Bab 29 - Dia SKSD!

6.4K 1.3K 350
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Bangunan megah namun terlihat sederhana dengan dinding kayu dicat warna kecokelatan menjadi tempat pelaksanaan pemberkatan pernikahan. Seorang pendeta terpercaya yang dipilih oleh Zeno hadir untuk memberkati kedua insan tersebut.

Aileana dalam balutan gaun berwarna putih bercorak keemasan duduk kalem di kursi. Walau ekspresi wajahnya terbilang tenang, namun berbeda dengan jantungnya yang berdegup tiga kali lipat lebih cepat daripada biasanya.

Gadis itu gugup. Rasanya seperti menunggu hasil ujian kelulusan. Jari-jarinya yang tertutup sarung tangan itu mulai mati rasa dan berkeringat. Sesekali dia meremas tangannya sendiri.

Tenanglah, Leana, tenang. Bayangkan kau sedang menaiki komedi putar yang lucu, pikirnya berusaha menghilangkan rasa gugup itu. Tapi apa hubungannya dengan komedi putar? Memangnya dia masih anak-anak?

Zeno terlambat 2 menit dikarenakan harus memeriksa kembali dokumen-dokumen penting yang diperlukan untuk hari ini. Pria itu berjalan dengan gagah menuju altar, menyerahkan berkas tersebut kepada sang pendeta. Penampilannya yang bersinar menarik atensi ruangan yang hanya dihadiri oleh keluarga Marquess.

Bellanca sampai menutup mulutnya kagum, bisa bertemu sosok yang tampan bagaikan patung pahatan itu. Astaga, dari sisi mana pria ini disebut cacat, hah? Cih, Aileana beruntung mendapatkan suami seperti ini. Apa aku boleh merebutnya?

Pemilik surai hitam itu memakai pakaian resmi berwarna merah, bagian pundak dan dadanya dihiasi ornamen penghargaan, penampilannya tambah sempurna dilengkapi dengan jubah putih yang bertengger di bahu. Rambutnya yang disisir ke atas semakin menambah pesonanya.

Wah~ dilihat-lihat alisnya tebal juga. Aileana sampai tidak berkedip menatap orang yang akan menjadi suaminya itu. Gadis itu tidak menyangka bisa menikah muda di kehidupan barunya.

Zeno berhenti di depan Aileana. "Lady," panggilnya lembut, satu tangannya terulur ke depan seraya membungkuk.

Aileana tersenyum tipis. Tangan kecilnya menyambut uluran tangan itu, lalu berdiri. Kedua insan itu berjalan menuju altar. Waktu seakan melambat, burung-burung berkicau merdu seolah turut memberkati momen sakral tersebut.

Sang pendeta membacakan lantunan pemberkatan, semua orang dalam ruangan tersebut menunduk. Namun, Bellanca beberapa kali mencuri-curi pandang ke arah Zeno, gadis berambut merah itu tidak fokus mendengarkan pemberkatan.

Lihatlah rahang yang gagah itu! Ah sial! Aku jadi ingin merebutnya dari rakyat jelata itu, pikir Bellanca dengan tatapan mendamba.

Zeno menyadari kelakuan Bellanca dari lirikan sudut matanya. Sejak memasuki ruangan ini, tatapan mata gadis itu tidak terlepas dari Zeno. Siapa pun pasti akan sadar bila diperhatikan lekat-lekat begitu. Mudah sekali ditebak apa yang dia pikirkan.

Lantas tiba-tiba Zeno merengkuh pinggang Aileana erat, membuat gadis itu refleks menoleh padanya dengan mata melotot.

"Apa yang kau lakukan, Yang Mulia?" Aileana bertanya dengan berbisik.

Zeno mendekatkan wajahnya sambil tersenyum. "Supaya Ayah Mertua tahu kalau kita menikah atas dasar saling mencintai."

Aileana memutar matanya malas. "Ayah tahu kalau kita menikah bukan atas dasar kata itu," balasnya jujur. "Jadi lepaskan tanganmu."

"Baik." Zeno dengan patuh menarik tangannya kembali. Tanpa diketahui siapa pun, pria itu tersenyum sinis dari balik bahunya ke arah Bellanca yang berkerut kesal. Dasar tukang iri.

Sesudah pemberkatan, waktunya penandatanganan surat. Ya kita anggap saja itu seperti buku nikah di zaman tersebut. Di atas meja sudah terdapat dua lembar kertas berwarna krem.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now