Part 44

1.3K 75 0
                                    


•••••
Galang mengajak Celsi ke pasar malam, berbagai olahan makanan yang membuat orang langsung tergiur. Bukan hanya itu saja, berbagai macam buah-buahan, aksesoris dan masih banyak lagi. Melihat berbagai macam makanan, membuat Celsi ingin merasakan semuanya.

"Kakak, Celsi mau makan ini," rengek Celsi sambil memegang lengan suaminya.

"Iya-iya. Ambil aja apa yang sayang mau di sini," jawab Galang mengaguk pelan.

"Bibi, tolong bungkusin cekernya ayamnya," pinta Celsi kepada pedagang.

Pedagang itu langsung membukuskan untuk Celsi, lalu memberikan kepada Celsi. Galang pun membayar belanjaan istrinya, hingga uang yang dibawa Galang hampir ludes kerena istrinya. Bagaimana tidak, semua makanan yang ada di sana hampir dibeli semua oleh Celsi. Galang bukan khawatir dengan uangnya, tapi makanan sebanyak itu. Apakah habis oleh Celsi yang memiliki badan mungil?

Setelah hampir dua jam berada di sana, jam sudah menunjukkan pukul 21.56 Wib. Yang sebetar lagi mau tengah malam, tapi pasar itu masih ramai oleh pembeli yang ingin merasakan makanan di sana.

Disaat Celsi dan Galang asik-asik menikmati waktu di luar, Nazwa malah sibuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Yang membuat Gilang juga ikut bergadang, karena ingin menemani istrinya membuat PR.

"Akhirnya selesai juga," ucap Nazwa sambil meregangkan otot badannya.

"Semangat benar istri kakak sekarang," ucap Gilang sambil mengacak-acak rambut istrinya.

"Harus dong. Soalnya, teman-teman Nazwa di sana baik-baik semua, beda di sekolah lama Nazwa," jawab Nazwa dengan tersenyum bahagia.

"Syukurlah kalau begitu," ucap Gilang yang senang mendengarnya. Tiba-tiba mata Gilang malah tertuju pada bibir istrinya, yang membuat Nazwa salah tingkah karena ulah Galang.

"Kak!" panggil Nazwa yang membuyarkan lamunan suaminya.

"Iya," jawab Galang tampak kaget.

"Kakak kenapa bengong?" tanya Nazwa penasaran.

"Bukan apa-apa," jawab Gilang dengan tersenyum manis. "Oh-ya. Sayang mau main permainan sebelum tidur, gak?" tanya Gilang.

"Permainan apa?"

"Batu gunting kertas, yang kalah bakal ngabulin permintaan yang menang. Kita main lima putaran."

"Ok."

"Batu gunting kertas!"

"Asik, Nazwa menang," teriak Nazwa ketika dirinya memberikan gunting, sedangkan Gilang kertas.

"Batu gunting kertas!" Lagi-lagi Gilang kembali kalah, dia mulai khawatir dirinya bakal kalah.

Ronde ke tiga dimenangkan oleh Gilang, yang membuat Gilang berteriak kesenangan. Ronde ke empat kembali dimenangkan Gilang dan peluang untuk menang tinggal sedikit lagi. Dalam babak penentuan, benerapa kali mereka mengeluarkan bentuk yang sama dan akhirnya Gilang berhasil memenangkan permainan itu.

Gilang benar-benar begitu sangat senang, hingga membuat Nazwa kebingungan oleh sifat suaminya. Bagaimana tidak senang, hasilnya sangat memuaskan dan Nazwa harus menuruti keinginan Gilang.

"Sayang gak lupa sama taruhannya, 'kan?" tanya Gilang pada istrinya dan Nazwa hanya membalas dengan gelengan kepala, sebagai tanda kalau dia tidak lupa.

"Baiklah. Kakak punya satu permintaan sebelum tidur. Sayang harus cium semua ini," ucap Gilang sambil menunjuk wajahnya, yang sontak membuat mata Nazwa membulat dengan sempurna.

"Gak ada yang lain ya, Kak?" tanya Nazwa dengan nada gelagapan dan Gilang hanya membalas dengan gelengan kepala, sebagai tanda tidak ada.

Nazwa menarik nafasnya dalam-dalam,  lalu menghebuskan kembali nafas itu. Dia harus menuruti permintaan suaminya, karena dia memang kalah dalam permainan. Dia berusaha mengatur denyut jantungnya, dia pun mulai mendekati wajahnya ke arah suaminya dan merasakan nafas Gilang menerpa wajahnya.

Chup!

Chup!

Chup!

Tiga ciuman mendarat berurutan di wajah Gilang, dan tinggal satu ciuman lagi yaitu, bibirnya Gilang. Nazwa mencoba mengatur denyut jantung yang sudah tidak beraturan, saat Gilang sudah siap menerima ciuman itu.

Chup!

'Akhirnya masuk ke dalam perangkap ini bocah,' batin Gilang yang langsung memeluk tubuh Nazwa dengan erat, hingga membuat Nazwa tidak bisa lagi bergerak. Gilang tanpa menunggu waktu lagi, dia langsung mencium bibir istrinya dengan rakus, hingga membuat Nazwa tidak bisa bernafas.

Nazwa mencoba untuk mendorong dada bidang Gilang, karena dia sudah serasa kehabisan nafas. Ketika Gilang melepaskan ciuman luar biasa, Nazwa mencoba untuk mengatur nafasnya, tapi Gilang malah mengambil kesempatan.

Bersambung ...

Istri Polos Suami TampanWhere stories live. Discover now