Part 58

1K 57 0
                                    

•••••
Bukan hanya Galang saja yang meminta batuan pada Ardian, tapi Gilang juga melakukan hal yang sama seperti Galang. Dia menyuruh temannya untuk mencari informasi tentang Jefry dan urusan itu dengan secepat mungkin di selesaikan oleh Ardian, karena mereka adalah anak buah dari Ardian sendiri, yang baru saja masuk ke dalam geng Ardian beberapa bulan lalu.

Kring!

Mendengar suara notifikasi dari ponselnya, Gilang segera mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan melihat pesan dari nomor tidak dikenalnya.

{+628386*****3}

{Maaf sudah mengganggu istri kakak. Saya janji tidak akan mengganggu Nazwa lagi, dan saya berjanji akan melindungi Nazwa saat di sekolah.

Bye: Jefry dari geng Morgan.}

Gilang.

{Tidak apa-apa. Aku sudah tau dari Ardian, kalau kau sudah menyesal. Aku hargai permintaan maaf dan terimah kasih kalau kau mau menjaga istriku di sekolah.}

Setelah mengirimkan pesan tersebut, Galang berjalan masuk ke dalam rumah ibu mertuanya, karena saat itu mereka sedang pergi mengujungi ibu Nazwa dan mereka berdua berencana akan menginap di sana beberapa hari.
•••••

Sedangkan Celsi tengah mandi bersama dengan suaminya, dan saat ini mereka sedang berada di dalam bathup, dengan pakaian yang masih melekat di tubuh mereka masing-masing. Celsi tampak begitu tidak nyaman, ketika Galang ikut serta mandi bersama dengannya.

"Kakak! Buruan keluar!" rengek Celsi sambil menatap suaminya tersenyum.

"Malas, kakak mau mandi bersama, lagian kita berdua sudah sah jadi suami istri," jawab Galang dengan santai.

"Yaudah. Celsi aja yang keluar, kakak aja mandi duluan," ucap Celsi yang berencana bangun dari dalam bathup, tapi dicegah oleh sang suami.

"Sayang gak asik banget, masak kakak pengen mandi berdua sama sayang gak boleh," ucap Galang sambil memasang tampang sedih, yang membuat Celsi tidak tega melihat suaminya.

"Yaudah deh, tapi kakak jangan macam-macam sama Celsi, ya," ucap Celsi pada suaminya dan Galang membalas dengan anggukan pelan.

"Suami otak mesum!" guman Celsi sambil melepaskan pakaiannya yang sudah basah kuyup karena suaminya. Galang hanya tertawa kecil ketika melihat istrinya yang sedang marah dan akhirnya mereka berdua mandi bersama.
•••••

Setelah kejadian hari itu, mau tak mau Fira harus menikah dengan pria yang belum dia kenal, karena ancaman dari Ardian dan bersyukur Ardian masih mempertagung jawabkan atas perbuatannya.

Pernikahan Fira memang cukup mewah, karena Fira anak satu-satunya dan tentunya keluarga sangat senang, ketika Fira memutuskan menikah dengan pria yang dicintainya, tanpa tau apa yang sudah terjadi pada putri mereka.
•••••

Kehidupan Hana dan Raja tetap harmonis seperti dulu, tak ada yang bisa merusak cinta dari pasangan suami-istri tersebut. Hingga mereka berdua dikaruniai satu putra, yang memiliki sifat pintar seperti ayah dan ibunya.

Kadungan Hana sudah memasuki bulan ke lima dan perut Hana sudah mulai membesar, yang membuat Hana selalu memakai baju ibu hamil.

Pagi ini Hana diajak jalan-jalan pagi oleh sang suami dan tentunya Rahel juga ikut dengan mereka berdua. Rahel menggunakan sepedanya berjalan-jalan di sekitar taman dan ada beberapa orang yang mengambil momen kebersamaan Raja dan keluarganya.

"Sayang masih terkenal seperti dulu. Membuat Hana ingat sama masa lalu. Hana semakin rindu dengan, Paman," ucap Hana tampak begitu sedih, karena sudah hampir lima tahun tidak bertemu dengan pamannya lagi.

"Sayang gak usah khawatir, kakak sudah menyuruh anak buah mencari tempat tinggal mereka. Kakak yakin mereka pasti ada di suatu tempat," ucap Raja dengan wajah serius, yang membuat senyuman langsung terukir di bibir Hana.

"Mama ...! Papa ...!" Rahel tiba-tiba menangis tersedu-sedu, ketika dirinya terjatuh dari sepedanya. Hana dan Raja langsung menghampiri sang putra dan melihat lutut sang putra sedikit terluka.

"Tidak apa-apa. Rahel gak boleh nangis, kalau Rahel nangis namanya anak cengeng," ucap Raja sambil menghapus air mata putranya.

"Tidak. Rahel bukan anak cengeng, Rahel anak kuat," jawab Rahel yang langsung berhenti menangis.

"Rahel masih kuat bawa sepedanya?" tanya Hana dengan nada lembut.

"Masih, Ma," jawab Rahel mengaguk pelan, dan Rahel kembali menaiki sepedanya tersebut.

"Bawa sepedanya jangan kencang-kencang," ucap Raja ketika Rahel kembali menjalankan sepedanya.

"Dia memiliki sifat pamannya," ucap Hana menatap putranya dan Raja pun merangkul pinggang sang istri, tanpa mempedulikan tatapan dari mata yang berada di taman sana.

Bersambung ...

Istri Polos Suami Tampanजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें