Bab 5 - Hidup Adalah Hutan!

14.3K 2.5K 64
                                    

Pagi Harinya~

Kamar Aileana

Sesuai jadwal yang sudah ditentukan, hari ini merupakan hari pemeriksaan kesehatan Aileana. Gadis itu gelisah mengingat lukanya sudah sembuh dengan ajaib. Ya sebenarnya itu hal yang bagus sih karena dia tidak perlu mengganti perban berkali-kali atau meminum obat hitam mengerikan itu.

Tapi tetap saja hatinya tidak tenang. Apakah nanti dokter akan melaporkan hal ganjil itu pada ayah dan ibu tirinya? Jawabannya ya tentu saja pasti lapor!

Aileana takut akan mendapatkan pukulan lagi dari ibu tiri dan kakak tirinya. Dia tidak ingin melihat goresan luka dan memar lagi di sekujur tubuhnya. Membayangkannya saja sudah mengerikan apalagi merasakannya secara langsung. Tanpa sadar tubuh kecilnya sedikit gemetar sebagai reaksi alami ketakutannya.

"Gambaran penyiksaan dan rasa sakit itu tiba-tiba terlintas begitu saja tanpa bisa aku kontrol," gumamnya sembari menggigit kukunya cemas. "Aileana, kenapa ingatanmu tidak ada satu pun yang bahagia sih?"

"Nona, sebentar lagi dokter akan datang. Apa yang harus kita katakan soal luka Anda?" tanya Selfina yang juga merasa tidak tenang. Pelayan itu gugup sekali.

Aileana menghela nafas. "Entahlah. Aku pun bingung jadi pasrah saja deh," ucapnya. Otaknya buntu dan dia tidak bisa merancang ide.

Jika pun ada, tetap saja semua jalan keluar itu pasti akan menimbulkan kecurigaan. Apalagi kalau jalan keluar yang dirancang tidak sempurna dan terburu-buru, seketika hidupnya akan berada di ujung tanduk.

Tapi Aileana mengingat kembali keahliannya di kehidupan sebelumnya, dia terkadang berbohong belajar sampai larut malam kepada orang tuanya, tapi nyatanya gadis itu menulis novel sampai tengah malam. Karena pada saat malam hari, otaknya lebih aktif berimajinasi.

Oh iya! Aku kan pandai mengelabui orang! Ayo lakukan keahlian ke-5 itu saja, pikir gadis kecil itu senang karena telah menemukan sebuah solusi dari masalahnya. Ya entah akan berhasil atau tidak, kita lihat nanti.

"Selfi, aku punya rencana. Buka semua tirai jendela, biarkan cahaya matahari dan anginnya masuk," pinta Aileana seraya tersenyum misterius.

"Ya? Nanti kalau Nona terkena flu bagaimana?"

Aileana mengerling lalu mendengus sebal. "Ini masih musim panas, ya kali aku terkena flu dengan angin panas yang bertiup sepoi-sepoi itu," sahutnya santai. "Lakukan saja, jangan banyak protes."

Selfina hanya mengangguk walau sebenarnya dia masih ingin memprotes majikan kecilnya itu. Justru flu musim panas itu memang ada dan sama-sama menyiksa juga.

Selfina segera melaksanakan perintah nona mudanya, menyibak semua tirai dan membuka jendela. Angin musim panas langsung menerjang masuk tanpa permisi. Membelai lembut rambut kedua orang yang berada dalam ruangan itu.

Bersamaan dengan masuknya udara menyejukkan tersebut, Aileana memejamkan mata dan menghirupnya dengan kedua sudut bibir yang terangkat. Aku mencium aroma kebebasan.

1 Jam Kemudian~

Dokter pribadi keluarga Marquess Pierzo pun datang dengan membawa sebuah tas yang berisikan barang-barang untuk pengobatan. Aileana menunggu pintu kamar terbuka dengan gugup. Dia merasa nafasnya menjadi sedikit sesak karena jantungnya berpacu dengan cepat.

Tak berselang lama, dokter keluarga Pierzo pun masuk ke dalam kamar Aileana. Wajahnya sudah keriput dengan kacamata yang bertengger di hidung mancung sedikit melengkung, dan rambut yang sudah mulai memutih seperti warna kertas sebagai tanda usianya sudah lanjut.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now