Bab 44 (S2) - Gosip Terkini

5.3K 1.1K 151
                                    

Orang itu semakin mendekat dengan kedua tangan terlentang hendak memeluk. Wajahnya tampak ceria sekali, seolah berjumpa kembali dengan teman lama. "Tuan Putri, saya merindukan an—"

Belum sempat orang itu menyelesaikan perkataannya, Aileon sudah terlebih dahulu maju dan mencegahnya mendekatiku. Tangan Aileon menahan kepala orang itu sampai menutupi seluruh wajahnya, tanpa celah.

Wow! Ini tangannya memang besar atau wajah orang itu yang kecil? Aku baru sadar kakakku ini tidak berbeda jauh dengan Zeno. Tinggi dan ukuran badan mereka sama, sama-sama tinggi menjulang kayak tiang listrik dan kekar. Dan kenapa aku begitu mungil?!

Bayangkan bagaimana bisa tinggiku sebatas dada mereka? Nasib orang pendek parah sekali.

"Jangan coba dekat-dekat Ai-ku, Marcel! Kau ingin tugasmu bertambah?" ucap Aileon dengan penuh penekanan. "Atau kau ingin kepalamu menghiasi gerbang istana?"

Marcel menurunkan tangan Aileon dari wajahnya. "Baginda. Kapan Anda akan mengurangi kadar protektif Anda pada Tuan Putri? Kalau begini, Tuan Putri kan jadi tidak bisa menikah," balasnya cukup berani.

Alisku terangkat mendengar itu. Aku memiringkan kepala dari balik lengan Aileon, menatap orang itu langsung. "Aku sudah menikah kok," koreksiku.

Sontak Aileon menoleh ke arahku dengan tatapan tidak suka, bukannya tatapan terkejut. Wajahnya seolah mengatakan, 'Aku belum memberikan restu!'

Orang yang dipanggil Marcel itu ternganga sampai rahangnya hampir menyentuh tanah. "Apa?! serunya begitu nyaring. "Kapan? Kenapa saya tidak diundang? Di mana pelaksanaannya? Siapa orang itu?"

Aku meringis mendengar semburan pertanyaan bagaikan air mancur itu. "Itu dilakukan secara rahasia." Aku diam-diam mencuri pandang ke Aileon. Ekspresinya sedari tadi tidak tampak terkejut sama sekali. Apa dia memang sudah tahu?

"Yah... sayang sekali. Padahal waktu kecil, Tuan Putri pernah bilang mau menikah dengan saya," ungkap Marcel dengan cemberut. "Saya kecewa loh Tuan Putri ingkar janji."

Sontak aku melebarkan mataku dengan mulut sedikit terbuka. "Ya?" Kapan aku mengatakan hal memalukan begitu?!

Sedangkan Aileon sudah beralih menarik kerah Marcel. "Berani-beraninya kau membuat janji itu tanpa sepengetahuanku! Tahu begitu aku tidak akan mengangkatmu menjadi Perdana Menteri dan membiarkanmu menjadi Ketua Kesatria Perang yang menghabiskan waktu di perbatasan sampai tua!"

"Tuan Putri yang berjanji pada saya, bukan saya loh, Baginda." Marcel mengendikan bahu tanpa rasa bersalah.

"Kau! Walau kau teman baikku, aku bisa saja menyihirmu menjadi patung selamanya! Lalu menghancurkannya berkeping-keping."

Wait a minute. Aku sungguh berkata begitu? Aku masih saja melongo. Oh, sial! Aku tidak bisa mengingat kenangan masa kecilku sama sekali!

Marcel hanya cengar-cengir saja. Bisa kulihat dia diam-diam menelan ludahnya. Sepertinya dia takut pada kakakku ini. Iya sih, Aileon mempunyai aura yang karismatik, berbahaya, dan sedikit angkuh. Tapi siapa suruh dia menantang pria itu?

"Eum... aku minta maaf, Tuan Perdana Menteri," kataku sembari memainkan kedua jari telunjukku. "Aku tidak mengingat janji itu."

"Ai, kau tidak perlu meminta maaf padanya. Salahku yang selalu menyuruhnya untuk menjagamu ketika aku sibuk membantu ibu. Dan membuatmu menyukai pria aneh ini." Aileon memegang kedua pundakku dengan raut bersalah. "Aku lebih suka kau bersama si bocah rambut hitam itu daripada Marcel."

Kakak kenal dengan Zeno? "Tapi Tuan Perdana Menteri kan jadi sakit hati gara-gara aku." Ucapan yang keluar dari mulutku dan otakku berbeda.

"Tuan Putri, jangan memanggil saya seformal itu dong. Saya seusia Baginda, jadi panggil saja 'Kakak'," pinta Marcel dengan senyum merekah.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now