Bab 21 - Kemunculan Sang Tokoh Utama Wanita

8.4K 1.4K 204
                                    

Kediaman Grand Duke Alvaron

Hiruk pikuk tersebar di seluruh penjuru mansion. Area belakang tempat latihan sekaligus tempat tinggal para pasukan pribadi Grand Duke Alvaron tak luput dari kebisingan.

Baju-baju zirah satu per satu dikeluarkan dari penyimpanan. Dibersihkan sampai mengilap. Berlaku juga untuk sang pedang yang diasah sampai sehelai rambut yang jatuh terbelah dengan mudahnya.

"Ingat! Kita akan berangkat dua hari lagi. Pastikan kondisi kalian bugar, jadi jangan kekurangan tidur maupun malas latihan. Mengerti?!" seru Jasper tegas. Mukanya begitu serius.

Kendati sering mendampingi Zeno ke medan perang, perasaan takut dan khawatir selalu menghinggapi hatinya. Bagaimana jika dia gagal melindungi tuannya?

Zeno merupakan penyelamatnya, lelaki muda yang dia anggap sebagai adik itu menerimanya yang hina dengan tangan terbuka. Zeno memberikannya kesempatan hidup sekali lagi tanpa memandang masa lalunya. Karena itulah dia begitu setia mengabdi dan rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan sang Grand Duke.

Jasper mengangkat pedangnya ke udara sembari berteriak, "Mari kita berjuang bersama Grand Duke! Kita pasti akan kembali dengan kemenangan."

Prajurit-prajurit itu membalas dengan sorakan semangat.

Sementara itu di dalam kamar Zeno yang minim pencahayaan, lelaki itu berdiri di teras balkon kamarnya. Memandang ke depan sembari membuang nafas berat. Malam ini bulan berbentuk lingkaran sempurna, bersinar begitu terang sampai bintang pun tidak tampak.

"Aku harus kembali dengan selamat dan utuh apa pun kondisinya. Kalau bisa aku akan menyelesaikan perang ini dalam kurun waktu 3 tahun. Melalui kemenangan perang nanti, aku bisa mengajukan persetujuan pernikahan sebagai permintaan kepada Paman Raja," gumamnya sambil berpikir.

Matteo masuk seraya membawakan segelas cokelat hangat, sudut bibirnya terangkat. "Sudah saya duga Anda belum tidur, Yang Mulia," ucapnya. "Nah, silakan minum ini." Lalu menyerahkan gelas tersebut.

Zeno menoleh sekilas, menerima cokelat yang masih mengeluarkan uap panas. "Terima kasih." Lelaki itu meniup sebentar, setelah itu meminumnya.

"Dari dulu sampai sekarang kau selalu membuatkan ini sebelum aku berangkat atau tidak bisa tidur. Ini enak, tidak terlalu manis," puji Zeno bangga.

"Eiy~ Yang Mulia lupa ya kalau saya adalah anak pemilik bar minuman? Berkat Anda, saya tidak jadi dijual sebagai budak oleh orang tua saya," balas Matteo tersenyum.

Pria bersurai gandum itu ikut bersandar di pagar balkon sembari menopang dagunya. "Saya tahu kalau ini sulit. Saya pun akan merasa kesepian di sini. Padahal Anda baru kembali setahun lalu dan sudah harus pergi lagi," lanjutnya berganti menjadi sendu.

Zeno tersenyum singkat, "Ya ini sudah tugasku. Bukan kemauanku juga terlahir di keluarga ini. Tapi seorang bayi tidak bisa memilih kehendak akan terlahir di keluarga mana, bukan?" balas Zeno tenang.

"Lihat Anda, Yang Mulia. Selalu tersenyum dalam kondisi apa pun. Apa Anda tidak lelah?" protes Matteo sembari mendecak.

Zeno mengendikan bahunya lalu menyeruput cokelatnya. "Aku sudah terbiasa. Dengan begini kan tidak ada orang yang tahu emosiku yang sebenarnya," jelasnya. "Ah, Matteo. Aku baru ingat. Selama aku pergi, aku mempunyai tugas khusus untukmu."

Matteo menaikkan satu alisnya penasaran. "Apa itu?"

~~~

Keluarga bangsawan terhormat yang terkenal selain Marquess Pierzo adalah Keluarga Duke Brisia. Salah satu keluarga pendiri Kerajaan Aldrich. Namun, mereka tidak memiliki penampilan fisik yang khas. Rambut berwarna cokelat tua dan bola mata hitam seperti masyarakat pada umumnya.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now