Bab 10 - Pertemuan Pertama Mereka

11.2K 2K 48
                                    

Semua tamu undangan duduk di meja yang sudah disediakan. Mereka semua berada di sebuah lapangan luas, berkisar 50 meter dari depan pintu masuk Hutan Acasha. Total ada 12 keluarga bangsawan yang hadir di sana.

Tempat duduk Zeno dan Aileana tidak terlalu berdekatan, sehingga gadis itu tidak mengetahui di mana second male lead-nya berada, bahkan dia tidak tahu apakah lelaki itu juga menghadiri acara ini atau tidak.

Zeno duduk di meja paling depan, khusus anggota kerajaan. Laki-laki itu mendengar salam pembuka dari Raja dengan tenang. Sementara itu sang Putra Mahkota tidak hadir di acara tersebut dikarenakan sedang keluar kota, mengerjakan tugas negara yang diberikan oleh ayahnya.

Setelah upacara pemberkatan selesai yang dipimpin oleh Sang Raja Aldrich dan pendeta kuil suci yang terpilih, acara selanjutnya ialah setiap kepala keluarga dan anak laki-lakinya harus melakukan perburuan.

Setiap orang wajib menangkap minimal satu binatang yang ada di dalam hutan tersebut. Sebagai tanda musim berburu pertama telah dibuka.

Ada beberapa nona bangsawan yang juga hadir mendampingi ayah dan saudara mereka, sekaligus menunjukkan muka kepada Raja. Ya siapa tahu kan mereka bisa terpilih menjadi calon menantu kerajaan.

Untuk para tuan muda yang berhasil membawakan binatang buruan lebih dari satu, harus mempersembahkannya kepada Lady yang menarik perhatian mereka atau yang sudah memberikan sebuah pita yang disulam dengan simbol nama wanita tersebut.

Ya cukup menarik, karena buruan pertama harus dipersembahkan kepada sang Raja Aldrich.

Banyak sekali binatang dan tumbuhan langka hidup di hutan ini. Namun, tumbuhan dan binatang tersebut tidak terancam punah dikarenakan Hutan Acasha hanya boleh dipergunakan dan dimasuki atas izin dari Raja Herman Yesef Aldrich IV.

Hutan Acasha menyediakan banyak sekali karunia untuk semua makhluk hidup tanpa perbedaan. Itulah kenapa hutan ini sakral dan sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Hutan ini mengandung unsur mistis dan fantasi, setiap daun yang bergerak di tiup angin maupun tumbuhan langka yang tumbuh setiap harinya merupakan karunia dari Dewa Ailous, Sang Penjaga Dunia. Ya itulah mitos seputar Hutan Acasha.

Aileana mengeratkan mantelnya di dada. "Ternyata udara di sini dingin sekali. Kenapa aku tidak menjabarkannya dalam novel ya?" gumamnya sembari melihat ayah dan sepupunya bersiap-siap memasuki hutan.

"Leana, kau tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana tanpa Sir Hanford," ucap Marquess Pierzo sembari mendaratkan kecupan singkat di kening putrinya itu.

"Ayah juga harus berhati-hati," balas Aileana sembari memeluk ayahnya erat. "Kak Theo juga hati-hati."

Theodore mengangguk seraya tersenyum hangat.

Marquess juga tersenyum, tangannya mengelus rambut Aileana lembut. Dia sebenarnya tidak tega meninggalkan putrinya sendiri, tapi membawanya masuk ke hutan juga merupakan hal yang berbahaya.

"Theodore, ayo berangkat."

Theodore mengangguk dan melambaikan tangannya kepada Aileana yang berdiri di depan pintu tenda. Sekarang semua laki-laki telah berangkat memasuki hutan. Tersisa para nona bangsawan yang sedang berkumpul sambil bergosip ria.

Aileana menoleh sekilas ke arah meja terdekat yang dipenuhi dengan tawa palsu itu. "Haahh... gadis-gadis yang memakai topeng kepalsuan," lirihnya.

"Aku ingin berjalan-jalan, Sir Hanford. Bolehkah?" tanya Aileana memandang kesatria ayahnya itu.

Sir Hanford menyunggingkan senyumnya seraya menunduk hormat. "Tentu saja boleh, Nona. Mari, saya akan menjaga Anda."

"Terima kasih."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now