab Hana.

"Gak sakit, 'kan?" Kali ini Galang yang bertanya.

“Kayak gak tau wanita aja,” jawab Hana dengan tampak lesu.

“Emangnya kenapa?” tanya Galang yang tidak paham.

“Atau karena kau menangis kemaren?” tanya Gilang.

“Kalian ini banyak tanya. Ayo buruan habiskan makanan kalian!” bentak Hana yang kesal dan memilih pergi dari meja makan.

“Ck, kalau dia marah cukup menakutkan juga,” decak Gilang yang kesal. Mereka berdua pun memilih menyudahi sarapannya, dan berjalan menyusul Hana yang sudah sampai di pintu.

Sesampainya di dalam kelas, Hana lebih memilih merebahkan kepalanya di atas meja. Hana sedikit sensitif ketika lagi datang bulan, dan bawaannya pengen marah melulu. Apalagi ditambah dengan rindu terhadap pamannya, tapi takut untuk bertemu. Hana tidak berani bertemu dengan pamannya, karena dia sudah membuat Clara dibuli di sekolah. Pamannya pasti sangat kecewa dengannya. Hana benar-benar menyesal telah mengatakan, tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur.

Bersambung ....

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now