Part 39

1.3K 77 0
                                    

"Kau melakukannya dengan gadis kecil, Galang?" tanya Raja tampak tak percaya. Galang hanya diam membisu, karena tidak tau mau jawab apa lagi. Semuanya memang benar, dia memang melakukannya dengan gadis kecil.

"Kau bayar berapa dia?" tanya Raja menatap Celsi, yang sedang berada di ambang pintu kamar.

"Dia bukan gadis malam--"

"Aku tau dia bukan gadis malam, tapi kau bayar berapa dia agar mau ikut dengan kau?!" ucap Raja memotong perkataan Galang.

"Om kenapa marah-marah? Celsi jadi takut, hiks ...," isak Celsi yang tiba-tiba menangis tersedu-sedu dan Galang langsung berjalan menghampiri Celsi, tanpa mempedulikan wajah kedua saudaranya sedang marah.

"Celsi masuk aja ke dalam kamar dulu, ya," ucap Galang dengan lembut.

"Gak mau. Celsi pulang aja ke rumah. Celsi takut di sini, hiks ...," jawab Celsi memegang lengan kekar Galang.

Raja dan Gilang serentak menghela nafas kasarnya. Mereka berdua sudah tidak tau mau berbuat apa lagi, ingin memarahi Galang juga gak ada gunanya. Semuanya sudah terjadi dan kemarahan dari Raja akan membuat gadis kecil itu semakin ketakutan.

"Kak, ibu gadis itu pasti khawatir. Apa gkak sebaiknya kita antar gadis itu pulang?" tanya Gilang pada Raja.

"Kau sudah gila, ya? Mana mungkin kita bawa gadis itu pulang dengan kondisinya kayak gini. Jalan saja dia sudah tidak bisa!" bentak Raja dengan nafas turun naik.

"Celsi mau pulang, Om! Celsi kangen ibu, huwaa ...!" Celsi kembali menangis sekeras mungkin, hingga membuat ruang apartemen itu bergema.

"Kita bawa saja gadis itu pulang. Diam di sini juga gak ada gunanya!" ucap Gilang berbicara dengan nada tinggi, karena ruangan apartemen itu terasa budek.

Pletak!

Raja menjintak keningnya Gilang, karena otaknya benar-benar kurang encer. "Bukan gadis itu yang dibawa pulang, tapi kedua orang tuanya yang dibawa ke sini," ucap Raja dengan nada membentak.
•••••

Setelah bertanya alamat gadis itu, kini Gilang dan Raja kembali menjalankan mobilnya, membelah jalan yang lumayan padat. Raja sudah menghubungi Hana tadi, untuk membawakan pakaian dan sarapan untuk Celsi.

Mereka berdua melewati beberapa gang sebelum sampai di rumah sederhana. Mereka berdua keluar dari dalam mobil, lalu berjalan masuk ke dalam perkarangan rumah itu.

"Assalamualaikum!" ucap Raja sambil mengentuk pintu beberapa kali. Tak beberapa lama kemudian seorang memutar gagang pintu dari dalam. Terlihat seorang wanita paruh baya, dengan mata sudah sebab, sepertinya dia menangis cukup lama.

"Apa benar ini rumah, Celsi Olivia Aprilia?" tanya Raja dengan sopan.

"Iya, benar. Tuan siapa, ya?" jawab wanita itu tampak kaget dan beliau malah balik bertanya.

"Boleh kita berdua masuk? Soalnya gak enak berbicara di luar," ucap Raja, ketika melihat para tetangga yang kepo.

"Silahkan, Tuan," ucap wanita itu mempersilakan masuk dua pria tampan itu. Dia adalah ibunya Celsi, dia bernama Asti Khadijah, yang berumur 33 tahun.

Kini mereka sudah duduk di atas lantai beralas karpet, tak ada sofa atau barang-barang mewah lainnya.

"Suami ibu ada di rumah?" tanya Raja.

"Suami saya sedang berada di rumah sakit sekarang," jawab Asti tampak sedih.

"Begini, Bu ...," Raja tampak begitu ragu-ragu untuk mengatakannya. " Semalam saudara kembar adik saya ini mabuk berat. Dia baru saja diputuskan pacarnya ...," ucap Raja menjeda perkataannya dan Asti mulai menebak ke arah mana bicaranya, tapi dia lebih memilih mendengarkan dulu.

"Jadi, dia tanpa sadar membawa putri, Ibu. Dan semalam mereka berdua melakukan hubungan suami-istri," tambah Raja sambil menatap wajah Asti tampak begitu kaget. Asti hanya terdiam dan kemudian dia mulai meneteskan air matanya.

"Ini juga salah saya, hiks ...! Jika, saya tidak memaksa Celsi menikah semalam. Mungkin dia tidak akan pergi dari rumah sakit dan semua ini tidak akan terjadi, hiks ...!" Asti menangis tersedu-sedu, sambil menghapus air matanya dengan kasar.

Dua cowok tampan itu hanya saling bertatapan, ketika melihat seorang ibu yang tampak begitu menyesal. Anehnya, kenapa Asti tidak marah? Kenapa dia malah menyalahkan diri sendiri?

"Kalau boleh saya tau, kenapa ibu ingin menikahkan putri, Ibu?" tanya Raja penasaran.

"Saya memiliki hutang kepada, Pak Harto. Dia orang yang terkaya di kampung ini. Saya terpaksa menikahkan putri saya, karena saya tidak mampu membayar hutang. Beliau juga berjanji akan membiayai seluruh pengobatan suami saya, kalau diizinkan menikah dengan putri saya, Celsi," jelas Asti panjang lebar.

"Saya akan membayar seluruh hutang ibu, dan saya juga akan membiayai pengobatan suami, Ibu. Saya juga akan menyuruh adik saya bertanggung jawab," ucap Raja, yang sontak membuat Asti semakin kaget.

"Apa?" ucap Asti tak percaya.

"Ibu tinggal tulis saja alamat rumah pria itu dan alamat rumah sakit tempat suami ibu dirawat. Saya akan mengurus semuanya," ucap Raja dengan tersenyum.

Asti tampak berfikir sejenak dan kemudian dia bangun dari duduknya. Lalu berjalan masuk ke dalam kamar dan kembali dengan satu buku dan pulpen. Asti mulai menulis alamat itu, lalu memberikan selembar kertas pada Raja.

"Saya serahkan putri saya pada, Tuan," ucap Asti dengan tersenyum. Lebih baik menyerahkan putrinya kepada Raja, daripada orang yang sudah memiliki tiga orang istri.

"Saya masih punya satu syarat," tambah Asti kembali.

"Apa itu?" tanya Raja dengan mengerutkan keningnya.

"Saya membutuhkan uang seratus juta. Maka Celsi resmi menjadi milik, Tuan," jawab Asti tersenyum manis.

"Baiklah," jawab Raja yang tidak percaya, kalau Asti menjual putrinya sendiri dan tadi itu hanya drama semata.

Raja mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, lalu menekan nomor seseorang dari layar ponselnya.

"Ambil uang seratus juta dalam bank. Aku akan mengirimkan alamatnya melalui pesan," ucap Raja dengan nada dinginnya. Dia kembali mematikan teleponnya dan memasukkan ponsel itu ke dalam saku celananya.

"Anak buah saya akan mengatarkan uang itu ke sini," ucap Raja bangun dari duduknya dan diikuti oleh Gilang.

"Terimah kasih," jawab wanita itu dengan tersenyum manis.

"Kita permisi dulu," ucap Raja berjalan keluar dari dalam rumah itu, lalu berjalan pergi menuju mobilnya.

'Masih ada ibu yang gila dengan harta, hingga tega menjual anaknya sendiri,' batin Raja masuk ke dalam mobil bersama dengan Gilang. Raja kembali menjalankan mobilnya, berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now