Part 23

3.7K 159 4
                                    

Sebelum meninggalkan gudang itu. Raja terlebih dahulu membakar bangunan yang sudah tua, untuk menghilangkan jejaknya. Raja menuangkan besin ke dinding, lalu meleparkan korek api ke arah yang sudah disiram dengan besin. Perlahan-lahan api itu mulai menjalar, dan kobaran api yang sangat besar mulai melahap bangunan itu. Raja tidak lupa membakar jubah hitamnya yang sudah penuh dengan darah, hingga tak bersisa sedikitpun.

Setelah selesai, dia kembali masuk ke dalam mobilnya, dan meninggalkan kebakaran yang sangat besar itu. Dia masih bisa mendengar lendakkan, dan asap hitam yang sudah mengepul di udara.

“Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan siapapun yang memiliki, Sayang,” ucap Raja sambil membelai rambut Hana dengan lembut. Hana masih tak sadarkan diri, karena obat bius yang diberikan teman Rendi memang kuat.

Sikembar langsung berlari ke arah pintu,  ketika mendengar suara mobil kakaknya yang baru saja sampai. Sikembar merasa lega ketika melihat Hana dan kakaknya baik-baik saja.

“Kalian istirahat saja. Jangan khawatirkan soal itu,” ucap Raja yang seakan tau dengan kekhawatiran kedua adiknya.

“Baik, Kak,” jawab sikembar secara bersamaan.

Sesampainya di dalam kamar, Raja membaringkan tubuh istrinya di atas kasur dan menutupi tubuh istrinya dengan selimut berwarna putih.

Raja mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Lalu menekan nomor temannya, Gugun. Raja ternyata mendapatkan luka sayatan di badannya, ketika melawan anak buahnya Rendi. Karena dia memakai baju hitam, membuat darah itu tidak terlihat jelas. Namun, darahnya Raja menempel di seragam yang digunakan istrinya.

Beberapa menit kemudian, Gugun sudah berada di dalam kamarnya Raja dan mereka berdua duduk di atas sofa. Gugun sedang menjahit luka temannya dengan hati-hati. Raja tidak merintih kesakitan, meskipun tidak diberikan obat bius. Setelah menjahit lukanya Raja, dia pun membaluti luka itu dengan perban.

“Kenapa kau pertaruhkan hidupmu demi gadis kecil itu?” tanya Gugun yang sudah selesai mengobati Raja.

“Karena dia sangat berharga seperti kedua adikku. Dan tanpa kusadari, sekarang aku tidak membutuhkan obat tidur lagi. Dia seperti obat penenang untukku. Perlahan-lahan rasa hausku akan darah mulai menghilang. Mana mungkin aku bisa melepaskan gadis yang berharga seperti dia,” jelas Raja sambil menatap Hana yang masih tertidur.

“Jaga dia baik-baik kalau begitu. Jangan pernah sakiti hati istrimu, karena musuh terbesarmu ada di sini.” Gugun menunjuk dada bidang Raja yang tepat di hati.

“Jika ini yang sudah hancur lebur. Kau tidak akan pernah bisa memperbaikinya,” tambah Gugun.

“Akan selalu kuingat nasehatmu,” jawab Raja yang paham maksud dari temannya.

“Bagus. Sekarang kau benar-benar sudah dewasa,” ucap Gugun sambil mengusap-usap kepala Raja seperti anak kecil.

“Oh, ya?” tambah Gugun.

“Apa?” tanya Raja sedikit kaget.

“Saras tadi ke tempat aku. Aku peringatkan kau sekali lagi, jangan pernah dekat dengan Saras. Kalau iya! Awas saja kau!” ancam Gugun sambil menunjuk wajah Raja.

“Iya-iya,” jawab Raja sambil menurunkan telujuk Gugun dari hadapannya.

“Bagus. Aku pergi dulu,” ucap Gugun yang langsung bangun dari sofa.

“Sekali-kali nginap di sini napa sih. Kamar kau masih tersusun rapi. Aku juga ingin sarapan bersama dengan, Kau,” ujar Raja yang tampak kesal.

“Astaga ... kau kalau lagi ngambek jelek juga.” Gugun mencubit gemas pipinya Raja.

Istri Polos Suami TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang